"Kenapa kamu ada dikamar saya?" tanyanya dengan nada suara yang cukup besar.
"Balqis jangan teriak, nanti dikira saya menyiksa kamu lagi. Apa kamu lupa kalau kita ini sudah menikah? saya ini suami kamu."
Balqis tampak berfikir, lalu ia terkekeh sendiri sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Namun seketika Balqis teringat kejadian di kamar mandi dan juga saat handuk yang ia kenakan melorot dan memperlihatkan tubuh polosnya yang putih bak porselen tersebut.
Saking malunya, ia berpura-pura tidur dan menutup wajahnya dengan selimut. Hal itu membuat Ustadz Taqa terheran. Ada apa dengan istrinya itu, begitu fikirnya. Namun Balqis yang kembali teringat bahwa ia tadi tiba-tiba pingsan dan tidak mengenakan sehelai benangpun kembali berteriak.
Aakkhh...
Ustadz Taqa segera menutup mulut sang istri dengan telapak tangannya, sehingga suara Balqis tertahan. Sedangkan di luar kamar, kedua orang tua Balqis menguping di depan pintu, mereka fikir anak dan menantunya sedang melakukan malam pertama.
"Bu, itu Balqis kenapa teriak begitu ya, apa ustadz Taqa kasar ya dalam memperlakukan putri kita. Kasian Balqis dong Bu. Ayah tidak bisa biarkan ini."
"Yah, Ayah mau ngapain, jangan ikut campur urusan anak dan menantu kita. Ayo sekarang kita kembali ke kamar. Ayah mau segera memiliki cucu kan? jadi biarkan mereka melakukan apapun. Berikan mereka waktu untuk berdua dan saling mengenal."
Ayah Bilal dan Ibu Rahimah bisik-bisik di luar kamar putri dan menantunya. Bahkan mereka terkekeh membayangkan akan segera memiliki cucu, padahal di dalam tidak terjadi apa-apa sama sekali, sungguh random sekali kedua paruh baya tersebut.
"Sstt.. kamu jangan teriak dong, nanti dikira Ayah dan ibu, saya apa-apa kan kamu lagi."
"Seingat saya tadi saya memakai handuk, ini kenapa saya sudah pakai baju lengkap, jangan bilang kamu yang menggantikan pakaian saya."
Ustadz Taqa tersenyum jahil. Ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri, kini jarak mereka semakin dekat, hanya berjarak lima cm saja, hingga Balqis menahan nafasnya saking geroginya dengan jarak yang sedekat ini dengan sang suami.
"Kamu mau ngapain? jangan dekat-dekat dong, dasar Ustadz mesum. Nanti aku teriak ni, biar kamu digebukin satu kampung karena mau berbuat mesum sama saya."
"Balqis, apa kamu lupa, saya ini suami kamu. Kalau kamu teriak yang ada kamu di kira gila sama warga disini. Memangnya salah kalau saya dekat-dekat dengan istri saya sendiri. Menurut kamu saya mau melakukan apa, hm?"
Balqis berusaha mendorong dada bidang ustadz Taqa, namun tenaganya yang tidak cukup kuat dibandingkan dengan Ustadz Taqa tidak mampu menjauhkan ustadz Taqa dari hadapannya, bahkan Ustadz Taqa merangkul pinggang Balqis hingga tidak ada jarak di antara mereka, lalu dia membisikkan sesuatu ke telinga sang istri.
"Kamu tidak buruk untuk gadis seusia kamu."
Mendengar perkataan ustadz Taqa, seketika mata Balqis melotot sempurna. Ia berusaha mencerna perkataan ustadz Taqa, hingga membuat wajahnya memerah seperti tomat.
"Apanya?"
"Menurut kamu apa?"
"Dasar ustadz mesum, jawab yang jujur, apa kamu yang menggantikan pakaian saya?"
"Kalau bukan saya siapa lagi Balqis, tidak mungkin orang lain saya suruh untuk menggantikan pakaian kamu. Memangnya kenapa, hhm? Apa ada yang salah? Saya ini suami kamu, semua yang ada pada diri kamu itu milik saya. Tapi kamu tenang saja, saya tidak melakukan hal di luar batas saat kamu pingsan. Saya masih memiliki hati nurani. Ya sudah, sekarang kamu tidur, besok kita harus berangkat ke Jakarta. Saya tidak akan meminta hak saya sekarang sama kamu. Selamat malam istri kecilku."
Cup!
Setelah mengatakan hal demikian, ustadz Taqa tak lupa mengecup singkat kening istrinya, lalu merapikan selimut sang istri. Sedangkan Balqis hanya bisa terbengong dengan sikap suaminya itu. Bahkan sekarang pipinya sudah sangat memerah dan tidak bisa disembunyikan.
Ustadz Taqa tidak lagi menggoda istrinya, entah apa yang ia kerjakan saat ini. Yang jelas ia mengeluarkan laptop miliknya yang ada di dalam koper, lalu menyalakan laptop kesayangannya itu. Tangannya menari-nari di atas keyboard dengan lincahnya. Sedangkan Balqis tak dapat tertidur sama sekali setelah kejadian hari ini. Sungguh sikap suaminya itu membuat ia selalu spot jantung.
"Jantungku, ayo bekerjasama, kenapa sekarang aku deg-degan hanya karena perlakuan ustadz mesum itu. Aish.. Memang sih dia tampan, bahkan lebih tampan dari pada Naufal. Aduh, gimana ini hubungan aku dengan Naufal. Aku tidak berani mengatakan yang sejujurnya. Ya Allah, kenapa sih engkau harus menjodohkan hamba dengan ustadz Taqa, kenapa tidak dengan kekasih hamba saja. Sudahlah, lebih baik aku tidur, aku tidak ingin pagi-pagi terbangun dengan kantung mata yang menghitam."
Ia berusaha menutup matanya, namun matanya sama sekali tidak bisa di ajak kompromi. Ia terus terngiang-ngiang dengan kejadian hari ini dengan suami ustadz tampannya itu. Pesona ustadz Taqa mampu mengalihkan dunia seorang Balqis yang sebelumnya bucin habis dengan sang kekasih.
Ustadz Taqa yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, lalu ia menutup laptopnya dan berjalan ke arah kamar mandi, sekitar sepuluh menit ia sudah keluar dari kamar mandi, tampak ia berjalan ke arah tempat tidur. Balqis yang sebenarnya masih belum tertidur berpura-pura tidur agar tidak malu jika mengingat kejadian tadi.
Perlahan ustadz Taqa menaiki tempat tidur tersebut. Jantung Balqis kembali berdebar di saat ia merasakan tangan kekar memeluk tubuh mungilnya perlahan. Ingin ia melepas pelukan itu, namun ia tidak ingin ketahuan jika ia belum tidur saat ini. Sehingga Balqis hanya bisa membiarkan sang suami memeluknya dari belakang. Karena posisi Balqis membelakangi Ustadz Taqa.
"Duh jantung aku kenapa selalu berdebar sih setiap dekat dengan ustadz Taqa, padahal sebelumnya dengan Naufal aku tidak pernah sampai seperti ini deh. Lagian ini ustadz enteng banget tangannya main peluk-peluk gitu aja, memangnya dia tidak jantungan apa dekat-dekat dengan aku."
Bathin Balqis terus berkata, ia tidak mampu langsung mengucapkan isi hatinya kepada sang suami. Sedangkan ustadz Taqa semakin mendekap tubuh mungil sang istri. Memang ia belum mencintai sang istri, namun ia berjanji akan memperlakukan Balqis dengan baik sejak ijab dan qobul itu terucap.
"Saya memang belum mencintai kamu, tapi mulai sekarang saya akan berusaha untuk mencintai kamu sepenuhnya, dan tidak akan mencintai wanita manapun. Saya tidak akan berjanji, karena saya takut untuk tidak bisa memegang janji itu."
"Tapi selagi saya menjadi suami kamu, saya akan menjadikan kamu istri satu-satunya dan akan memperlakukan kamu dengan baik. Semoga pernikahan kita selalu di Ridhoi oleh Allah SWT. Saya tidak tahu bagaimana perasaan kamu terhadap saya, yang pasti saya akan membuat kamu kelak mencintai suami kamu ini."
Cup!
"Assalamu'alaikum Istriku, selamat mimpi indah."
Setelah mengatakan isi hatinya, perlahan ustadz Taqa terlelap dalam tidurnya. Balqis dapat merasakan hembusan nafas di ceruk lehernya. Bahkan ia tidak menyangka jika ustadz Taqa yang kini sudah menjadi suaminya itu mengatakan hal-hal yang begitu romantis, bahkan kekasihnya saja tidak pernah mengatakan hal yang seromantis tersebut.
Balqis berusaha menutup matanya menyusul alam mimpi ustadz Taqa, namun ia tidak kunjung terlelap, ia selalu terbayang dan terngiang-ngiang dengan perkataan tulus sang suami. Entah jam berapa ia baru terlelap.
...****************...
...To Be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Gagah Gue
jangan sia-siakan suami seperti ustadz taqa balqis. Sepertinya pernikahan kamu dengan ustadz taqa adalah cara Allah untuk mejaga dan melindungi kamu dari perbuatan zina.
2023-11-29
4
Amin Srgfoo
dijaga tu suami balqis nanti pak ustad dibawa pulang emak2 pengajian kamu nangis2
2023-11-28
3
YLR
Balqis jangan teriak, nanti semua tetangga pada keluar 🤣🤣🤣🤣
2023-11-25
3