Lima menit menjelang azan shubuh, ustadz Taqa membangunkan istri kecilnya itu. Namun Balqis yang baru satu jam yang lalu terlelap, berat untuk membuka matanya. Semalaman ia berusaha menutup mata, namun mata itu tak kunjung mengantuk. Entah karena ia belum terbiasa tidur satu kamar dan satu ranjang dengan lelaki yang baru menjadi suaminya itu, atau karena hal lain.
"Balqis, ayo bangun shalat shubuh. Kalau kamu tidak bangun, saya akan cium kamu sekarang juga."
Mendengar ancaman ustadz Taqa, Balqis langsung membuka matanya lebar, dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Walaupun ia baru bangun tidur, namun wajah Balqis tetap terlihat cantik dan manis.
Seketika kantuk itu menghilang. Ia tahu suami tampannya itu cukup nekat. Dengan langkah gontai Balqis melangkah menuju kamar mandi, ia berjalan masih dengan menutup matanya. Ustadz Taqa hanya geleng-geleng kepala melihat istri kecilnya itu.
"Balqis tunggu,"
"Apalagi? Ini kan saya sudah bangun?"
"Saya mau kemasjid, jangan lanjut tidur, harus shalat shubuh."
"Hmm.."
Balqis hanya menjawab dengan dehaman. Namun ustadz Taqa tidak mempermasalahkannya, ia pun mengulurkan tangannya kepada Balqis, Balqis yang belum seratus persen tersadar hanya bingung dan memicingkan matanya.
"Kok belum berangkat pak ustadz? Sana berangkat, nanti telat."
"Kamu tidak mau salim kepada saya?"
Balqis yang akhirnya paham maksud perkataan suaminya itu langsung meraih tangan sang suami. Ia menyalim takzim tangan sang suami. Ustadz Taqa mengelus lembut kepala istri kecilnya itu.
Cup!
"Assalamu'alaikum."
Setelah mengecup kening istrinya dan setelah mengucap salam, ustadz Taqa langsung keluar kamar dan pergi menuju masjid. Balqis yang mendapat perlakuan manis shubuh itu hanya mematung hingga ia tersadar kembali dari keterbengongannya.
"Wah.. benar-benar itu ustadz, sudah berapa kali dia mencium aku. Pacar aku saja tidak pernah berani mencium aku, hanya sebatas pegangan tangan saja. Ini dia dengan entengnya mencium aku, lama-lama aku bisa jantungan ini."
"Eh, wa'alaikumsalam. Huft.. lebih baik aku ambil wudhu deh, ayo sadar Balqis."
Balqis menepuk-nepuk pipinya dengan kedua tangannya. Ia berusaha mengembalikan kesadarannya. Walaupun ia masih sangat mengantuk, namun Balqis tetap melaksanakan shalat shubuh.
Setelah shalat shubuh, Balqis tertidur di atas sajadah. Saat ustadz Taqa pulang dari masjid dan melihat istrinya tertidur di atas sajadah, ia hanya bisa geleng-geleng kepala, perasaannya semalam Balqis tidur lebih dulu, kenapa setelah shalat shubuh masih saja tidur. Ia pun menggendong Balqis dan memindahkannya ke atas tempat tidur, Balqis yang sangat mengantuk tidak terbangun sama sekali.
"Balqis-Balqis, kamu lucu banget sih. Tidur saja tetap menggemaskan, dan cantik. Ya walaupun saya belum mencintai kamu, tapi dengan sikap unik kamu, sepertinya tidak sulit untuk saya jatuh cinta sama kamu."
Setelah mengatakan hal demikian, Ustadz Taqa keluar dari kamar dan duduk di teras rumah setelah membuat teh untuk dirinya sendiri. Hingga ayah mertuanya ikut bergabung menikmati udara pagi itu.
"Nak, mana Balqis? Apa istri kamu tidur lagi?"
"Eh ayah, iya yah, mungkin kelelahan setelah acara resepsi yah."
"Kelelahan karena resepsi atau karena? kamu jangan ganas-ganas toh, kasian putri ayah. Sepertinya kamu semalam semangat sekali nak, sampai... Ah tidak-tidak, lupakan saja perkataan ayah, hehe."
"Maksud ayah apa? Taqa tidak mengerti."
"Bukan apa-apa, ayah hanya berbicara melantur. Oh iya nak, Ayah minta sama kamu, jaga putri Ayah nantinya, Balqis itu manja sekali. Maklum ya, Balqis satu-satunya anak ayah dan Ibumu. Kami sangat menyayangi Balqis, jangan sampai kamu melukai hati putri ayah. Ya walaupun ayah yakin kamu tidak akan begitu."
"Kamu tahu, Balqis itu banyak sekali kekurangannya. Ayah harap dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh putri ayah, tidak membuat kamu menyesal telah menikahi putri ayah. Balqis itu tidak pandai memasak, tidak pandai bersih-bersih rumah, kalau tidur susah sekali di bangunkan, dan masih banyak lagi kelakuannya yang nantinya akan membuat kamu mengurut dada, kamu harus sabar membimbing istrimu itu. Apalagi usianya masih sangat muda."
Ustadz Taqa mendengarkan semua perkataan ayah mertuanya. Ia maklum kenapa ayah mertuanya mengatakan hal demikian, bagaimanapun juga seorang ayah tidak rela jika putrinya terluka, walaupun Balqis sudah dewasa, namun bagi ayah Bilal, Balqis tetap putri kecilnya.
Namun pernikahan Balqis dan putra sahabatnya itu memang harus terjadi, karena ayah Bilal tidak ingin kelak jika ia tiada, Balqis sudah ada yang menjaganya. Dan Ustadz Taqa lah kandidat yang tepat untuk menjadi suami putrinya itu.
"Ayah, walaupun Taqa tidak pernah bertemu Balqis sebelumnya, dan tidak pernah mengenal Balqis, tetapi sekarang Balqis sudah menjadi istri Taqa. Taqa akan berusaha untuk menjaga dan melindungi putri ayah. Taqa memang tidak bisa berjanji kepada ayah, karena sejatinya manusia penuh khilaf dan salah, namun ayah tidak perlu khawatir. Selama Balqis di sisi Taqa, Taqa akan memperlakukan Balqis dengan baik, karena kelak Balqis akan menjadi ibu untuk anak-anak Taqa."
Ayah Bilal tersenyum mendengar penuturan sang menantu. Ia dapat merasakan ketulusan dari menantunya tersebut. Sama sekali tidak ada kebohongan serta keraguan di saat ia berkata kepada ayah mertuanya.
Ya, Taqa adalah tipe lelaki yang dapat dipercaya. Sekali ia berucap, ia akan selalu menepatinya, walaupun manusia pasti pernah melakukan salah dan khilaf. Namun bisa dikatakan ustadz Taqa ini lelaki yang cukup sempurna. Walaupun setiap manusia tidak ada yang sempurna.
"Ayah, nak Taqa, ayo kita sarapan. Oh iya nak, mana istri kamu? Apa Balqis masih tidur?"
"Iya Bu, maaf ya Bu, Taqa tidak tega membangunkan Balqis, biarkan saja Balqis tidur Bu, mungkin lelah karena seharian menjalani proses resepsi. Nanti kalau sudah bangun, Taqa suruh sarapan."
Ibu Rahimah tersenyum mendengar penuturan sang menantu. Ternyata menantunya itu selain tampan juga sangat pengertian. Awalnya ibu Rahimah berat melepas Balqis menikah di usianya yang masih muda, namun melihat sikap santun dan lembut sang menantu, membuat ibu Rahimah sedikit lega.
Kini mereka tengah sarapan bersama dimeja makan, kecuali Balqis. Karena Balqis masih terlelap di dalam tidurnya. Bahkan kini posisi ia tidur tidak seperti tadi ia dibaringkan oleh sang suami. Selimut yang tadinya menyelimuti dirinya, kini sudah terjatuh kelantai, bahkan posisi tidurnya berpindah 90°, dengan posisi tidur kaki terbuka dan kedua tangan terbentang.
Diruang makan, setelah Taqa selesai sarapan, begitu juga dengan kedua mertuanya. Ia pun pamit kembali ke kamar karena ingin membereskan barang-barangnya, karena ia dan Balqis akan langsung berangkat ke Jakarta hari ini juga. Sekalian membangunkan istrinya untuk sarapan.
Saat ia masuk kekamar, ia hanya menarik nafasnya dalam dan geleng-geleng kepala. Ternyata istrinya itu kalau tidur tidak ada anggun sama sekali. Namun tetap saja dalam posisi seperti itu, wanita muda itu masih terlihat cantik dan sangat menggemaskan.
"Kamu ini unik banget sih, bisa ya cewek cantik tidurnya begini, capek banget kamu ya setelah resepsi semalam. Ya sudah, saya biarkan kamu tidur sebentar lagi."
Taqa memindahkan posisi tidur Balqis perlahan agar tidak terbangun, dan kembali menyelimuti sang istri. Setelah itu ia merapikan semua barang-barangnya dan memasukkan kedalam koper kembali.
...****************...
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Hujan dan gugur
/Toasted/ agak terkejut ya Bun dengan tingkah nya Balqis 🗿🗿🗿
2024-12-01
0
YLR
Istri kecil yang bar-barli. Yang sabar ustadz Taqa, maklum, namanya istri pak ustadz masih usia belia/Grin//Grin//Grin/
2023-11-25
4