Hari berganti...
Semua orang sibuk untuk mempersiapkan pernikahan Zara dan Al hari ini. Menata setiap meja dan mengecek makanan untuk pernikahan.
"Apa teman-teman Kak Al akan datang?" Tanya Zara menghampiri Al yang tengah duduk di tepi kolam renang.
"Hanya teman dekat, bagaimana denganmu?"
"Papa tida mengijinkan aku mengundang siapapun. Maaf jika aku lancang bertanya, aku tidak melihat Mama kalian"
"Sudah tiada sepuluh tahun lalu" sahut Al.
Zara minta maaf atas pertanyaan nya, ia benar-benar tak bermaksud untuk menggali kesedihan itu lagi. Al hanya berdehem, ia meminta Zara untuk masuk dan bersiap. Gadis itupun pergi masuk ke kamarnya, dirumah ini hanya ada Al yang usianya dua tahun lebih tua dari Zara. Elan Kakak Al yang berusia dua puluh lima tahun, serta Ilyas yang baru berusia lima belas tahun. Mereka bertiga tinggal bersama dengan Papa dan Kakek mereka di rumah besar ini.
Rumah ini hanya dipenuhi para lelaki sebelum Zara bergabung di dalamnya nanti. Pantas saja semua orang terlihat sangat dingin dan acuh.
Satu persatu tamu mulai berdatangan, Zara mendengar suara motor yang mendekati rumah Al. Gadis itu mengintip melalui jendela, terlihat kumpulan anak muda masuk dan menghampiri calon suaminya. Zara berusaha untuk baik-baik saja, ia tersenyum ke arah Mamanya yang terlihat sangat cantik. Usai didandani, Zara pun keluar menuju altar pernikahan bersama Papanya.
Para tamu berdiri sambil mengagumi betapa cantiknya istri Al itu. Zara tersenyum dengan ramah, ia merasakan matanya berkaca-kaca tanpa alasan. Papa Zara menyerahkan putrinya pada Al, kedua mempelai saling bertukar cincin sebagai tanda pernikahan. Al mencium kening Zara dan membuat para tamu bertepuk tangan riuh.
Selama acara berlangsung, Zara terlihat gugup dan jantung nya berdebar kencang. Al merangkul pinggang Zara dan mengenalkannya pada teman-teman pemuda itu. Teman-teman Al berseru melihat wanita cantik menghampiri mereka.
"Kakak ipar sangat cantik" puji Kevin.
"Oh, Kakak ipar apa loe mantan pacar Vernon?" Celetuk Gema usai memperhatikan wajah Zara dengan seksama. Ia juga menunjukkan foto wanita yang ada di sosmed Vernon.
"Kalian mengenal Kak Vernon? Apa dia teman kamu juga? Kenapa tidak bilang padaku hari itu?" Cecar Zara. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah teman Al yang lainnya.
"Jadi dia Vernon ya, pantas terlihat tidak asing. Kami tidak dekat hanya saling mengenal saja" jelas Al. Ia menatap teman-teman nya, memberikan isyarat agar tak membahas pemuda bernama Vernon itu lagi.
Kakek membawa Zara untuk menemui koleganya, beliau mengenalkan Zara pada cucu teman-temannya. Acara berlangsung cukup lama, tamu berdatangan silih berganti. Namun tak ada satupun tamu dari pihak keluarga Zara. Seolah pernikahan ini tidak boleh sampai diketahui oleh orang terdekat Zara, bahkan keluarga besar Zara pun tak muncul. Zara bisa memahaminya sebab keluarganya memang tak akur dengan keluarga lainnya.
----------------
Malam tiba...
Para pengurus pesta pernikahan tengah membersihkan halaman rumah besar itu, pesta sudah selesai dilaksanakan. Zara tengah berdiri di balkon kamar Al, ia memperhatikan setiap orang yang tengah bersih-bersih. Gadis itu melihat Papa dan Mamanya keluar rumah di tengah malam. Ia merasa aneh dan langsung berlari turun untuk menyusul kedua orangtuanya.
"Mau kemana?" Tanya Al yang hendak naik ke lantai atas.
"Papa dan Mamaku mau pergi kemana malam-malam begini?"
"Mereka mau ambil baju-baju kamu, kamu istirahat saja Zara. Hari ini pasti melelahkan" ucap Papa Al.
Al membawa Zara untuk kembali masuk kedalam kamarnya. Pemuda itu menutup pintu kamar dan jendela balkon. Ia meminta Zara untuk tidur karena hari sudah sangat larut malam. Zara berbaring diatas tempat tidur, ia memainkan ponselnya membalas pesan masuk dari temannya.
"Zara, berikan ponselmu" pinta Al.
Gadis itu memberikan ponselnya, ia membaringkan tubuhnya dalam posisi miring dan melihat Al yang tengah mengotak-atik ponselnya. Al memasang aplikasi pelacak, mereka bisa saling mengetahui lokasi masing-masing. Ia juga menjadikan nomornya menjadi panggilan darurat agar Zara bisa menghubunginya kapan saja dengan cepat. Pemuda itu melirik Zara yang sudah tertidur, Al melihat pesan masuk dari Vernon. Pesan yang meminta Zara berhati-hati kepada Al, rupanya mereka masih berhubungan baik meski telah putus.
"Sepertinya Vernon sangat mencintaimu" gumam Al. Ia menaruh ponsel Zara dan pergi tidur di samping istrinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari berganti, Zara sudah bangun pagi-pagi sekali. Ia tengah berbincang dengan tukang kebun yang menyirami tanaman. Sebenarnya Zara tengah gelisah menunggu kabar dari orangtuanya, ia melihat koper dan barang-barang Zara sudah ada disini tetapi ia belum mendapatkan kabar dari kedua orangtuanya.
Salah seorang pelayan memanggil Zara untuk sarapan, ia pun berlari masuk kedalam rumah dan menuju ruang makan. Semua orang sudah berkumpul disana, Al juga terlihat baru bangun tidur.
"Darimana Zar?" Tanya Papa.
"Melihat tanaman Pa, banyak sekali bunganya disana. Sangat cantik" jawab Zara dengan ceria.
"Kamu satu-satunya yang memuji kebun Kakek, Kakek akan mengajakmu berkebun lain kali. Kakek punya banyak perkebunan buah dan sayuran" sela Kakek.
"Benarkah? Aku ingin melihatnya, aku ingin makan buah yang baru di petik, pasti rasanya sangat segar. Itu sangat menyenangkan, apakah Kakek menanam banyak macam buah?" seru Zara bersemangat.
Kakek terlihat senang sebab Zara membalas percakapannya dengan semangat. Beliau hanya memiliki anak tunggal dan tiga cucu lelakinya yang sangat cuek. Kakek butuh teman mengobrol namun ketiga cucunya tak pernah menjawab dengan antusias. Mereka hanya menjawab singkat lalu pergi dengan urusan masing-masing. Papa juga terlihat senang karena melihat Papanya merasa bahagia.
Selepas makan, Zara menata pakaiannya di dalam lemari yang telah disiapkan. Ia melihat pakaian Al yang bermerk dan terlihat sangat mahal. Gadis itu bisa mengerti karena keluarga Al sangatlah kaya raya.
"Zara, aku sudah menambahkan aplikasi pelacakan di hp kita. Kalau kamu mau telepon aku tekan nomor satu ya" ucap Al.
"Baiklah" jawab Zara.
"Apa kamu masih menyukai Vernon?"
Pertanyaan Al membuat Zara menghentikan kegiatan nya, bohong jika Zara menjawab tidak. Melihat sang istri yang tak kunjung menjawab, Al sudah tau jawabannya. Mana mungkin Zara melupakan Vernon secepat itu, disaat ia menangis begitu pilu kala berpisah dengannya. Al beranjak dari duduknya dan pergi keluar kamar, ia keluar menggunakan motornya untuk bertemu teman-teman nya.
Zara usai menata semua pakaian nya, ia lalu turun kebawah dan menghampiri Ilyas yang sedang menulis sesuatu di ruang tamu. Zara yang ingin dekat dengan adik iparnya pun menghampiri Ilyas lalu duduk di dekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
au au auuuu
tumben thor...
genre nya nih..
beda dr yg biasa... 😄😃🤣
Hmmm 🤔🤔🤔
2023-11-23
0