"Ilyas sedang apa?" Tanya Zara membuka pembicaraan.
"Melist barang yang aku butuhkan" jawab Ilyas.
"Aah, kamu mau masuk SMA ya, mau Kak Zara bantu? Kak Zara sedang bosan sekali karena tidak ada kegiatan. Apakah Ilyas mengikuti banyak les? Apa Ilyas suka belajar? Pelajaran apa yang kamu sukai? Ilyas masuk SMA mana?" Cecar Zara dengan banyak pertanyaan.
Ilyas memandangi Kakak iparnya yang berbicara tanpa henti. Ia merasakan aura berbeda kala bersama dengan Zara. Ilyas merasa mungkin seperti inilah saat ada perempuan di rumah mereka, akan lebih banyak suara dan pertanyaan yang muncul. Sebab selama ini Ilyas di didik menjadi pria mandiri yang tak membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup. Ia tak perlu berinteraksi dengan hal yang tidak menguntungkan atau tak ia butuhkan.
"Aku mau pergi membeli buku" celetuk Ilyas.
"Ikut ya" pinta Zara memelas.
Pemuda itu mengangguk, ia tak memiliki niat untuk menolak Zara yang ingin ikut. Mereka berdua pun pergi menggunakan mobil bersama supir. Ponsel Zara tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk dari suaminya. Al hanya ingin memastikan kemana dan dengan siapa istrinya pergi.
Sesampainya di pusat perbelanjaan, Zara dan Ilyas pergi menuju toko buku. Zara terlihat sibuk memilihkan buku untuk Ilyas, ia mengatakan jika pilihannya adalah yang terbaik. Ilyas memberikan daftar kebutuhannya dan membiarkan Zara memilihkan untuknya. Pemuda itu tertawa kecil sembari membawa barang-barang yang Zara beli.
"Apakah butuh pulpen sebanyak ini Kak?" Tanya Ilyas.
"Tentu saja, saat SMA kamu akan lebih sering mengerjakan latihan soal. Apa kamu pergi les?"
"Aku tidak sepandai itu, aku tidak mau mengikuti les karena itu memaksaku berpikir" jawab Ilyas.
Zara tertawa, ia bisa mengerti mengenai perasaan itu. Mereka sudah selesai mengumpulkan semua yang hendak dibeli. Sekali lagi Ilyas mengejutkan Zara kala mengeluarkan black card untuk membayar. Barang bawaan mereka sangatlah banyak, hingga Zara harus beberapa kali berhenti karena merasa lelah.
"Butuh bantuan?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di samping Zara.
"Kak Vernon? Sedang apa disini?" Ucap Zara dengan ramah seperti biasanya.
"Mau beli parfum, tapi tidak sengaja melihatmu. Boar aku bantu bawakan ya, kamu kan cepat lelah kalau bawa yang berat-berat" jawab Vernon sembari membawa barang belanjaan Zara.
Gadis itu berterimakasih dan mengenalkan Ilyas selama perjalanan menuju mobil. Keduanya masih terlihat dekat meski berpisah secara tiba-tiba. Vernon tak pernah membenci Zara, ia tau itu bukanlah keputusan Zara untuk mengakhiri hubungan mereka. Ilyas memperhatikan Vernon dengan seksama, ia rasanya mengingat wajah itu. Ilyas tak suka melihat Zara yang tertawa dan terlihat nyaman bersama dengan pemuda lain.
Langkah mereka terhenti tiba-tiba, terlihat Al dan teman-temannya menghadang jalan Zara serta Vernon. Tatapan Al terlihat begitu dingin, berbeda dengan Vernon yang tersenyum hangat. Zara bisa merasakan perbedaan aura mereka dari jarak dekat.
"Sudah selesai belanjanya?" Tanya Al mengalihkan pandangan ke arah Zara.
"Sudah, ini kami mau pulang. Kalian terlihat menakutkan" jawab Zara. Ia merasa suaminya terlihat seperti ketua geng motor kala berdiri menghadang jalan mereka. Gadis itu menoleh menatap Ilyas yang ada dibelakangnya, Zara terkejut melihat gerombolan pemuda lain berdiri dibelakang mereka. Sontak gadis itu menarik Ilyas untuk berdiri di dekatnya.
"Oh, kalian teman-teman Kak Vernon kan? Apa memakai jaket kembar sedang trend ya sekarang?" Cetus Zara.
"Kak, mereka tuh anak geng motor" sahut Ilyas.
Zara mengernyitkan dahinya, ia menoleh menatap ke arah Vernon. Pemuda itu menatap Zara dengan rasa bersalah, pasalnya alasan Vernon tak pernah membawa Zara bertemu teman-teman nya adalah karena ia anak geng motor. Zara tak pernah menyukai anak geng motor karena menurutnya mereka suka membuat onar. Gadis itu mengambil kotak belanjaannya dari tangan Vernon, Zara mengajak Ilyas untuk pergi.
"Zara aku bisa jelaskan" tutur Vernon mencoba menghentikan gadis itu.
"Gak perlu kok Kak, lagian kita juga bukan siapa-siapa kan. Kamu menyembunyikannya dengan baik, ayo Ilyas kita pulang"
Vernon mengepalkan tangannya, sudah ia duga jika ini pasti akan terjadi. Sekarang ia akan benar-benar kehilangan Zara karena kebohongannya sendiri. Al dan gengnya berjalan pergi, mereka mengikuti mobil Zara yang melaju menuju rumahnya. Sampai dirumah, Al menarik tangan Zara yang hendak masuk kedalam. Ia menatap mata istrinya yang kecewa, entah apa alasan kekecewaan itu.
"Kamu tidak tau jika Vernon adalah ketua geng motor? Padahal kalian berkencan selama dua tahun?" Tanya Al.
"Tidak tau" jawab Zara dengan tawanya.
"Apa kamu bodoh? Kenapa mengencani pria yang tidak terbuka padamu? Karena kau terlalu mencintai nya ya? Sejauh mana kalian berhubungan? Apa kamu selalu menuruti permintaan nya?"
Tangan Zara mengepal dengan kuat, ia membenci setiap pertanyaan yang Al lontarkan padanya. Ini membuat Zara kembali membenci anak geng motor. Tuduhan kasar Al membuat Zara hilang rasa hormat pada pemuda itu.
"Jawaban apa yang ingin kamu dengar dariku?"
"Jawaban jujur tentunya, tapi melihat kamu yang janjian dengan Vernon, sepertinya hubungan kalian masih berlanjut"
"Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia, berhenti mencurigai ku"
Al tak mempercayainya, ia menarik tangan Zara dengan kasar dan masuk kedalam kamar mereka. Pemuda itu mengunci semua pintu, Zara terlihat ketakutan duduk diatas tempat tidur. Al membuka pakaian istrinya dengan paksa, mengingat hubungan masalalu Zara dan Vernon membuat Al semakin marah.
"Kamu mau apa? Tidak jangan memaksaku, tolong" ucap Zara berusaha menghentikan Al yang melepas pakaiannya dengan brutal.
"Kenapa aku tidak boleh? Pasti kau sudah melakukannya dengan pemuda itu beberapa kali bukan" sentak Al. Ia menahan menindih tubuh Zara dan melakukannya secara paksa.
Zara mencoba mengalihkan tubuh Al, ia merasa kesakitan. Namun pemuda itu tak peduli dan terus melakukanya, memuaskan kemauan nya. Gadis itu menangis, ia tak mengira jika Al sangatlah kasar seperti ini. Al yang masih tak peduli hanya menatap wajah Zara dengan datar.
Usai melakukannya, Zara meringkuk kesakitan. Al melihat ada bercak darah di sprei tempat tidurnya. Pemuda itu terkejut dan menatap Zara yang menangis sembari menahan sakit.
"Kamu belum pernah melakukannya?" Tanya Al.
"Sudah puas kan kamu? Apa karena aku terlihat bodoh atau karena aku memang bodoh karena tidak tau jika mantan pacarku adalah anggota geng motor? Atau karena aku berkencan dengan anggota geng motor sebab itu kamu berpikir begitu rendah tentang ku?"
"Zara maaf, begini, aku dan Vernon adalah ketua geng motor. Aku hanya, maksud ku, kami tau sifat masing-masing karena sering berselisih. Tapi aku tidak mengira jika dia tidak pernah menyentuhmu. Zara, aku..." perkataan Al terhenti kala melihat Zara yang terisak dengan pilu. Ia benar-benar bodoh melakukan tindakan ini karena percaya rumor palsu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Eh, Thor..
AODA tu apa artinya ya??
2023-11-24
0