Kelas Menyenangkan

Awal pagi hari yang teduh dan dingin,

Aerelle tengah sibuk menyiapkan bekal makan didapur. Aerelle biasa berangkat sekolah pukul 5:15 pagi. Karena orangtuanya pelit, ia terpaksa berjalan kaki sejauh 2 KM dari rumah untuk menghemat ongkos. Orangtuanya tidak pernah tahu akan hal ini karena Aerelle menyembunyikannya dengan baik.

Dilingkungan keluarga besar kedua orangtua Aerelle, termasuk ditetangga, orangtuanya termasuk yang dihormati dan disegani. Apalagi mereka juga oranf berada. Kalau mereka tahu Aerelle anaknya berjalan kaki sejauh itu ke sekolah untuk menghemat ongkos, citra mereka berdua pasti tercoreng. Aerelle juga akan mendapatkan hukuman cambukan lidi dibetis. Kedua orangtuanya sangat keras dalam mendidik Aerelle. Karena itulah, Aerelle memilih menghindar untuk bicara dengan kedua orangtuanya. Ia juga selalu dimarahi, dicaci, dan dipukuli tanpa alasan. Meski begitu, Aerelle menyayangi kedua orangtuanya.

Suasana dirumah yang masih sunyi membuat Aerelle buru-buru menyiapkan bekal dan kembali merapikan segala kebutuhan sekolah. Ia takut membuat suara berisik yang akan memicu amarah Ibunya. Selesai bersiap, Aerelle menghampiri Ayah dan Ibunya untuk salim. Meski ia selalu dimarahi, mereka masih mau jika Aerelle ingin salim.

Oh, mungkin ada yang heran mengapa kedua orangtuanya tidak bertanya kenapa anaknya berangkat lebih awal. Aerelle masuk ke SMA 1 Karta melalui jalur beasiswa. Sejak SMP, ia bersekolah dengan mencari beasiswa karena kedua orangtuaku mengatakan terbeban membayar uang sekolah Aerelle. Karena ia bisa bersekolah dengan jalur beasiswa, orangtuanya menjadi tahu batasan sehingga tidak pernah bertanya aturan sekolahku. Aerelle bebas membohongi mereka dengan mengatakan bahwa SMA kali ini masuk pukul 6 pagi. Padahal sebenarnya masuk pukul 6:30 pagi.

Sesampainya disekolah, ia bergegas pergi ke papan pengumuman didepan ruang guru. Matanya menyisiri daftar nama seluruh siswa.

Oh, masuk kelas X5!

Begitu sampai dikelas X5, Aerelle memilih bangku paling depan dipojok dekat jendela, yang didepannya adalah meja guru. Aerelle yang si anak rajin pasti memilih bangku paling depan agar bisa konsentrasi belajar. Aerelle ini juga agak kolot. Hanya berpikir belajar daripada menikmati masa muda. Hahaha, benar-benar lugu dan polos.

Karena Aerelle berangkat sangat pagi, ia selalu menemukan suasana sepi yang meneduhkan pandangannya. Hanya ada Bapak penjaga sekolah sedang menyapu halaman depan, dan Ibu-Ibu kantin. Pagi hari itu juga benar-benar sangat sejuk. Aerelle melempar pandangan keluar jendela memperhatikan daun-daun berguguran dan sederet pohon cemara lainnya.

...****************...

"Boleh duduk sini?"sapa seorang anak perempuan berkulit putih, rambut sebahu, dan cukup tinggi. Mungkin tingginya sama dengan Aerelle.

"Iya,".

Anak itu meletakkan tas nya yang dihiasi gantungan kelinci. Dari penampilannya, terlihat anak orang kaya.

"Gue Sarah. Nama lo siapa?"dia mengulurkan tangannya.

"Aerelle,"

"Sejak MOS, gue merhatiin lo. Gak tahu ya, gue seneng aja liatin lo. Mungkin karena gue jarang liat orang penyendiri,"cerocosnya membuka obrolan.

"Iya benar. Aku begitu. Apa kamu terganggu?"

"Maksud gue bukan gitu. Zaman sekarang jarang nemu orang pendiam, kalem, tertutup. Gue cuma takjub. Bahasa lo juga sopan bener,"Sarah terkekeh.

"Kamu bicara santai aja ke aku. Jangan mengubah gaya bicara kamu juga. Aku bisa mengerti,"Aerelle tersenyum tipis.

"Serius nih?"

"Iya. Senyamannya kamu aja,"sahut Aerelle.

"Gak ah. Gue mau menyesuaikan. Moga kamu betah setahun sebangku sama gue ya!"Sarah tersenyum.

"Lho? Setahun?"Aerelle mengernyit heran.

"Keliatan kamu mah pasti milih jurusan IPA. Gue mau nya IPS. Tapi tetep temenan boleh kan? Kamu pasti pinter. Ajarin belajar juga ya apa yang gue gak tahu,"Sarah mendadak cenayang.

Aerelle mengangguk merespon cerocosan Sarah. Setidaknya setengah tebakan dia benar. Aerelle merasa tidak perlu repot menjelaskan kondisinya yang pendiam dan senang sendiri. Sarah sendiri juga mengatakan tidak masalah dengan itu karena dia butuh orang waras untuk menyadarkannya agar tidak sesat dalam pergaulan. Hahaha, lucu sekali.

Sarah adalah anak yang rame, seru, asyik, dan juga berbakat populer karena wajahnya cantik. Semoga saja dia tidak bosan duduk bersamaku selama setahun.

Hari pertama dikelas X5, dijam pertama sebelum belajar, kami memulai dengan saling perkenalan diri bersama wali kelas bernama Ibu Zahra. Beliau adalah guru Fisika. Ibu Zahra berperawakan kurus, garis wajahnya tegas, berkulit sawo matang dan memiliki aura guru killer. Tidak hanya garis wajahnya yang tegas, cara bicaranya juga tegas.

Selama sesi perkenalan, Aerelle mendapatkan satu kesan bahwa teman-teman sekelasnya banyak yang unik. Dengan wali kelas yang beraura killer, rasanya bertolak belakang keunikan ini. Hal yang paling mencolok dari keunikan kelas ini adalah, murid laki-laki lebih banyak dari murid perempuan.

...****************...

Jam istirahat kedua,

"Aerelle gak ke kantin?"

"Enggak. Bawa bekal,"

"Mana? Mana? Mau lihat?"Sarah yang takjub begitu membuatnya agak malu menunjukkan bekalnya.

"Udah lama gak liat telur dadar kecap begini. Bikin sendiri?"

"Iya. Bagiku, ini enak,"

"Kamu gak suka jajan ya?"

"Bukan gitu. Cuma senang masak,"

"Pinter yah bisa masak. Kalo gitu gue pergi sama Iva dan Yuli ya. Va, Yul, sini!"Sarah memanggil kedua temannya yang berdiri didepan pintu kelas.

Aerelle berkenalan langsung dengan mereka. Sejauh ini, ia bisa menangkap respon mereka bertiga yang baik terhadapnya. Ia juga tidak masalah jika mereka bertiga nantinya akrab. Karena Aerelle tidak mungkin menjelaskan kondisinya. Sama saja dengan menjelekkan kedua orangtuanya. Apalagi kalau sampai mereka merespon bahwa Aerelle minta dikasihani. Karena itulah sebisa mungkin ia menyembunyikannya.

"Kami bertiga duluan ya. Gak apa-apa?"ujar Yuli.

"Iya. Makasih gak ngeledek bekalku,"ujar Aerelle.

"Ah elaahh, masa ngeledek. Kamu baik kok! Keliatan auranya baiiikkk banget. Ngomongnya aja lembut begini. Jahat amat kita kalo nyakitin kamu,"terang Sarah disambut anggukan Iva dan Yuli.

Aerelle membalas dengan senyum seraya mengucapkan terima kasih. Ia menunggu mereka bertiga pergi ke kantin sebelum melipir ke perpustakaan. Bu Hamda yang bertugas disana sudah mengenalinya selama masa MOS. Beliau tidak banyak bertanya kepada Aerelle mengapa ia selalu makan bekal diperpustakaan sembari membaca buku. Seolah-olah Beliau mengerti Aerelle menjalani masa sekolah yang berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya.

Hari pertama belajar setelah MOS, ia mencatat jumlah mata pelajaran dan menghitung perkiraan harga buku pelajaran masing-masingnya. Aerelle mencoba mengkalkulasikan dengan uang sakunya sebelum meminta tolong para guru membelikannya dan dibayar dengan cara mencicil. Aerelle biasa melakukan ini sejak SMP. Semoga saja guru-guru di SMA tidak bertanya alasan mengala mencicil. Aerelle tidak mau menyeret nama orangtuanya.

Dalam rasa penuh percaya diri, pulang sekolah ia menemui wali kelas dan menjelaskan permintaannya. Berhubung Aerelle adalah anak yang masuk dengan nilai terbaik disekolah, Ibu Zahra bersedia membantu asalkan Aerelle belajar dengan sungguh-sungguh. Aerelle juga sangat senang Beliau tidak bertanya alasannya mengajukan permintaan tersebut. Tiada hentinya Aerelle bersyukur akan hal itu.

...****************...

Baru saja beberapa langkah keluar dari ruang guru, ia berpapasan dengan Kak Arya, Si Ketua OSIS.

"Aerelle ya?"sapanya.

"Ya Kak. Ada apa?"jawabnya datar.

"Oh ini si Aerelle,"ucap Kak Irzan, Wakil Ketua OSIS.

"Ini yang gak mau nulis jawaban pertanyaan terakhir itu ya?"sahut suara lain Kak Maya, Si Sekretaris.

"Mampus lo semua gak diakui cakep sama adek kelas,"sambung Kak Monica, Si Bendahara.

Aerelle memandang mereka satu per satu dengan keheranan. Sepenting itukah mengisi nama Kakak Terganteng?

"Disini OSIS Angkatan Kelas XII pada cakep-cakep cowoknya. Masa kamu gak ada kepikiran satu nama doang?"celetuk Kak Arya.

"Gak ada, Kak,"jawabku singkat.

"Buahahahaaa....singkat padat. Sesuai deskripsi. Si Putri Es,"tawa Kak Irzan pecah.

"Pantesan harga diri si Santo tercoreng. Dia yang tiga tahun nyandang cowok terganteng, gak diakui adik kelas periode sekarang. Hihihi,"Kak Maya dan Kak Monica cekikikan.

"Maaf Kak, mau pulang,"ucap Aerelle seakan tidak peduli dengan ocehan para elite OSIS yang dijuluki Empat Serangkai.

"Masuk OSIS mau ya? Akademik kamu bagus. Gantiin gue,"pinta Kak Maya.

"Kenapa?"

"Coba dulu ambil formulir ini dan daftar,"Kak Maya menyodorkan formulir OSIS.

"Maaf, gak mau,"tolak Aerelle tegas.

Anehnya, mereka berempat sesaat melongo sebelum tertawa terbahak-bahak. OSIS yang aneh. Terlebih, mereka kan jajaran elite. Masa begini sih?

"Ambil aja dulu. Siapa tahu berubah pikiran,"Kak Arya kembali menyodorkan formulir itu lagi.

Aerelle menatapnya sebal dan terpaksa mengambil lembaran itu, lalu memasukkannya kedalam tas dengan hati-hati agar kertasnya tidak kusut.

"Kak, saya mau pulang. Udah jam 4,"

"Oh iya. Oke. Jangan lupa! Daftar ya. Berikan warna masa terakhir SMA kita,"ujar Kak Irzan

Aerelle memandang Kak Irzan dengan ekspresi datar, keheranan, dan dibungkus dengan kesebalan. Sadar bahwa dilihat dengan cara tidak biasa, Kak Irzan malah iseng bertanya.

"Ada apa? Gua ganteng ya?"dia pede.

"Gak tuh! Aneh aja minta berikan warna,"jawab Aerelle lalu melangkah menuju gerbang depan.

"Bentar, bentar. Satu lagi. Jelasin dong,"Kak Monica menarik tangan Aerelle.

Aerelle menghela nafas. Raut wajahnya pasti terlihat jelas bahwa ia sudah sebal dan juga malas. Aerellemerasa mereka berempat tahu, tapi memang senang saja menggodanya.

"Kenapa kamu bilang aneh minta warna?"tanya Kak Monica.

"Soal itu minta aja ke Tuhan,"jawabnya asal dan secepat kilat melesat meninggalkan mereka yang sudah tertawa ngakak.

Aerelle buru-buru menjauh karena berisik. Mereka tidak tahu malunya malah berteriak terima kasih dan akan menunggu Aerelle di OSIS. Untung saja sudah sepi karena sudah lewat jam pulang.

Aerelle mengabaikan teriakan mereka agar bisa cepat pulang. Karena tidak diberikan handphone, Aerelle harus menjelaskan kepada Ibunya kenapa pulang terlambat. Meski anak orang berada, Aerelle diberikan tugas membantu pekerjaan rumah tangga oleh Ibunya.

Setelah duduk diangkot, Aerelle kembali teringat dengan formulir OSIS. Buru-buru ia singkirkan pemikiran itu karena harus bergegas sampai dirumah.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

fav n sub udah ya kak

2023-11-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!