"Aku pulang!"
"Kakak!" tiba-tiba Helena memeluk Galan dengan kencangnya.
"Ada apa ini?" tidak biasanya berpelukan padahal tidak berpisah.
"Gak papa kok, cuma kangennya aja" ucapnya beralasan.
"Kita jadi pergi kan?"
"Ohh, jadi dong! Sekarang kamu siap-siap dulu ya, kakak mau ke atas dulu ambil jaket. Kita pakai motor!"
"Yeyy!"
Sudah lama Helena tidak keluar dengan kendaraan bermotor, selalu pakai mobil kemanapun.
"Ayo!" ajaknya saat sudah siap di garasi dengan motor hitamnya.
"Jangan lupa pakai helm!" Helena hampir saja lupa mengenakannya.
Dalam perjalanan, Galan masih terpikirkan dengan perkataan teman-temannya.
Tadi sebenarnya, dia membatalkan janji siang dengan Helena untuk memulai penyelidikan. Namun sampai sore pun belum dapat ditemukan.
"Helen" panggilnya.
"Iyaa?!" Helen sedikit berteriak karena angin yang cukup kencang.
"Kamu sama Malvin baik-baik aja kan?" Helena bukan orang bodoh untuk mengetahui maksud pertanyaannya itu.
"Baik-baik aja kok!" Helena sengaja menyembunyikan kedatangan Malvin hari ini tadi.
Dia juga yang meminta penjaga dan pelayan untuk tutup mulut. Tentu mereka tidak bisa tidak mematuhi nona kecil mereka.
"Bagus kalau begitu.." gumamnya.
"Kakak ngomong apa?! Helena gak bisa dengar!"
"Gak ngomong apa-apa, kamu yang salah dengar!"
"Hah?!" ucap Helena bingung.
Sampai di toko kesukaannya, Helena dengan semangat mengambil kotak kue dan mulai memilih.
"Jangan banyak-banyak, nanti gigi mu sakit" Galan tidak ingin Helena mengambil terlalu banyak.
"Kakak tenang aja, nggak banyak kok."
Namun hal itu hanya sebuah ucapan, "katanya gak banyak.." godanya.
"Hehehehe, nggak banyak kok kak. Kotaknya aja masih muat" Helena tersenyum cengengesan.
Ia menghela nafas, "baiklah, sini kotaknya. Kamu tunggu di motor biar kakak bayar dulu."
Dengan berjalan riang, Helena naik ke motor hitam kakaknya. Bukan di belakang, tapi di depan.
"Kamu mau menyetir?" ucapnya menawarkan.
"Tentu saja mau!" Helena langsung mengambil alih kunci motor dan menyalakannya.
"Jangan melebihi batas, normal aja bawanya."
"Ya ampun, sekali aja!" ucapnya memohon.
Dan tanpa mendengarkan balasan dari kakaknya, dia langsung menarik stang motor dan melajukan nya dengan cepat.
"Woww!!" Galan tersentak dan cepat-cepat memeluk pinggang Helena.
"Aku bisa jatuh jika kau tidak bilang-bilang!!" teriaknya sedang kesal.
"Maaf kak!! Aku menikmatinya!!"
Mereka berdua bersenang-senang hingga larut malam. Pergi ke pantai, makan di restoran, dan melajukan motor dengan cepat.
"Baiklah, ini sudah malam. Dan kamu harus tidur!" perintahnya.
"Okee!" sahut Helena.
"Kakak juga. Tidurlah!" ucapnya dari balik pintu kamar.
.......
Suara tamparan menggema di jam 12 malam.
"Papa sudah bilang jika kamu dihukum Malvin. Kenapa masih berani keluar?!"
"Hanya ingin."
"Hanya ingin?" ucapnya tak percaya.
"Ini bentuk tanggung jawabmu Malvin, papa sudah mengajarkan dengan cara lembut sebelumnya. Tapi kamu tetap tidak mendengarkan!"
Kali ini, orang tua Malvin benar-benar marah. Mama nya bahkan tidak berkata apa-apa.
"Jika kalian sayang pada ku! Seharusnya kalian tidak berlaku seperti ini!!" Malvin sangat marah.
"Kami sayang pada mu Malvin! Kami melakukan yang terbaik untukmu! Dan itu selalu!"
"Papa lelah dengan sifat tempramen dan pembangkang mu itu Malvin!"
"Setelah ini.."
"Lakukanlah yang kamu inginkan, kami tidak akan bertanggung jawab setelahnya."
"Entah itu denda lalu lintas, ataupun penjara karena memukul orang sampai koma. Kami tidak peduli lagi."
Orang tua Malvin, Kristian dan Jasmine benar-benar akan melakukannya. Mereka sudah sangat lelah dengan kelakuan yang diperbuat oleh anak mereka.
Selama ini, mereka lah yang menutupi semua kasus anaknya.
"Silahkan saja! Aku tidak peduli!" dan inilah balasan yang mereka dapatkan.
Padahal, jika Malvin meminta maaf saat ini juga. Orang tuanya masih akan memaafkan dan membantunya.
"Lagi pula, aku bisa melakukan semuanya sendiri.." lanjutnya bergumam.
Ia sangat lelah dengan hari ini.
Munculnya foto yang membuatnya curiga dan pertikaian dengan orang tuanya. Ini adalah hari yang berat daripada biasanya.
......
"Loh, Malvin?" Helena terkejut dengan kedatangan kekasihnya di pagi hari.
"Bukannya masih satu hari?" tanyanya bingung.
"Aku mendapat keringanan satu hari, jadi aku bisa berangkat bersamamu."
"Kamu senang?"
"Tentu aku senang Malvin. Tunggu dulu sebentar, aku akan bilang ke kakak dulu."
"Rencananya, tadi aku mau berangkat bareng kakak."
Helena kemudian naik ke lantai atas dan membicarakan nya dengan Galan. Galan sedikit melirik lantai bawah. Lirikannya terasa mencurigakan.
Saat Helena turun menuju pintu, Galan terlihat memandang Malvin dengan intens.
"Kenapa dia memandangku seperti itu? Tidak seperti biasanya" Malvin kebingungan.
"Ayo berangkat!"
Pikiran tentang pandangan Galan segera ia singkirkan. Mungkin perasaannya saja.
"Nanti pulang tunggu aku ya, aku ada urusan sebentar dengan Marcell."
"Hanya sebentar?"
"Hanya sebentar" ucapnya pasti.
"Hai Susan!" panggilnya.
"Hai Helen? Bagaimana weekend mu?"
"Menyenangkan! Kau harus tahu bagaimana lukisan Monalisa mendapatkan tiruannya."
"Ternyata itu hanya untuk mengecoh orang" Helena sangat antusias untuk membahas kunjungannya pada teman akrabnya.
"Aku dengar kamu dimarahi Malvin lagi.." ucap Susan berbisik.
"Bagaimana kau tau?" Helena tampak terkejut.
"Bodoh! Apa kau lupa?"
"Aku kan sepupu Simon! Dia yang menceritakan.."
Helena tersenyum bodoh, "iya juga ya, aku lupa.."
Susan memutar bola matanya, "jadi benar?!"
"Syuut! Diamlah, nanti ada yang dengar" Helena memperhatikan sekitar, suara Susan sedikit keras.
"Aku terkadang bingung dengan pikiranmu" dia menyingkirkan tangan Helena dari mulutnya.
"Hahh..kau tau bagaimana aku mencintainya Susan.." ia begitu bimbang.
"Cinta tak harus merasakan sakit Helena.." Susan sangat sedih untuk hubungan percintaan temannya.
"Aku tau Susan, tapi..rasa cintaku lebih besar dari rasa sakit itu."
"Lalu bagaimana jika suatu saat, rasa sakit itu lebih besar dari cintamu untuknya?" Susan menatap serius Helena.
"Aku tidak tau.."
Dia menghindari tatapan Susan. Temannya itu tau bagaimana ia menjalani hubungannya dengan Malvin selama ini. Awal yang manis, namun perlahan semakin pahit.
"Jawablah Helen!" temannya itu memaksanya untuk menjawab.
"Mungkin aku akan pergi jauh dan menghilang dari pandangannya."
Tiba-tiba dia terpikirkan satu hal, "jika itu terjadi, apa kau masih mau berteman denganku?"
"Tentu saja, berapa lama kita berteman? 1 tahun? 4 tahun? 17 tahun Helena! Kita berteman dari bayi bahkan sebelum Simon mengenalmu."
"Baiklah Susan, kau sangat cerewet!" ucapnya dengan candaan.
"Apapun yang terjadi nantinya, aku dan Simon akan terus bersama mu Helena. Percayalah kami! Kami akan melindungi mu" Susan mengucapkannya dengan penuh keyakinan.
"Aku percaya Susan."
"Inilah mengapa aku tidak setuju saat kamu menerimanya!" sekarang Susan sedikit kesal.
"Ya Tuhan! Kau mengucapkan hal yang mirip dengan Simon!" takjubnya.
"Terserah kau Helen!"
Susan kini lelah dengan ledekan Helena. Karena Helena tau jika Susan akan dijodohkan dengan Simon yang adalah sepupunya sendiri.
Bukan sepupu dekat sebenarnya, hal ini dia ketahui dari Simon sendiri. Itulah mengapa, dia senang menjahili Susan dengan mengaitkan nama Simon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments