Bab 3 : Pentingnya kepercayaan

"Aku tidak melakukannya Malvin, aku tidak pergi kesana.."

Seperti biasa, ketika dia merasa sakit. Dia akan pergi ke kamarnya dan mengurung diri. Keluarga nya tidak ada yang tau mengenai sifat Malvin.

"Mari bertahan sekali lagi.."

Lagi-lagi, kalimat itu yang Helena ucapkan. Cukup banyak mengeluarkan air mata selama ini. 2 tahun bukan waktu yang cepat juga.

Tiba-tiba Helena teringat jika siang nanti ada janji dengan kakaknya. Helena kemudian bangkit dari pojokan dan pergi ke wastafel untuk membasuh wajah dan bercermin.

Dia beruntung, setiap selesai menangis tidak akan ada bekas di wajahnya.

"Baiklah, mari kita melukis saja."

Helena sangat suka melukis untuk mencurahkan isi hatinya.

Saat dia mempersiapkan kanvas, cat warnanya habis. Berpikir untuk membeli lagi, dia meminta sopir untuk mengantarnya ke tempat penjualan itu.

"Pak Joseph bisa antar Helen ke toko cat?"

"Bis non, sebentar ya..saya mau memanaskan mobil dulu.."

"Halo kak.."

"Helen izin ke toko cat ya, cat lukis ku habis. Kakak tenang saja, Helen pergi dengan sopir kok.."

Dia baru saja menghubungi kakaknya untuk memberitahu, jika tidak habislah.

Disisi lain...

"Apa itu adikmu?"

"Iyaa, memang kenapa?" tanya Galan pada temannya. Saat ini dia sedang nongkrong di cafe.

"Bukan apa-apa.." sahutnya.

"Kau berbohong, dia pernah cerita padaku jika dia mencintai adikmu!" gelak tawa ramai di cafe itu.

"Aku sempat mendengarnya" ucap Galan.

"Tapi maaf saja, adikku sudah punya pacar dan dia baik kepada adikku."

"Siapa namanya?" tanya Tom yang menyukai Helena.

"Kau akan mengajaknya berkelahi kan?" tebak temannya.

Gelak tawa kembali terdengar, "pacarnya adalah putra Filbert, dia anak tahun kedua di sekolahku."

"Putra Filbert? Apa yang kau maksud itu Malvin?!" dia sangat berharap jika itu tidak.

"Benar!"

"Ya ampun!" batinnya menjerit.

"Kau harus melindungi adikmu Lan! Dia berbahaya!" ucapnya serius.

"Itu tidak mungkin Tom, dia mencintai adikku dan orang tuanya adalah sahabat orang tua kami. Jadi itu tidak mungkin" jawabnya dengan selingan tawa lucu.

"Aku serius Lan!"

Tawanya terhenti, "kenapa kau berpikir begitu, jangan bilang untuk membuatku berpikir buruk tentangnya" Galan berucap memperingati.

"Tidak!!" teman yang lain menjawab.

"Aku tau betul dengan perangai Malvin Galan. Dia termasuk musuhku saat ini" Zero berucap jujur.

"Meskipun kami tidak satu sekolah denganmu karena kamu memilih melindungi Helena, tapi satu yang harus kau ketahui Galan. Malvin..orang yang berbahaya."

"Apa maksudnya?!" Galan mulai mendengarkan dengan serius.

"Selama ini, aku memang tau jika Malvin memiliki kekasih, tapi kami tidak pernah melihat kekasihnya itu."

"Orang kepercayaan ku mengatakan.."

"Jika Malvin sering membuat kekasihnya sakit hati dengan tingkahnya,"

"Bukan hanya itu juga" sahut Deren.

"Katanya, Malvin pernah sekali hampir melakukan kekerasan dan anggota kelompoknya selalu merasa kasihan dengan kekasihnya itu,"

"Atau bisa kami katakan, adikmu Helena."

Otak Galan saat ini masih memproses semuanya. Benarkah Malvin melakukan hal itu di belakangnya? Dia ingin tidak percaya, tapi temannya sendiri yang mengatakan. Dan dia tidak meragukan temannya.

"Aku sarankan jika kau menyelidikinya dulu sebelum membuat kesimpulan" saran Tom.

"Yang kami katakan tadi masih lah berupa informasi bukan bukti."

"Sekali lagi, selidiki lah dulu. Kami akan membantu.."

.....

"Sial..sial..sial!!"

Terdengar beberapa pukulan yang kencang, Malvin kembali ke markasnya lagi untuk menggila.

"Ku katakan padamu untuk mencari tau dulu Malvin.." ucap temannya.

"Belum tentu foto itu benar, kau terlalu cepat menyimpulkan."

"Sudahlah Ken, Malvin tidak akan mendengarkan sebelum amarahnya reda. Tunggu saja.."

"Entah apa yang dia katakan pada Helena, semoga dia tidak keterlaluan" ucap Simon.

Sekarang sudah sore hari, amarah Malvin akhirnya reda.

"Aku sudah menemukan bukti jika Helena tidak bersalah!" ucap Simon melemparkan handphone nya.

"Bagaimana pun, aku masih teman masa kecilnya, aku hanya bisa memberi pencerahan untukmu!"

Simon Cowell sebenarnya merasa kesal dan sedikit marah jika Malvin menyimpulkan sesuatu dengan cepat. Terlebih, itu masih berkaitan dengan Helena yang dia anggap saudaranya.

Malvin melihat data di handphone Simon dan memeriksanya, kemudian...

"Apa yang aku lakukan?"

Penyesalan itu akhirnya datang.

"Sudah sering ku katakan kalau hilangkan sikapmu itu Malvin, jika terus seperti ini kau akan jatuh ke penyesalan."

Malvin hanya bisa memegang kepalanya frustasi dan mendengarkan semua ceramah dari teman-temannya.

"Aku sebenarnya mencintai nya, tapi entah kenapa aku selalu tidak percaya dengan apa yang kulihat jika berkaitan dengannya.."

"Cintamu itu mendatangkan obsesi Malvin!" sahut Simon datar.

"Sekarang! Pergi dan minta maaf pada Helena!" perintahnya.

Dengan gontai, Malvin berjalan menuju motornya dan melaju kencang. Panas terik tidak dia hiraukan.

"Itulah kenapa aku tidak setuju saat dia akan menyatakan perasaannya pada Helena" keluh Simon.

"Namun aku tidak bisa menghiraukan Helena yang juga mencintainya.."

"Andaikan waktu bisa diulang, aku ingin menjauhkan Malvin dari Helena. Helena terlalu lembut dan baik untuk Malvin yang seorang tempramen."

.....

"Helena!" Malvin mencoba mencari Helena di semua tempat di rumahnya.

Seorang pelayan berkata, jika Helena ada di ruang seninya.

"Helena.." ucapnya lirih.

"Iyaa.. bagaimana? Sudah merasa tenang?"

Lihatlah, setelah berbagai cacian dan tuduhan. Kekasihnya ini masih berbaik hati padanya.

"Helen..sayang.." luruh sudah air mata Malvin.

Jika pagi tadi air mata Helena yang keluar, kini terbalik dengan air mata Malvin yang tumpah ruah.

"Maaf Helen...sayang maafkan aku.."

Malvin memeluk Helena yang masih memegang kuasnya, ia baru saja selesai menggambar.

Helena kemudian mengelus rambut Malvin dengan sayangnya dan tersenyum, "aku maafkan kok,"

"Sekali lagi, aku tidak akan lelah untuk mengatakan ini.."

"Dalam sebuah hubungan, kepercayaan adalah hal yang penting. Aku selalu berharap jika kamu bisa mempercayai ku sepenuhnya."

"Aku bukan orang yang berbuat macam-macam.."

"Iya sayang..iya..., maafkan aku ya.."

"Selalu itu yang kamu ucapkan Malvin."

"Tanpa kamu ketahui, beberapa lukisan yang ada disini adalah lukisan yang aku buat ketika merasa sakit karena mu.."

"Iya sayang.." ucap Helena.

"Kamu harus berterimakasih pada Simon, pasti karena dia kamu jadi tau."

"Benar sayang, aku akan berterimakasih padanya nanti.."

"Sekarang aku ingin menghabiskan waktu denganmu."

"Tapi Malvin, bukannya kamu masih masa hukuman? Kenapa bisa keluar?!"

"Itu.."

Helena menutup matanya, "sore ini nanti aku akan pergi dengan kakak jalan-jalan."

"Lalu kamu, pulang dan istirahatlah! Masa hukumanmu belum selesai Malvin!" ucap Helena tegas.

Jika tidak seperti itu, apa yang akan terjadi kedepannya nanti. Mungkin Malvin akan semakin parah, itu yang terpikirkan oleh Helena.

"Baiklah sayang."

"Emang kamu mau pergi kemana sama Galan?!"

"Dia menjahili ku pagi tadi, jadi aku memintanya untuk membelikan ku cake di toko kesukaanku."

"Sebenarnya sih janji kita siang, tapi dia mengurus sesuatu."

"Aku bisa membelinya Helen.. bagaimana?" ucapnya berharap.

"Tidak!"

"Sekarang, kamu pulang!" Helena menarik Malvin keluar rumah dan memantaunya sampai ia benar-benar pergi.

"Terimakasih Simon" ucapnya dengan senyuman.

Episodes
1 Bab 1 : Kilas balik masa lalu
2 Bab 2 : Salah paham berujung pertikaian
3 Bab 3 : Pentingnya kepercayaan
4 Bab 4 : Susan yang tau segalanya.
5 Bab 5 : Hubungan yang pahit
6 Bab 6 : Spanyol, negara yang indah
7 Bab 7 : Buket bunga dari Lucy
8 Bab 8 : Kenangan buruk membawa luka
9 Bab 9 : Perawatan
10 Bab 10 : Pembalasan dendam untuk Helena
11 Bab 11 : Kebenaran yang sebenarnya
12 Bab 12 : Penyesalan terdalam
13 Bab 13 : Kembali pada kenyataan
14 Bab 14 : Kenangan itu muncul lagi
15 Bab 15 : Pengusiran
16 Bab 16 : Malam yang ramai
17 Bab 17 : Girl time bareng Aletha
18 Bab 18 : Romantisnya Galan
19 Bab 19 : Pelelangan
20 Bab 20 : Julio Kahil (POV)
21 Bab 21 : Bertemu denganmu
22 Bab 22 : Sekali dayung, dua pulau terlewati
23 Bab 23 : Malvin vs Julio
24 Bab 24 : Mendapat lampu hijau
25 Bab 25 : Persiapan penyerangan
26 Bab 26 : Siapa yang menang?
27 Bab 27 : Pengobatan
28 Bab 28 : Makan siang bersama
29 Bab 29 : Pulang ke Amerika
30 Bab 30 : Hari pernikahan
31 Bab 31 : Malam pertemuan kembali
32 Bab 32 : Kencan?
33 Bab 33 : Mulai ada rasa nyaman
34 Bab 34 : Berikan aku kesempatan!
35 Bab 35 : Akal sehat yang bermasalah
36 Bab 36 : Seorang kakak yang tidak mudah
37 Bab 37 : Akhirnya, kencan sesungguhnya
38 Bab 38 : Bertemu teman lama
39 Bab 39 : Melawan provokasi
40 Bab 40 : Sekelompok preman mengejar Helena
41 Bab 41 : Lolos dari kejaran preman, tetapi...
42 Bab 42 : Khawatir
43 Bab 43 : Dia yang akan menyelesaikannya
44 Bab 44 : Malam harinya
45 Bab 45 : Atmosfer 3 orang
46 Bab 46 : Galan dan Aletha menjenguk
47 Bab 47 : Pria gila (siksaan untuk Sienna)
48 Bab 48 : Eksekusi Sienna (she's a dead)
49 Bab 49 : Kegelisahan Julio
50 Bab 50 : Berpamitan
51 Bab 51 : Membinasakan musuh
52 Bab 52 : Gadis menyebalkan
53 Bab 53 : Pihak militer (penyelundupan senjata)
54 Bab 54 : Pertarungan yang sia-sia
55 Bab 55 : Anak kesayangan
56 Bab 56 : Seperti kucing dan tikus
57 Bab 57 : Mengobati
58 Bab 58 : Kedatangan yang dinanti
59 Bab 59 : Tunggu sebentar lagi
60 Bab 60 : Kabar gembira
61 Bab 61 : Wejangan kakek Gilbert
62 Bab 62 : Yuan
63 Bab 63 : Akhirnya orang tau
64 Bab 64 : Sangat indah dan sejuk...
65 Bab 65 : Lora
66 Bab 66 : Menginap semalaman
67 Bab 67 : Masa lalu Zero dan rumor
68 Bab 68 : Iya atau tidak
69 Bab 69 : Insiden
70 Bab 70 : Wanita lain
71 Bab 71 : Canada
72 Bab 72 : Kembali
73 Bab 73 : Mengumumkan pernikahan
74 Bab 74 : Jepang
75 Bab 75 : Menawarkan lanjut sekolah pada pekerja
76 Bab 76 : Kekhawatiran
77 Bab 77 : Kegilaan
78 Bab 78 : Lumpuh
79 Bab 79 : Wanita misterius (pencarian)
80 Bab 80 : Gagal
81 Bab 81 : Menemukannya
82 Bab 82 : Jurang gelap
83 Bab 83 : Bukan anak kandung
84 Bab 84 : Awal kita bertemu
85 Bab 85 : Hasil
86 Bab 86 : Bahagia bersamanya
87 Bab 87 : Selalu ada hama masuk
88 Bab 88 : Kata hati
89 Bab 89 : Kolaborasi
90 Bab 90 : Membeli perlengkapan bayi
91 Bab 91 : Kelahiran
92 Bab 92 : Sebentar lagi
93 Bab 93 : Fitting gaun
94 Bab 94 : Yang dinantikan
95 Bab 95 : Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya...
96 Ucap-Ucap Author
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1 : Kilas balik masa lalu
2
Bab 2 : Salah paham berujung pertikaian
3
Bab 3 : Pentingnya kepercayaan
4
Bab 4 : Susan yang tau segalanya.
5
Bab 5 : Hubungan yang pahit
6
Bab 6 : Spanyol, negara yang indah
7
Bab 7 : Buket bunga dari Lucy
8
Bab 8 : Kenangan buruk membawa luka
9
Bab 9 : Perawatan
10
Bab 10 : Pembalasan dendam untuk Helena
11
Bab 11 : Kebenaran yang sebenarnya
12
Bab 12 : Penyesalan terdalam
13
Bab 13 : Kembali pada kenyataan
14
Bab 14 : Kenangan itu muncul lagi
15
Bab 15 : Pengusiran
16
Bab 16 : Malam yang ramai
17
Bab 17 : Girl time bareng Aletha
18
Bab 18 : Romantisnya Galan
19
Bab 19 : Pelelangan
20
Bab 20 : Julio Kahil (POV)
21
Bab 21 : Bertemu denganmu
22
Bab 22 : Sekali dayung, dua pulau terlewati
23
Bab 23 : Malvin vs Julio
24
Bab 24 : Mendapat lampu hijau
25
Bab 25 : Persiapan penyerangan
26
Bab 26 : Siapa yang menang?
27
Bab 27 : Pengobatan
28
Bab 28 : Makan siang bersama
29
Bab 29 : Pulang ke Amerika
30
Bab 30 : Hari pernikahan
31
Bab 31 : Malam pertemuan kembali
32
Bab 32 : Kencan?
33
Bab 33 : Mulai ada rasa nyaman
34
Bab 34 : Berikan aku kesempatan!
35
Bab 35 : Akal sehat yang bermasalah
36
Bab 36 : Seorang kakak yang tidak mudah
37
Bab 37 : Akhirnya, kencan sesungguhnya
38
Bab 38 : Bertemu teman lama
39
Bab 39 : Melawan provokasi
40
Bab 40 : Sekelompok preman mengejar Helena
41
Bab 41 : Lolos dari kejaran preman, tetapi...
42
Bab 42 : Khawatir
43
Bab 43 : Dia yang akan menyelesaikannya
44
Bab 44 : Malam harinya
45
Bab 45 : Atmosfer 3 orang
46
Bab 46 : Galan dan Aletha menjenguk
47
Bab 47 : Pria gila (siksaan untuk Sienna)
48
Bab 48 : Eksekusi Sienna (she's a dead)
49
Bab 49 : Kegelisahan Julio
50
Bab 50 : Berpamitan
51
Bab 51 : Membinasakan musuh
52
Bab 52 : Gadis menyebalkan
53
Bab 53 : Pihak militer (penyelundupan senjata)
54
Bab 54 : Pertarungan yang sia-sia
55
Bab 55 : Anak kesayangan
56
Bab 56 : Seperti kucing dan tikus
57
Bab 57 : Mengobati
58
Bab 58 : Kedatangan yang dinanti
59
Bab 59 : Tunggu sebentar lagi
60
Bab 60 : Kabar gembira
61
Bab 61 : Wejangan kakek Gilbert
62
Bab 62 : Yuan
63
Bab 63 : Akhirnya orang tau
64
Bab 64 : Sangat indah dan sejuk...
65
Bab 65 : Lora
66
Bab 66 : Menginap semalaman
67
Bab 67 : Masa lalu Zero dan rumor
68
Bab 68 : Iya atau tidak
69
Bab 69 : Insiden
70
Bab 70 : Wanita lain
71
Bab 71 : Canada
72
Bab 72 : Kembali
73
Bab 73 : Mengumumkan pernikahan
74
Bab 74 : Jepang
75
Bab 75 : Menawarkan lanjut sekolah pada pekerja
76
Bab 76 : Kekhawatiran
77
Bab 77 : Kegilaan
78
Bab 78 : Lumpuh
79
Bab 79 : Wanita misterius (pencarian)
80
Bab 80 : Gagal
81
Bab 81 : Menemukannya
82
Bab 82 : Jurang gelap
83
Bab 83 : Bukan anak kandung
84
Bab 84 : Awal kita bertemu
85
Bab 85 : Hasil
86
Bab 86 : Bahagia bersamanya
87
Bab 87 : Selalu ada hama masuk
88
Bab 88 : Kata hati
89
Bab 89 : Kolaborasi
90
Bab 90 : Membeli perlengkapan bayi
91
Bab 91 : Kelahiran
92
Bab 92 : Sebentar lagi
93
Bab 93 : Fitting gaun
94
Bab 94 : Yang dinantikan
95
Bab 95 : Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya...
96
Ucap-Ucap Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!