"Susan.." panggilnya saat waktunya istirahat.
"Kita kan sudah selesai ujian, dan bentar lagi juga libur. Mau berlibur bersama?"
"Hah, maafkan aku Helen. Orang tua ku memintaku untuk berlibur bersama keluarganya Simon. Kenapa juga harus sama dia?!"
Di dalam hati, Helena mengetahui sesuatu, "Apa perjodohannya akan mulai? Aku harus tanya Simon. Hehehe" baiklah, di pikiran Helena tersusun sebuah ide.
"Memang kenapa? Bukankah dia baik?" Helena pura-pura tidak tau.
"Baik jika dilihat dari bulan! Dia itu laki-laki jahil yang terlalu narsis!" ucap Susan menggebu-gebu.
Puftt, "itu karena dia menyukai mu Susan" Helena sangat puas untuk tertawa.
"Kenapa tertawa?!" sungutnya.
"Apa aku orang yang narsis?" tiba-tiba muncul Simon dari belakang mereka.
"Simon?!" ucapnya panik.
"Susan, apa aku narsis hmm.." Simon tersenyum semanis mungkin.
"Ahahaha, tidak narsis sama sekali."
"Kau tampan."
Setelah mengatakan itu, Susan berusaha kabur dengan Helena yang ditariknya juga menertawakannya.
Sementara Simon, dia tersenyum manis, "apa aku narsis? bukankah aku manis" ucapnya percaya diri.
"Ya ampun! Itu hampir saja" Helena puas menertawakan Susan yang sangat panik.
"Terus saja kau tertawa!"
"Baiklah-baiklah, aku berhenti Susan" perutnya juga sakit jika lama-lama tertawa.
"Kita lanjutkan pembicaraan kita, aku akan ikut mommy dan daddy ku ke Spanyol" ucap Helena serius.
"Hah?" Susan merespon bingung.
"Saat ini, orang tuaku sudah berada di sana. Aku diminta untuk datang beberapa hari di sana karena kakakku akan pergi ke tempat kakek di Italia."
"Dia mempersiapkan study nya disana."
"Berapa lama kak Galan disana?" tanya Susan.
"Tidak lama, hanya seminggu dan aku ikut orang tua karena tidak ada yang menjagaku."
"Jadi Malvin kau tinggal begitu?"
"Iya itu benar, sekali-kali liburan ke sana mungkin menyenangkan" Helena sudah membayangkan beberapa hal.
"Helena..entah kenapa, jika kau ke Spanyol. Aku merasakan hal yang buruk" Susan sangat serius. Tiba-tiba saja merasakan seperti itu.
"Aku pikir akan baik-baik saja, mungkin kamu hanya khawatir?"
"Yaa, semoga hanya kekhawatiran ku saja."
Mereka berdua berjalan kembali ke kelas untuk mengikuti lomba. Sekolah mereka mengadakan lomba setiap selesai ujian untuk hiburan.
Saat pulang sekolah, Helena menceritakan jika ia pergi ke Spanyol.
"Tapi kita sudah merencanakan jauh-jauh hari Helena! Kamu seenaknya membatalkan janji kita!"
Benar saja, emosi Malvin langsung tersulut. Inilah yang ia takutkan jika putus hubungan dengannya.
"Aku tidak mau melanggar perintah orang tua ku Malvin. Kak Galan pergi ke Italia dan itu artinya aku harus pergi ikut orang tuaku" Helena berusaha memberi penjelasan.
"Masih ada aku disini Helen! Aku bisa menjagamu!" teriaknya emosi, dan bahkan di parkiran.
"Tenanglah Malvin, ramai orang disini.." ia mencoba untuk menenangkan Malvin, di area parkir? tentu saja menjadi tontonan.
"Aku tidak peduli Helen! Kamu pilih aku! Atau orang tua mu!"
Helena memejamkan mata sejenak, "maaf Malvin, aku memilih ke Spanyol.."
Dia sama sekali tidak berani melihat Malvin. Malvin begitu menyeramkan dengan matanya yang melotot.
"Kau!" Malvin menunjuk Helena dengan geramnya dan kemudian pergi meninggalkannya.
"Aku tau jika begini akhirnya.."
"Mau ku beri tumpangan?"
"Terimakasih Susan, aku sudah mengantisipasinya tadi. Aku sudah memanggil sopir ku untuk datang."
"Kalau begitu, bagaimana jika aku menemanimu sampai jemputan mu datang?" tawarnya.
"Tidak perlu Susan, sungguh! Kau pulang aja, bentar lagi juga datang."
"Kalau gitu, aku pulang dulu yaa, byee!" lambainya pada Helena.
"Demi mendapatkannya, aku rela menghancurkan mu Helena.." seseorang membatin dari kejauhan.
Helena melihat jika hujan akan turun, "bahkan cuaca juga tidak mendukung."
Tin! Tin!
"Nona! Ayo masuk nona! Sebentar lagi gerimis!"
"Iya pak Joseph!" buru-buru ia masuk ke dalam mobil.
...*****...
Tidak terasa, hari liburan pun datang. Sudah seminggu ini Helena tidak berhubungan dengan Malvin. Jujur, ini waktu terlama Malvin marah padanya.
"Hai Malvin" ketiknya pada laman chat nya
"Aku akan pergi ke bandara bersama kakak malam ini,"
"Aku tau jika kamu masih marah denganku, tapi aku harus menuruti orang tua ku yang telah membesarkan ku,"
"Sebagai gantinya, seminggu ini aku akan terus menghubungi mu."
"Sekali lagi, maafkan aku."
"I love you.."
"Hanya centang dua?" ucapnya sendu.
"Sebegitu marahnya kamu dengan hal seperti ini? Aku tau aku salah, maka aku minta maaf. Bagaimana pun juga, saat ini mereka lah prioritas ku."
Helena sedih dan juga kecewa. Sekarang ini ia sedang membereskan barang bawaannya.
"Helena?" panggil kakaknya dari luar.
"Iya kak?" ia pun membuka pintunya.
"Apa semua baik-baik saja.." Galan berjalan masuk dan di ikuti Helena.
"Baik kok" jawabnya.
"Jangan bohong Helen, mommy dan daddy tidak pernah mengajarkan untuk berbohong" terpaksa Galan sedikit mengancam adiknya.
Luruh sudah air matanya, ia tidak kuat dengan hubungannya.
"Ceritakan pada kakak, siapa yang buat adik kecilku menangis? Hmm?!"
Ia memeluk adiknya dan mengelus kepalanya, "kakak tidak akan marah.."
"Malvin marah denganku karena aku pergi ke Spanyol" akhirnya Helena berani untuk bercerita.
"Kenapa harus marah?" percayalah, Galan sedang menahan amarahnya.
"Kami sudah berjanji untuk menghabiskan waktu saat liburan ini, tapi mendadak! Aku harus ikut ke Spanyol."
"Aku sudah memberitahukannya dengan baik, tapi ia meninggalkan ku saat pulang sekolah minggu lalu dan dia marah sampai sekarang."
"Aku sudah tau responnya akan begitu, jadi aku menghubungi sopir untuk menjemput ku."
"Sudah! Tidak apa Helen, kamu akan lebih aman jika bersama keluarga. Jika kamu sendirian disini, kakak dan yang lainnya tidak akan tega meninggalkan mu."
"Maafkan kakak yaa, karena kakak harus pergi ke Italia" di satu sisi dia merasa bersalah pada Helena, dan di sisi lain merasa marah pada Malvin.
"Kakak tidak salah kok, kakak kan sedang mengurus pendidikan agar dapat mengelola perusahaan nanti,"
"Helena gak papa kok" ucapnya menenangkan.
Mereka bercerita panjang sampai tidak terasa jika hari sudah malam, Galan meminta adiknya untuk segera merapikan kopernya yang belum selesai.
"Kakak akan ke kamar dulu sebentar, kamu kalau sudah selesai.. pergilah ke bawah, tunggu kakak disana."
"Mengerti?" Helena mengangguk.
Galan berjalan ke samping kamar Helena, menuju kamarnya sendiri.
"Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dari keluarga Helena. Ini tadi termasuk hal yang biasa, namun kamu seperti merasa sakit berkali-kali lipat jika Malvin marah."
"Kenapa dengan marah darinya?" ia sangat terpikirkan.
"Haruskah aku mencari tahu lagi?"
"Aku akan minta tolong pada Simon saat pulang nanti."
Namun Galan tidak akan tau, jika kepulangannya nanti ia akan mendapat kejutan. Bertepatan dengan kelulusannya, Helena akan menghadapi hal yang menyeramkan.
"Telepon dari kakek?" batinnya.
"Ada apa kek?!"
"Apa?! Aku harus disana selama 2 minggu! Tapi aku harus menghadiri kelulusan minggu depan."
"Baiklah jika begitu, aku akan izin langsung pada guruku untuk tidak menghadiri kelulusan."
"Tapi Helena harus di sekolah minggu depan, dia tidak bisa jika berlama-lama di Spanyol."
"Baiklah, Galan akan meminta teman Galan untuk melindungi Helena, di sini juga ada kekasihnya. Kakek tenang saja.."
Galan bergantian menghubungi teman-temannya. Meminta mereka untuk mengawasi Helena dari jauh saat dia pulang nanti, dan terutama...
Mengawasi Malvin...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments