Aku bertanya pada diriku sendiri, bukankah aku membenci pernikahan? - Batin Jason.
Jason menghela nafas berulang kali. Ia terlihat kelelahan dan tak bersemangat. Setelah ia keluar dari kamar mandi, ia melihat Tiara yang tengah tertidur dengan pulas lalu mendekatinya. Penghuni baru yang tengah tertidur di tempat yang biasa ia tempati.
"Padahal tidak ada yang spesial?". Ucapnya dengan ekspresi datarnya sambil menatap wajah Tiara yang tengah tertidur.
Jason jadi mengingat akan pertemuan beberapa waktu lalu dengan keluarga Tiara.
Setelah pertemuan yang terjadi beberapa waktu lalu, sebenarnya masih belum ada keputusan perjodohan itu akan berlanjut, karena pernyataan Tiara yang akan memikirkannya lagi. Di tambah, baik antara dia dan Tiara cukup sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga waktu berlalu hampir satu minggu tanpa pembicaraan lebih lanjut.
Sejujurnya, Jason bisa saja membatalkannya dengan mudah, karena itu bukanlah hal yang sulit untuknya. Penolakkan itu juga bukanlah yang pertama baginya.
Saat itu, ia tau kalau opahnya pasti akan membicarakan soal perjodohan di pertemuan itu, meskipun opahnya hanya bilang itu adalah pertemuan biasa karena mereka teman dekat papanya. Tapi.. ia tak mempercayainya, karena bukan pertama kali pertemuan semacam itu terjadi. Meskipun ia tau tujuan opahnya, ia tetap datang ke pertemuan tersebut.
Di pertemuan tersebut hanya Tiara yang datang, karena kakaknya yang merupakan anak sulung keluarga Wijaya berhalangan hadir di pertemuan tersebut. Suasana hangat sejak awal pertemuan, hingga suasana berubah menjadi agak canggung saat opah mulai membicarakan soal perjodohan itu. Terlihat wajah kaget dan panik dalam diri Tiara juga kedua orang tua Tiara begitu mendengar opah membahas soal perjodohan.
Jason yang tau akan ada pembahasan soal ini hanya diam dan bersikap tenang. Hingga suasana tiba-tiba berubah nenjadi hening ketika Jason mengiyakan pertanyaan opahnya. Dan itu membuat ekspresi semuanya menjadi terkejut ketika mendengarnya, terutama opah yang seakan tak percaya mendengarnya.
Aneh kan? Aku pun tidak mengerti dengan diriku sendiri.
***
"Kenapa kamu tidak mengelak?" Tanya Tiara pada Jason yang tepat berada di sampingnya saat keduanya berjalan keluar dari tempat pertemuan.
"Aku malas berdebat." Jawab Jason Acuh.
"Cuma itu?" Ucap Tiara dengan ekspresi tak percaya.
"Aku tidak ingin perjodohan ini terjadi." Kata Tiara menghentikan langkah Jason yang akan pergi.
Ia tak menjawab dan hanya menatap lekat wajah Tiara.
"Kalau gitu, yakinkan pak tua itu." Ucap Jason tenang dan berlalu begitu saja.
Ha...
Dia serius dengan apa yang dia katakan? Manusia aneh. Bukanya dia juga gak tertarik dengan perjodohan ini? Kenapa tadi dia tidak mengelak? Malas berdebat katanya? Yang benar aja. - Gerutu Tiara dalam dalam hatinya.
"Tiara ayo pulang." Pinta bunda Raya yang melihat Tiara tak kunjung naik mobil.
"Kenapa? Kamu masih memikirkan soal yang tadi?" Tanya bunda lagi melihat ekspresi anaknya yang terlihat murung.
"Iya. Bagaimana bisa opah kepikiran menjodohkanku dengan cucunya coba!." Ucap Tiara dengan wajah cemberut.
Bunda Raya hanya tersenyum mendengarnya.
"Kalau bunda sih tidak memaksa, itu sih terserah kamu."
"Benar, tidak perlu terlalu terburu-buru." Timpal ayahnya.
"Kalau kak Vanya belum menikah, mungkin kakak aja yang di jodohkan denganya. Karena umur mereka kan gak jauh beda." Protes Tiara.
Kedua orang Tiara hanya tersenyum mendengar keluhan anaknya.
Sebenarnya apa sih yang di fikirkan opah. Meskipun cucunya itu ganteng, tapi aku kan masih belum siap untuk menikah. Aku kan masih pengen lanjut kuliah. Dan mimpiku untuk bisa keliling dunia bisa gagal. Aku benar-benar bingung karena opah benar-benar mengharapkan perjodohan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments