Kebencian

 Di saat Hana dan Janghyung tengah berbicara sambil sesekali bercanda gurau dan tertawa bersama membuat seseorang yang melihat mereka dari jauh tampak kesal.

 Siapa lagi jika bukan Jiho, dia yang sejak tadi melihat dan juga mengawasi Hana dari kejauhan. Namun, raut wajahnya tampak sangat kesal sekali di saat melihat adiknya malah terlalu akrab kepada musuh mereka yaitu Janghyun.

"Berani-beraninya dia menipu adikku dengan senyuman sandiwaranya itu, awas saja kau park Janghyung!!" ucap batin Jiho sambil mengepalkan kedua tangannya penuh menahan rasa marahnya.

"Jika begini terus Hana bisa-bisa tertipu dan menaruh hati kepada bedebah itu!" Jiho terus berfikir sambil membuat rencana agar sang adik membenci musuh mereka itu.

 Namun tiba-tiba saja di tengah lamunannya itu, Jiho mulai menarik sebelah sudut bibirnya menyeringai. Ia akhirnya mendapatkan cara yang sempurna untuk memisahkan Sang adik agar jangan sampai adiknya Hana benar-benar menyukai Janghyung.

"Janghyun....Janghyun... Kau pikir aku tidak tau niat busuk dan rencana licik mu itu?" ucap pelan Jiho lalu beranjak pergi dari sana.

 Entah apa yang di pikirkan oleh Jiho saat itu untuk memisahkan dan mengingatkan sang adik agar ia tak lupa dengan rencana awal mereka.

...✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*...

Sementara itu di taman belakang kediaman Kim

"Tak aku sangka ternyata guru dari putriku akan menjadi calon istriku?" Janghyun terkekeh pelan.

"Aku pun juga tidak menyenangkan bahwa pria yang akan ayahku jodohkan denganku adalah kau tuan Janghyun..." sungguh Hana benar-benar terlena akan perasaannya itu kepada Janghyun.

 Hembusan angin di hari yang tidak terlalu panas tersebut seolah-olah alam ikut merestui hubungan yang akan terjalin di antara sepasang manusia tersebut.

"Panggil aku Janghyun saja!" Janghyun tersenyum lembut sambil menyelipkan anakan rambut Hana yang tertiup hembusan angin itu ke belakang telinga Hana.

 Hana tentunya pasti terpesona dan salah tingkah karena tindakan dan ucapan dari Janghyun berikan barusan. Wajah cantik milik Hana kini sudah merona sempurna karena ulah Janghyun.

"Baiklah Janghyun!" Hana akhirnya tersenyum manis menanggapi ucapan dari Janghyun tersebut.

 Tak beberapa lama kemudian akhirnya Janghyun pun berpamitan untuk pulang di karenakan ada urusan mendadak di kantornya.

 Hana pun mengantar Janghyun sampai di depan di depan pintu depan rumahnya dengan seulas senyuman yang masih terukir rapi dan cantik di wajahnya itu. Dengan sesekali melambaikan tangan ke mobil yang Janghyun kendarai sampai mobil tersebut benar-benar telah pergi senyuman di kedua sudut bibir Hana masih terus terukir.

"Kau menikmati waktu berduaan bersama pria jahat itu tuan putri?" sindir Jiho yang sudah bersandar di dinding di depan Hana.

" Apa maksud kakak sih " Hana semakin salah tingkah mendengar ucapan dari sang kakak pertamanya itu.

"Kau menyukainya, Hana?" kini Jiho langsung bicara terus terang kepada sang adik.

"Mmm....i-itu!" ucap Hana mulai semakin gugup dan wajahnya kembali merona.

"Sudah aku duga ternyata kau benar-benar lupa dengan rencana kita Hana!" Jiho mulai menghela nafas berat melihat tingkah laku adiknya yang rupanya sesuai dengan dugaannya sejak awal.

"Ingatlah Hana, dia musuh kita jadi jangan lengah atau bahkan kau benar-benar jatuh hati kepada pria ular itu!" tegas Jiho kepada Hana dengan ekspresi serius.

"Tapi kak..." belum selesai Hana berucap Jiho kini langsung memotong ucapannya itu.

"Dengar ya Hana, kau harus ingat rencana awal kita. Kau di nikahkan dengan pria itu hanya untuk mencuri dan mengambil kembali perusahaan ayah yang dua curi?!" Jiho langsung mencengkram rahang pipi Hana kuat penuh emosi.

"Agk...tapi kak!" rintih pelan Hana menahan rasa sakit dan perih akibat cengkraman Jiho.

"Tidak ada tapi-tapian!" bentak kesal Jiho menatap emosi ke Hana.

 Untuk pertama kali dalam hidupnya Hana, ia baru melihat sosok jiho yang selalu bersikap manis dan sayang kepadanya itu tiba-tiba membentak dan menatapnya penuh amarah.

 Hana hanya bisa menangis ketakutan sambil meringis pelan menahan perih akibat cengkraman kuat dari Jiho.

"Kau paham peringatanku ini Hana!" sinis tajam dan nada suara penuh penekanan kini jiho lontarkan kepada Hana.

 Hana hanya bisa diam menangis sambil mengangguk pelan saja dengan menanggapi ucapan dari Jiho.

"Bagus, ingat dan camkan di dalam otakmu yang bodoh dan lugu itu bahwa kau harus merebut semua hartanya sebelum nyawamu yang dia renggut!" Jiho melepaskan cengkeramannya dari rahang pipi Hana dan berjalan pergi meninggalkan Hana yang masih diam menangis.

 Hana langsung segera pergi kembali masuk kedalam kamarnya. Di dalam kamarnya Hana kembali menangis sedih dan menahan rasa perih akibat bekas cengkraman kuat dari Jiho tadi.

 Sungguh, Hana benar-benar sangat dilema dan sangat bingung saat ini. Dia bingung dan ragu dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tak bisa mengkhianati kepercayaan dan juga harga diri keluarganya sendiri.

 Tetapi ia juga tak kuasa harus membunuh dan bersandiwara di atas perasaan yang timbul di hatinya kepada Janghyun.

"Kenapa harus dia?"

"Kenapa harus Park Janghyun yang keluargaku benci?"

"Kenapa takdir membuat pria yang ku kagumi dan ku sukai harus mati di tanganku sendiri?"

 Hana terus menerus bergumam di dalam batinnya sambil terus menangis sedih. Kenapa ia harus terjebak dengan ucapannya sendiri.

...✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*...

Malam harinya di saat makan malam

 Hana masih berdiam diri di dalam kamarnya. Ia masih takut dan tak kuasa untuk kembali berdebat dengan Jiho.

 Bahkan Hana sudah menebak kalau Jiho pasti akan melaporkan kejadian pagi tadi kepada ayah dan kakak keduanya itu.

 Hana akhirnya lebih memilih meminta pelayan mengantarkan makan malamnya ke kamar saja. Ia juga berencana untuk menenangkan diri sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan. Balas dendam keluarganya atau rasa cintanya kepada Janghyun.

...✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*...

Sementara itu di kediaman Janghyun

 Seperti biasanya di saat Janghyun dan putrinya sedang makan malam bersama hanya berdua, sang gadis kecil nan cantik itu kali ini tak bercerita seperti biasanya kepada sang ayahnya

"Kenapa putri ayah tampak murung?" Janghyun mengelus puncak kepala putrinya penuh kasih sayang.

"Aku sedih karena Ibu guru Hana tidak mengajar Eun-hye lagi ayah..." ucap Eun-hye dengan raut wajah sedih.

"Eun-hye sayang dengan Bu guru Hana ya nak?" Janghyun tersenyum lembut mengelus pipi putrinya Eun-hye.

 Eun-hye menganggukkan kepalanya masih dengan raut wajah sedih. Janghun kini mulai tersenyum lalu memangku Eun-hye di pangkuannya.

"Eun-hye mau punya mama baru nak?" Janghyun tersenyum sambil menyuapi putrinya kembali untuk makan.

"Tidak mau!" Eun-hye memanyunkan bibirnya tak setuju.

"Tapi kalau bu guru Hana yang jadi mama baru Eun-hye gimana?" Janghyun kembali bertanya sambil terkekeh.

"MAU!" Eun-hye tersenyum senang sekali, itu membuat Janghyung kembali tersenyum dan hatinya menghangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!