Benar saja, dalam kurun waktu kurang dari 1x24 jam Toni sudah mendapatkan hasilnya. Ia segera melaporkan hasil itu pada Gavin karena Gavin pun selalu meneror dirinya untuk lekas memberikan info.
Tengah malam Toni rela datang ke rumah Gavin hanya untuk memberitahukan hal itu pada Gavin. Ia khawatir jika bosnya itu tidak bisa tidur memikirkan hal itu . Nanti siapa lagi yang repot jika bosnya itu sakit, pasti dia lagi yang akan wira-wiri mengurusi perusahaan dan dirinya.
ting tong
ting tong
Dua kali Toni memencet bel rumah Gavin tak kunjung mendapat sahutan atau dibukakan pintu. Dan Toni pun memencet bel itu hingga berulang kali.
"Pasti Toni," Gavin yang samar-samar mendengar segera turun dari kamarnya dan membukakan pintu.
"Masuk," ujarnya lalu diikuti Toni yang berada dibelakangnya.
Mereka berdua pun duduk di ruang tamu. "Gimana? Sudah dapat?" Tanya Gavin antusias.
Toni pun memberikan sebuah amplop coklat kecil pada Gavin. "Baca saja, kurang lebih seperti itu," jelas Toni.
Gavin dengan cepat membuka isi dari amplop itu dan membacanya dengan seksama dan teliti. Hingga sebuah pertanyaan terlontar dari mulutnya seketika saat ia membaca kertas dalam genggamannya itu.
"Nama anak Karina Arshaka Kalundra Atmajaya?" Toni pun mengalihkan pandangannya pada Gavin.
Gavin berpikir sejenak, Atmajaya adalah nama dari keluarga Karina. Sebab, dibelakang nama Karina terselip nama itu juga.
belum sempat Toni menjawab Gavin sudah melemparkan pertanyaan kembali. "Siapa suami Karina? Ini yang menjadi teka-teki dan ia belum menemukan jawabannya hingga kini.
Toni pun membuka suara. "Kemungkinan..."
"Apa, Ton? Kemungkinan apa?" Gavin sudah geram kala Toni tidak segera menyelesaikan ucapannya.
"Menurut informasi dari seseorang, Karina tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun. Bahkan kabar kehamilan Karina itu diketahui setelah Karina putus dengan anda, Bos. Dan sampai saat ini Karina juga tak nampak dekat dengan pria manapun," jelas Toni panjang lebar.
Toni mendapat info ini dari seseorang yang tersamarkan identitasnya. Namun, orang ini tau betul seluk-beluk dari seorang Karina Audya Putri atau seorang artis model terkenal itu.
Gavin termangu mencerna ucapan Toni. Seketika hatinya bergemuruh kala mendengar ucapan Toni baru saja itu. Kini, hanya ada 2 kemungkinan. Anaknya atau Karina sudah menjalin hubungan setelah dengan dirinya.
"Ton, apa anak itu anak gue?"
Toni pun tak kalah terkejutnya saat Gavin langsung melontarkan pertanyaan itu pada dirinya. Ia hanya diam tak mampu menjawab apapun.
"Ton, jawab gue..." Gavin kembali berucap kala Toni hanya menundukkan kepalanya.
Tak segera mendapat jawaban dari Toni, Gavin mendekat ke arah Toni duduk. "Jawab! Lu punya mulut kan, Ton?".
Toni pun menegakkan kepalanya menatap Gavin yang sudah menggebu-gebu ingin mendapat jawaban darinya. "Kalau itu tanyakan saja pada Karina, hanya Karina yang bisa memberikan jawaban itu pada Anda," jawab Toni dengan tegas. Toni bisa membaca raut muka Gavin sudah tersulut emosi.
"Arghh..." Gavin mengusap kepalanya kasar.
"Pulanglah, terimakasih sudah bekerja dengan baik. Sudah saya transfer bonus kamu," ucap Gavin pada Toni.
Toni pun mengangguk paham. "Terimakasih. Kalau gitu saya pulang," pamit Toni dan Gavin pun hanya berdeham pelan.
Malam itu Gavin tidur dengan perasaan cemas. Ia buru-buru ingin bertemu Karina secepatnya agar bisa segera mendapat jawaban.
Di tempat lain Karina baru saja landing dari pesawatnya pagi hari sekitar pukul 4. Dan ia segera pulang ke apartment guna melepas lelah setelah berhari-hari ia bekerja.
Gavin pun bertekad untuk pergi ke apartment Karina, ia akan mendatangi alamat yang tercantum dalam berkas yang Toni berikan kemarin malam. Ia sengaja tak datang ke kantor bahkan ia membatalkan rapat hanya karena urusan ini.
"Rin, kamu nggak akan membungkam ini secara terus-terus an," gumam Gavin seraya ia menampar keras stir mobilnya.
Kurang lebih satu jam akhirnya ia sampai di apartment elit dan mewah yang ditempati Karina. Terlihat gedung itu menjulang tinggi entah sampai berapa lantai.
Gavin pun segera berlari menuju resepsionis atau lobby.
"Bolehkah saya tanya sesuatu?" Gavin bertanya pada salah satu resepsionis perempuan yang sedang berjaga.
"Boleh, ada perlu yang bisa kami bantu?" Ujar wanita itu dengan ramah.
"Benarkah Karina Audya Putri tinggal disini? Bisakah saya bertemu dengan dia?" ucap Gavin.
Wanita itu tertegun kala ada seorang pria asing yang tiba-tiba datang dan mencari Karina langsung ke apartment. Pasalnya tidak sembarang orang tahu keberadaan tempat tinggal Karina.
"Maaf, Pak. Kami tidak bisa memberikan info itu. Dan privasi ini atas yang bersangkutan, dan jika bapak ada suatu keperluan silahkan menemui Bu Karina diluar," jelas wanita penjaga itu dengan sopan. Ia juga tak begitu saja memberi tahu apapun pada orang tak dikenal itu.
Gavin merasa gusar, bingung bagaimana ia bisa menghubungi Karina sebab dirinya tak punya nomor pribadinya.
"Tapi, apakah Karina berada di apart nya? Apa sudah keluar?" Tanya Gavin kembali memastikan.
"Sepertinya begitu, beliau baru saja kembali setelah berada di luar kota," terang wanita itu sepengetahuannya.
Gavin tak putus asa, ia memutuskan untuk menunggu sampai Karina keluar dari apart nya entah jam berapa itu. Gavin tak tenang jika belum mendapat jawaban itu keluar dari mulut Karina sendiri.
Gavin datang jam 6 pagi, dan kini ia sudah duduk disana kurang lebih 5 jam. Baru 5 jam saja ia sudah frustasi tidak sabar, bagaimana jika Karina tidak keluar dari apart nya, atau bahkan nanti sore atau malam baru keluar.
"Ya Tuhan, help me now..." Gavin menarik nafas kasar.
Di dalam apart Karina.
Karina sedang bersiap untuk ke Florist sekalian menjemput Shaka ke sekolah. Padahal hari kosongnya bisa ia gunakan untuk tidur seharian, namun sepertinya untuk seorang Karina tidak bisa jika harus berdiam diri di rumah.
Karina pun telah bersiap, ia menggunakan dress warna ice blue selutut dan rambutnya digerai. Karina selalu cantik dengan penampilan apapun.
Ia pun turun dan segera menuju ke parkiran untuk pergi ke Florist.
Gavin yang awalnya memainkan ponselnya dan melihat seseorang yang baru keluar dari lift seketika langsung berdiri dan berlari menghampiri wanita itu. Ia yakin jika itu Karina.
"Karina!" ucap Gavin seraya berlari.
Karina yang mendengar namanya dipanggil seketika menoleh ke sumber suara. Namun, betapa terkejutnya ia kala yang memanggil adalah Gavin, mantan kekasihnya.
Karina pun berjalan semakin cepat pura-pura acuh terhadap pria itu. Secepat tenaga pria itu berhasil menghentikan langkah Karina.
"Karina..." ucapnya seraya menetralkan nafasnya.
Karina hanya diam tak berani memandang Gavin yang berada di depannya. Jujur ia sendiri masih shock bagaimana Gavin tahu tempat tinggalnya. Dan darimana Gavin tahu.
"Rin, gue butuh jawaban dari kamu."
"Siapa anak kecil ini," Gavin menunjukkan foto Karina dengan Shaka yang sedang berlibur ke Paris 2 bulan lalu.
Lagi-lagi Karina hanya diam seribu bahasa, lidahnya seolah kaku untuk mengatakan satu kata apapun.
"Rin! Siapa ayah anak kecil ini?" Lagi-lagi Gavin memantapkan pertanyaannya.
"Bukan urusan kamu," Karina lalu kembali melangkahkan kakinya dengan cepat.
Tapi, lagi-lagi ia kalah. Pria itu dengan cepat menangkal tangannya untuk berhenti.
"Urusan aku, Rin. Aku harus tahu!"
"Rin, aku butuh jawaban dari kamu," Gavin menatap Karina, namun Karina tak berani menatap balik Gavin dan ia memalingkan wajah dari pria itu.
"Kenapa? Kita udah selesai, nggak ada yang perlu dibahas lagi," dengan lantang Karina mengatakan hal itu.
"Kamu egois, Rin. Aku tahu Shaka anak aku kan?" Gavin langsung to the point membuat Karina langsung menatap dirinya yang semula ia mengacuhkan Gavin.
"Anakmu? Kamu tiba-tiba datang cuma ingin mengatakan itu? Pahlawan kesiangan dari mana dirimu?" Balas Karina dengan senyum mengejek.
"Aku tak punya banyak waktu untuk berbicara denganmu," Karina kembali melangkahkan kakinya dengan cepat dan sedikit berlari agar pria itu tak mengejar dirinya.
"Rin! Jika itu bukan anakku, lantas dimana suamimu?" Gavin terus mengejar Karina.
"SEKALI LAGI AKU TEGASKAN ITU BUKAN URUSANMU!" Karina berucap keras pada Gavin.
Lagi-lagi Gavin bisa menghentikan gerak langkah Karina. "Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu, Rin. Kamu berbohong kepadaku, kan?"
"Ck, buat apa aku berbohong padamu? Seperti kurang kerjaan," jawab Karina sinis.
"Shaka putraku kan?" kembali Gavin melontarkan pertanyaan itu.
Karina geram dengan Gavin, ia sudah datang seperti tamu tak diundang. Dan datang menanyakan hal yang sengaja tak ingin Karina bongkar. Karina sebelumnya juga sudah tahu mengenai pertemuan Shaka dengan Gavin di Mall kala mereka makan siang, Sasha sudah menceritakan semuanya. Karina pikir itu suatu kebetulan saja tak lebih, dan tak mungkin berlanjut sampai Gavin tahu tempat tinggalnya dan mencari tahu tentang Shaka. Karina juga sudah paham darimana Gavin bisa mengetahui ini semua, pastinya Gavin bisa melakukan apapun yang ia mau dengan uangnya dan menyuruh siapapun untuk melakukan keinginannya yang kadang diluar logika.
"Aku sibuk, temui saja nanti aku di cafe SSS jika kamu mau," Karina memberikan sebuah nomor telepon pada Gavin dan ia pun segera masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan Gavin yang masih berdiri di tempat yang sama.
"Kapanpun aku pasti datang," Gavin berjalan dan ia berniat untuk kembali menuju kantornya.
*Haloo hai semuanyaa, apa kabar nih? Semoga selalu sehat dan bahagia yaa. Thank u udah baca part 3 ya mom. Gavin pusing nih, semangatin yuu biar bisa segera ketemu Karina pujaan hatinya hehe. Jan lupa dukungannya yaa❤️❤️*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments