Hari itu Karina sudah pergi keluar kota sejak dini hari. Sebab job kali ini berada di luar kota yang lumayan jauh. Ia menyerahkan Shaka pada Sasha sepenuhnya. Mungkin Karina akan pulang besok pagi atau bahkan malam harinya.
"Udah siap? Ada yang ketinggalan nggak?" Tanya Sasha pada Shaka yang sudah bersiap dengan seragam dan tas sekolahnya.
"No, Onty," Shaka menggelengkan kepala seraya menggoyangkan satu jarinya.
"Let's gooo!" Sasha menggandeng anak kecil itu keluar dari apartment untuk menuju lift.
Mereka berangkat berdua tanpa Karina. Sebelum keluar kota Karina sudah meminta izin pada Shaka, sebab dirinya take off pagi hari dan tak tega jika membangunkan Shaka yang masih terlelap saat dirinya akan berangkat kerja. Jadi, pagi tadi Karina sudah video call dengan Shaka juga sebelum Shaka ke sekolah.
"Nanti kita makan siang diluar apa Onty masakin dirumah?" Tawar Sasha pada Shaka.
"Emm... Gimana kalau sekali-kali keluar?"
"Gimana ya. Aduh... Boleh deh kalau gitu," Sasha mengerjai Shaka. Padahal Shaka hampir kecewa jika Sasha mengatakan tidak boleh atau tidak mau.
"Yeayy! Asik!" Ucap anak kecil itu kegirangan.
Shaka telah sampai di depan sekolahnya, dan Sasha ikut turun mengantarkan Shaka sampai masuk ke gerbang sekolahnya.
"Terimakasih, Onty. Semangat kerjanya," Shaka menampakkan deretan giginya yang rapi pada Sasha.
"Iya, Shaka juga semangat okay?"
"Siap!" Shaka berjalan menjauh seraya melambaikan tangan pada Sasha yang masih berdiri menatap dirinya hingga Sasha melihat anak itu sudah tidak terlihat baru ia meninggalkan area itu.
Sasha kembali melajukan mobilnya untuk menuju ke Florist. Tidak ada kegiatan lain setelah mengantar Shaka ke sekolah. Ya, sedikit membantu dan menghandle pekerjaan disana sembari menunggu Shaka pulang dari sekolahnya agar ia juga ada kegiatan.
Florist selalu ramai pengunjung setiap harinya, mulai dari remaja, orang dewasa, bahkan orang tua pun banyak yang datang ke Florist itu untuk membelikan hadiah untuk orang tersayangnya.
Namun, sebelum se-ramai seperti ini, dulu pun usaha yang dirintis Karina ini juga masih sepi pengunjung bahkan sebulan bisa dihitung laku berapa buket. Berkat kegigihan Karina memperjuangkan bisnis ini akhirnya bisnis ini bisa naik dan dikenal kalangan masyarakat.
"Hai, Ci! Pagi..." Sapa Sasha pada Cici yang sedang melayani salah satu pelanggan.
"Pagi, selamat datang Mbak Sa," sapa balik Cici.
Sasha pun masuk ke dalam dan melihat disana para karyawan sedang melakukan tugasnya masing-masing. Mulai dari merangkai buket, melayani pelanggan, dan admin marketing.
Sasha melangkah menuju ruangan Karina. Ia berniat membersihkan ruangan itu karena Karina sudah lama tak menilik Florist ini.
"Ga kerasa ya, bayi kecil lucu ini sekarang udah besar," Sasha mengambil foto di pigura kecil dekat meja kerja Karina.
Ia mengusap foto bayi yang masih imut dan pipinya gembul. "Shaka, entah bagaimana nanti cara Tuhan mempertemukan mu dengan daddy mu. Semoga kamu selalu diberi ketegaran hati sampai waktu itu tiba untuk kamu bisa memeluk seseorang yang selalu kamu rindukan," Sasha memeluk foto di bingkai yang ia pegang. Ia tahu betul perjuangan Karina untuk Shaka hingga detik ini, dan ia lah yang menjadi saksinya.
Sasha pun beberes dan membersihkan ruangan itu segera. Ruangan Karina masih sama dan tak ada yang diubah letaknya. Foto-foto Shaka waktu kecil dengan dirinya juga masih tertata rapi di dinding.
Selesai beberes Sasha turun untuk mengecek kondisi saat ini apakah ada kendala. Ternyata sampai sejauh ini Florist aman dan rencana yang mereka targetkan perlahan membuahkan hasil.
"Mbak, Bu Karin kok udah lama nggak kesini," Cici datang menghampiri Karina yang tengah memilah fresh flower di sebuah rak.
Sasha tersentak tak menyadari kedatangan Cici tiba-tiba. "Eh, Ci... Bu Karin sekarang lagi di luar kota, tadi pagi juga baru berangkat," jawabnya.
"Biasanya seminggu 2-3 kali kesini, ini udah hampir 2 minggu Bu Karin belum ke Florist," sambung Cici lagi.
"Padat terus jadwalnya, pulang pagi ke malam, malam ke pagi mulu," jelas Sasha.
Sasha dan Cici merangkai bunga bersama, membuat custom bucket dari seseorang untuk wisuda besok.
Tak terasa waktu sudah siang hari. Saatnya Sasha pergi untuk menjemput anak bosnya ke sekolah.
Sesuai janji Sasha tadi pagi, untuk mengajak Shaka lunch bersama jadi Sasha melajukan mobilnya untuk pergi ke sebuah Mall XZ yang terkenal di kota tersebut.
"Mau makan apa adik kecil?" Tanya Sasha menoleh pada Shaka yang asik bermain game di tab nya.
"Shaka mau ramen," jawab Shaka dengan girang.
"Oke kalo gitu," timpal Sasha lagi.
Sesampainya di Mall Sasha dan Shaka masuk ke dalam, Shaka pun tak luput dari gandengan tangan Sasha.
Mereka akhirnya menemukan toko ramen yang diinginkan Shaka. Lumayan jauh jaraknya mereka jalan dari lantai 1 ke lantai 3, namun tidak terasa karena Sasha melihat Shaka begitu gembira melihat sekeliling Mall yang ramai. Disana juga ada cosplayer animasi kartun lucu.
"Jangan yang pedas, ya? Nanti kalau makan pedas dimarahin mommy kalau Shaka sakit perut," Sasha menasehati kala Shaka sedang melihat menu yang terpampang besar di stand itu dan Shaka mengangguk paham.
Setelah memesan mereka duduk sembari menunggu pesanan makanan datang.
Disisi lain yang tak jauh dari mereka berdua duduk ada seseorang yang tengah mengamati mereka berdua. Orang itu juga berada di toko ramen yang mereka beli saat ini.
"Coba lu lihat foto ini..." Gavin menepuk pundak Toni keras memperlihatkan sebuah foto di ponselnya.
"Karina?" Tanya Toni penasaran.
"Tapi, perempuan yang bersama anak kecil itu bukan Karina. Gue yakin bener kalau bocah itu adalah anak yang ada di foto Karina ini," Gavin mengucap serius pada Toni seraya menunjuk foto dalam ponsel itu.
"Iya, mirip banget gila. Vin kok?" Toni menatap Gavin serius. Pasalnya ia juga sering melihat foto anak kecil itu berseliweran di fanpage Karina.
"Udah, pesen dulu lu keburu antri lagi," Gavin menyuruh Toni untuk mengantri pesanan mereka.
Toni dan Gavin duduk di belakang namun agak jauh dari Sasha dan Shaka duduk. Gavin pun masih memandangi foto itu. Membuat dirinya bertanya-tanya sendiri siapa anak kecil itu. Benarkah jika itu anak Karina? Tapi siapa ayahnya? Dan berarti Karina sudah menikah jika itu memang benar anaknya.
Gavin makan dengan perasaan tak tenang, memikirkan teka-teki dalam otaknya sendiri. Sudah lama ia ingin mencari tahu tapi belum terlaksana pula sebab sibuk dan tak ada waktu senggang. Tapi, hari ini ia bertemu tidak sengaja dengan seseorang yang selalu berfoto dengan mantan kekasihnya dulu, Karina. Membuat dirinya semakin ingin tahu saat ini pula.
"Vin, vin mau kemana..." teriak Toni kala Gavin beranjak begitu saja dari tempat duduknya. Toni pun hanya melihat akan kemana pria itu pergi.
Gavin menghampiri Shaka yang sedang makan ramen di meja nya. Kebetulan Sasha sedang ke kamar mandi nampaknya, jadi ia berani menghampiri anak kecil itu.
"Hai, boleh kenalan?" Sapa Gavin sok akrab pada anak kecil yang tengah memandang kedatangannya dengan raut muka sedikit takut.
Anak kecil itu pun tersenyum ramah. "Boleh, Uncle siapa?" Tanya balik Shaka pada pria yang menghampirinya tiba-tiba itu.
"Namaku Gavin, nama kamu siapa?" Gavin mengulurkan tangan mengawali.
"Shaka..." Shaka menerima uluran tangan Gavin ramah.
Gavin menatap lekat anak kecil yang sedang berjabat tangan dengannya, ia seperti bercermin dengan dirinya sendiri melihat hal itu. Dirinya terdiam lama menatapnya.
"Eh, dimana ibumu?" Gavin membubarkan lamunannya sendiri dan melepaskan jabatan tangan.
"Shaka," Sasha datang ke meja nya dan Sasha belum mengetahui siapa pria yang tengah berbincang dengan Shaka.
Seketika pandangannya beradu. Sasha terkejut saat Gavin menatap dirinya. Bagaimana bisa Gavin ada disini? Dan sejak kapan mereka berdua berbicara?
"Maaf, saya mengganggu," Gavin segera beranjak pergi meninggalkan Shaka kala mengetahui kedatangan Sasha.
Sasha tak pernah menduga jika Gavin akan berada ditempat yang sama dengan mereka saat ini bahkan mengetahui keberadaan Shaka. Dia harus memberi tahu pada Karina apakah ini ada hubungannya dengan Karina?
Sasha dan Shaka pun melanjutkan acara makan siangnya. Sebelum pulang Shaka merengek meminta mainan puzzle dan akhirnya Sasha pun menurutinya. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang.
Gavin dan Toni masih berada disana, Toni hanya mengikuti Gavin kemanapun Gavin pergi. Setelah makan ramen Gavin mengajak Toni untuk ke toko sepatu, setelah itu mereka ke toko baju membeli jas Gavin.
...'*Awas aja kalau lu mau mampir lagi, ga lihat apa ni bawaan dah kayak emak-emak borong dari pasar*.' Toni hanya menggerutu meratapi nasibnya yang kesana kemari membawa barang belanjaan Gavin....
"Ton, apalagi ya? Masih ada yang belum kebeli nggak?" Gavin bertanya pada Toni.
"Mungkin udah," jawab Toni malas.
"Ikat pinggang ketinggalan belum kebeli," seketika Toni melotot melihat Gavin yang berjalan terburu-buru kembali ke toko pakaian itu.
Toni hanya bisa pasrah menuruti kemauan bosnya itu, mana berani ia akan membantah. Malah bisa jadi ia tak diberikan gaji oleh pria itu.
"Ton, bantu gue cari informasi tentang Karina secepatnya. Pokoknya terserah lu mau nyuruh siapa, dan besok harus ada hasil di depan mata gue," perintah Gavin yang kini sedang berada diruang kerjanya. Sedangkan Toni sedang sibuk mencari berkas yang terselip entah ditaruh mana oleh bosnya itu.
Toni hanya bisa menarik nafasnya kasar, belum selesai tugas mencari berkas kini sudah ada tugas lagi. "Baik, bos laksanakan," jawabnya dengan nada sedikit lesu.
Hai hai momm! Thank u udah baca part 2 nya. Jangan lupa dukungan, like dan komen yaa. Ramaikan cerita ini selalu❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Arisu75
Aku senang sekali ketika membaca cerita ini, semua masalah di kehidupan sehari-hari terasa jauh seketika.
2023-11-22
1