Hari terus berjalan, Mahesa masih tetap membantu apapun yang aku kerjakan. Dan tetap banyak bertanya tentang banyak hal yang dia tidak mengerti, aku berusaha untuk menjelaskan apapun yang dia tanyakan. Dia cepat belajar dan faham bahkan sudah tidak bingung lagi untuk menghidupkan kompor gas dan hal sederhana lainnya.
"Assalamualaikum...Ri aku mau nganterin uang hasil timbangan Leles kamu Minggu ini. Tumben dapet banyak, kerja keras terus ya Ri" kang Rohman orang kepercayaan juragan pengepul sawit menyerahkan amplop putih bertuliskan namaku.
"Alhamdulillah, terimakasih kasih ya kang, pasti aku akan kerja keras lagi. Ibu kan sekarang sudah mulai bisa aku tinggal agak lama kang" aku tersenyum sembari menerima amplop itu.
Setelah kang Rohman pamit aku menghitung uang dalam amplop itu dan tersenyum, walaupun hasil yang kami dapatkan tidak sebanyak hari pertama leles bersama Mahesa setidaknya penghasilan Minggu ini tiga kali lipat dari yang biasa aku dapatkan.
Aku menyisihkan uang untuk membeli obat ibu selama setengah bulan kedepan supaya lebih tenang, lainya akan aku gunakan untuk belanja kebutuhan. Kalau begini terus kami tidak harus merepotkan bulik dan saudara lainnya untuk membantu kami lagi.
"Ini bagian uangmu untuk pegangan ya" aku menyerahkan 4 lembar uang pecahan berwarna biru pada Mahesa.
*Uang ini untuk apa Ri" dia mengamati lembaran uang yang ada ditangannya.
"Ya terserah kamu mau dibelikan apa, memang tidak banyak tapi setidaknya bisa kamu pakai untuk kamu kalau ingin membeli sesuatu" aku menjawab sambil berjalan kearah dapur untuk membuat kopi, minuman yang sekarang menjadi favoritnya.
"Ibu saja yang pegang ya, jadikan satu dengan perhiasan yang Mahesa titipkan pada ibu" Mahesa menyerahkan uangnya pada ibu yang sedari tadi duduk diam dihadapannya.
"Iya nak, nanti kalau kamu perlu kamu minta sama ibu ya" ibu menerima uang itu
"Tapi ada yang mau ibu tanyakan padamu nak Mahesa" ibu menatap dalam pada pria yang sedang menyeruput kopinya.
"Apa nak Mahesa betah tinggal disini dan tidak bermaksud pergi mencari keluarga nak Mahesa" ibu bertanya pelan seakan-akan takut pria itu tersinggung karena merasa diusir.
"Aku betah disini Bu, aku bahagia bisa membantu dek Riana. Soal keluarga bagaimana aku bisa mencarinya, aku saja belum faham dengan apa yang terjadi padaku" Mahesa menatap ibu dan aku bergantian.
"Ya sudah kalau begitu tapi ada yang harus kita bicarakan dengan keluarga besar ibu nak" ibu menatapku penuh makna yang aku tidak tau apa artinya.
"Ri...tolong kamu panggil Pakdemu kesini ya, jangan lupa Bulik Ningrum juga" aku mengangguk dan berjalan ke rumah Pakde Wito, dijalan aku berfikir ada apa ibu mengundang Pakde dan Bulik.
Didepan sudah berkumpul ibu, Mahesa, Pakde, Bulik Ningrum juga Bulik Ririn. Entah apa yang mereka bicarakan, setelah membuatkan minuman hangat aku langsung pergi kedapur untuk memasak malan malam kami.
Selesai masak aku langsung mandi, dan setelah berganti Pakde Wito memanggilku untuk ikut duduk bersama mereka.
"Begini Ri, dari hasil yang kami bicarakan tadi ada yang mau Pakde sampaikan kepadamu" Pakde berkata sambil mengelus pundak ku.
Aku hanya menunduk dan mengangguk
"Dirumah ini kan hanya ada kamu dan ibumu, semua wanita jadi tidak baik kalau ada seorang laki-laki dirumah ini tanpa ada ikatan keluarga" Pakde terus menatap dan mengelus pundakku, yang terasa hangat seperti dulu ayah selalu melakukan itu jika aku sedang merajuk.
"Tadi kami sudah berbicara pada Mahesa, tapi dia tidak mau meninggalkan kamu dan ibumu. Jadi kami memutuskan agar Mahesa segera menikahimu supaya dia tetap bisa tinggal disini" aku tersentak dan menatap semua yang ada di ruangan ini.
Bukannya aku tidak ingin menikah, bukan aku punya seseorang dihatiku atau tidak berterima kasih pada niat Mahesa. Tapi aku baru mengenalnya satu Minggu, siapa dia, bagaimana sifat aslinya darimana asalnya aku benar-benar tidak tahu. Bagaimana mungkin aku akan menikah dengan orang yang belum aku tau seluk beluknya.
"Tapi Pakde, apa kalian sudah mempertimbangkan semuanya. Bagaimana nanti kalau sudah menikah dan dia ingin kembali pada keluarganya lalu aku ditinggalkan" aku mencoba menyampaikan apa yang aku pikirkan pada keluargaku.
"Riana, aku saja tidak tau caranya bagaimana bisa kembali pada keluargaku. Dan jika aku memang bisa kembali aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu dan ibu" Mahesa menjawab kata-kataku dengan yakin dan mantap.
"Riana maafkan keputusan sefihak dari kami nak, ini demi kamu dan ibumu agar ada yang menjaga dan bertanggung jawab" Bulik Ririn menambahkan sembari menghapus airmatamya yang sudah bercucuran sejak Pakde Wito mulai berbicara tadi.
"Bukannya kami tidak ingin terus membantu dan dan menjaga kalian nduk, tapi kami juga punya keluarga dan kesibukan yang kadang membuat kami tidak bisa selalu ada untuk kalian" Kali ini Bulik Ningrum juga angkat bicara.
Aku menatap ibu yang tersenyum tapi aku tau dia menahan airmatanya, kutatap Pakde Wito dan Mahesa berganti. Mereka mengangguk mantap.
"Ini permintaan ibu nak, seandainya ibu tidak lagi panjang umur setidaknya ibu sudah tenang ada yang menjagamu setelah ibu tidak ada" kedua Bulikku memeluk ibu melarang ibu mengucapkan kata-kata itu airmata tumpah sudah.
Aku menangis dalam pelukan Pakde Wito, aku menganggukkan kepalaku tanda menyetujui permintaan ibu.
Setelah diputuskan hasilnya untuk sementara Mahesa akan tinggal dirumah pakde sampai akad nikah dilaksanakan.
Karena dokumen dan surat keterangan Mahesa yang belum bisa diurus Pakde menetapkan bahwa kami akan menikah secara agama lebih dulu.
"Oh iya Ri, tolong kamu beri kabar pada ayahmu supaya dia bisa datang untuk menjadi wali nikahmu. Sebab keluarga yang ada disini semua berasal dari fihak ibumu nak" aku terdiam mendengar perkataan Pakde, meskipun rasanya enggan aku tetap mengangguk pada Pakde.
Setelah makan malam bersama mereka pamit dan Mahesa mengikuti Pakde pulang kerumahnya. Sedangkan aku setelah membereskan dapur terbaring disebelah ibu, ibu memelukku erat tanpa berkata apapun.
Aku hanya terdiam sambil menatap wajahnya, mengingat beban dan rasa sakitnya selama ini. Sakit hati, pikiran dan sakit jasmani yang menggerogoti tubuhnya. Ah bagaimana mungkin aku tega menghancurkan lagi hatinya, jika ini bisa sedikit membuatmu bahagia aku akan rela melakukannya ibu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
queen reii ☺️👋🏻
Asikkk bgttt lohhhh
2023-12-02
1
Nana Mina 26
Sukses menghentakkan
2023-11-21
1