Bab.2 Leles sampai Lemes

Pagi masih gelap, setelah selesai memasak menu sederhana aku langsung membersihkan rumah. Semua aktivitas dirumah memang aku kerjakan sendiri kecuali memasak ibu selalu membantuku.

Ketika aku sedang mengangkat pakaian kotor aku terkejut melihat ada pakaian asing teronggok didekat ember tempat cucian. Ketika ku angkat beberapa benda seperti perhiasan jatuh ke lantai cucian, aku memungutnya dan tersenyum masam. ini pasti milik pria aneh tamu kami.

" Bu ini mungkin punya Mahesa aku temukan ditumpukan baju kotor tadi" ucapku pada ibu sembari menyerahkan barang barang itu pada ibu

"Iya Ri, nanti ibu kasih kedia kalau anaknya sudah pulang" ibu menjawab sembari mengamati barang barang itu.

"Lo orangnya kemana memangnya Bu?"

Aku bertanya sementara tanganku sibuk menyiapkan bekal yang akan aku bawa untuk pergi ke perkebunan sawit seperti biasa mencari leles.

"Katanya mau jalan-jalan pagi" sahut ibu

"Pagi buta begini jalan-jalan nanti dikira maling kesiangan lo, dia kan masih asing dengan desa ini Bu" ibu justru terkekeh, mendengar perkataan ku.

"Memangnya desa kita ini pernah ada maling, paling-paling dikira orang pendatang yang mau cari lahan baru saja" ibu bangkit dari duduknya berjalan dengan tongkatnya kearah pintu.

Tak lama terdengar salam dan pria itu masuk, ditangannya ada bungkusan plastik hitam yang diserahkan padaku.

"Apa ini, kok bau amis" tanyaku padanya

"Ikan, tadi ada orang yang kasih" dia menjawab sembari mengendus tangan dan kaos ayah yg dia pakai.

"Siapa yang kasih ikan pagi-pagi begini?'

Aku mengerutkan kening berfikir dan menatap tajam padanya.

"Pas aku jalan-jalan ada orang mau bawa ikan kepasar, orang itu jatuh dan aku membantunya. Lalu dia kasih aku ikan itu" Dia menjawab tapi aku liat ada sesuatu yang dia pikirkan.

"Oh begitu, terus kenapa kok kayak mikir sesuatu. Kamu kenal sama tukang ikan itu?"

Aku bertanya sebab wajahnya menunjukkan kalau dia sedang berfikir keras.

"Bukan Ri, tapi aku heran dengan kendaraan yang dipakai tukang ikan itu. Tidak adak hewan yang menariknya tapi bisa berjalan sendiri, juga suaranya berisik. Itu apa ya?" Makin bertambah rumit wajahnya.

"Astaga... rodanya berap?" tanyaku sambil menahan tawa.

"Rodanya dua, depan dan belakang. aku baru sekali ini melihatnya, hebat sekali jalanya kencang Ri" wajah takjubnya terlihat lagi.

"Itu namanya sepeda motor nak Mahesa, jalannya pakai mesin jadi g ada hewan yang menariknya" ibu tersenyum simpul menjelaskan.

"Sudahlah mandi sama, jangan lupa pakai sabun biar gak amis badanmu" aku meletakkan ikan di baskom kecil sambil berjalan keluar berniat membersihkan ikan diluar saja biar amisnya tidak didalam rumah.

"Sabun apa Ri, aku kalau mau mandi wangi biasanya pakai bunga" wajah bingungnya bikin aku benar-benar kesel sekaligus pengen ngakak.

"Ini sabun mas....badan kamu di basahi pakai air terus digosok pakai ini biar wangi. Terus dibilas baru deh bersih mandimu" aku menjelaskan panjang lebar biar dia benar-benar faham.

Bayangkan semalam pas disuruh pakai kaos ayahku sengaja aku ambilkan yang model polo berlengan panjang biar hangat, eh kerahnya dia hadapkan kebelakang kan Soak banget.

Setelah kami bertiga sarapan dengan tambahan lain ikan dadakan, aku bersiap berangkat keperkebunan sawit untuk "berdinas"

"Aku ikut ya Ri, biar tahu daerah sekitar sini"

Mahesa mendekat dan meminta aku mengajaknya.

"Mau ngapain, aku ini mau kerja bukan jalan-jalan" aku menyahut, rasanya males bget diikuti makhluk aneh kayak dia.

"Ajal aja Riana, biar dia tahu daerah sekitar desa kita. Pulangnya nanti kan bisa bantu kamu bawa lelesnya biar kamu g terlalu berat bawanya nak" ibu berkata sambil tersenyum padaku dan makhluk aneh itu.

"Ya udah tapi nanti jangan bikin repot ya" aku berjalan mendahului Mahesa setelah berpamitan pada ibu, sementara dia mengekor dibelakang ku.

Sesampainya ditempat yang dituju aku tersenyum bahagia, banyak sekali rontokan sawi yang tidak diangkut pekerja. mungkin karena sudah hampir malam mereka memanen jadi tidak sempat lagi memungut sawit yang rontok itu.

Ini nanti mau buat apa Ri, kok banyak sekali yang kamu pungut?" Mahesa bertanya sembari ikut membantuku mengumpulkan biah merah kehitaman itu kekarug yang aku bawa.

"Nanti kita jual, ini sama pengepul juga bakal dibawa ke pabrik untuk diolah juga" jawabku menerangkan

."Kenapa tidak ambil yang dipohon aja , itu yang kita lewati tadi banyak buah dipohon nya " dia bertanya tapi tangannya tetap demgan cepat bekerja.

"Bisa dimarahi sama yang punya kebun dong, itu bukan milik kita. Kalau yang rontok ini boleh kita ambil asalkan buah tandan aslinya sudah dimuat" sebel sebenarnya aku menjelaskan tapi mau gimana lagi dia benar-benar terlihat tidak tahu apa apa.

Tidak terasa dua jam sudah kami bekerja dan buaj sawit yang kami kumpulkan benar-benar sudah banyak.Aku heran dengan kecepatan kerjanya padahal aku biasanya hanya bisa mengumpulkan setengah karung saja, ini dua karung yang aku bawa full isi. Dan lahan yang kami datangi jg 4 kali lipat yang biasa aku datangi.

"Kita pulang ya, sudah dapet banyak ini" aku mengajaknya pulang sebab aku juga berfikir untuk membawa pulang buah sebanyak ini kami harus dua kali bolak balik.

"Kenapa pulang, itu buahnya masih banyak Lo Ri" Mahesa menunjuk sekeliling yang memang masih banyak terdapat rontokan buah sawit.

"Karung kita dua sudah penuh semua, mau ditaruh kemana lagi" aku menjawab datar

"Ya sudah kita antar ini dulu, ambil karung baru kita cari lagi ya" dia tersenyum berusaha meyakinkan aku

"Yakin kamu sanggup, apa enggak capek" aku kuatir dikira memangaatkan

"Gak lah ayo kita pulang dulu ambil karung ini biar aku bawa satu karung, kamu jalan didepan ya" dia berjalan mendekati karung berisi biah sawit itu dan mengangkat dengan begitu mudahnya.

Aku menelan ludah melihat kekuatanya, jadilah hari itu kami bolak balik sampai aku menyerah meminta pulang saja. Dia tidak capek tapi aku lelah

Masak iya cari Leles sampai Lemes

walaupun hatiku bersyukur besok waktu buah itu ditimbang tentu hasil yang kudapat pasti akan berkali lipat dari biasanya.

Selain aku didesaku juga ada beberapa warga yang juga bekerja Leles seperti aku, tapi mereka biasanya selalu bersama suami atau keluarga lainnya tidak seperti aku yang sendiri saja semenjak ibu sakit, makanya hasilku selalu paling sedikit dari yang lainnya.

Terpopuler

Comments

queen reii ☺️👋🏻

queen reii ☺️👋🏻

uwaww mezingg

2023-12-02

1

Maki Umezaki

Maki Umezaki

Penuh dengan emosi yang tegang.

2023-11-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!