EZARD

EZARD

PART 1

"Dia tidak datang lagi?" Seorang laki-laki dengan perawakan gagah menatap ke arah kursi kosong dari meja paling kanan. Teman-teman semejanya tampak tak terlalu peduli akan hal itu. "Hhh ... anak itu kenapa susah sekali pergi kemari. Baiklah, kita mulai saja pembelajaran---sebentar, aku lupa membawa bukunya. Kalian buka saja buku kalian dulu, aku akan mengambil buku milikku."

Setelahnya, laki-laki itu pergi keluar dari ruangan.

"Kau tau ke mana dia pergi?" Matheo, laki-laki yang duduk di paling ujung sebelah kiri bertanya. Ia menatap ketiga teman semejanya bergantian.

"Ezard pemalas seperti dia memang tidak pantas berada di sini," ucap satu-satunya perempuan di meja itu, Azura.

"Dia pasti sedang tidur di gua Ezarsville," sahut laki-laki dengan rambut berwarna hijau terang yang duduk di samping kiri Azura, Navaro namanya.

Azura melirik singkat kursi kosong di samping kanannya. "Aku akan menghajarnya nanti."

"Menghajarnya pun tidak akan berguna, karena dia akan terus mengulangi hal yang sama," ucap Savian, laki-laki dengan rambut berwarna kuning yang duduk di antara Matheo dan Navaro.

"Aku akan coba berbicara dengannya nanti," final Matheo. Jika diteruskan, bisa-bisa mereka akan berdebat mengenai ke mana perginya sang pemilik kursi kosong.

"Kelompokmu tidak lengkap lagi?" Seorang laki-laki berambut hijau terang serupa dengan milik Navaro tiba-tiba berdiri di dekat meja bundar yang ditempati Matheo dan teman-temannya.

"Ezard tidak berguna seperti dia harusnya dimusnahkan," ucap laki-laki bernama Julian itu.

"Bisa kau diam? Mulutmu bau bangkai," ketus Azura, membuat Julian menggertakan giginya menahan amarah. "Pergilah! Kau menyakiti mata kami."

"Sialan!" umpat Julian. "Lihat saja, aku pasti akan merebut posisi kalian di sini," katanya, kemudian berlalu ke mejanya yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Dasar gila!" hina Azura, yang hanya bisa didengar teman-temannya.

"Dia selalu mencari masalah pada kita," cetus Savian. "Aku sampai bosan melihatnya terus menerus."

"Dia ingin merebut posisi kita, tapi selalu tidak bisa," sahut Navaro.

"Pecundang sepertinya tidak pantas ada di kelompok pertama," ujar Azura.

BRAK!

Pintu ruangan terbuka dengan keras, menampilkan sang pemilik kursi kosong yang sudah cukup lama tidak terlihat kehadirannya di ruangan itu.

Dengan wajah tanpa dosanya, dia duduk di kursi kosong samping Azura.

Bukannya sambutan selamat datang atau semacamnya, dia justru mendapatkan perkataan tak mengenakkan dari Azura; "Aku akan menghajarmu nanti."

"Kau dari mana saja?" tanya Matheo pada perempuan yang baru saja tiba.

"Aku? Tentu saja tidur. Dari mana lagi?" jawab perempuan dengan rambut berwarna biru tua itu. "Kau berharap aku dari mana selain tidur?"

"Kau bahkan tidak melakukan apa pun. Kenapa kau selalu tidur seolah-olah kau sangat lelah?" tanya Navaro.

Reyasa, perempuan dengan rambut biru tua itu terdiam selama beberapa saat, kemudian menjawab, "Tidur adalah bagian penting dari diriku. Tidak mungkin aku tidak melakukannya."

"Tapi kau sampai melewati kelasmu, Reyasa," balas Savian. "Ini pertama kalinya kau masuk ke kelas ini setelah sekian lama."

Reyasa mengedikkan bahu tak acuh. "Hadir atau tidaknya aku, tidak akan memengaruhi nilai kelompok. Buktinya, kelompok ini masih menjadi kelompok pertama."

Matheo menghela napas berat. Perempuan berambut biru tua itu memang sangat sulit dinasehati, ada saja balasannya. "Itu karena kami belajar lebih giat demi mempertahankan nilainya, Reyasa."

"Kau merepotkan kami, Reyasa," sahut Azura. "Mulai sekarang, rajinlah masuk kelas atau aku akan menghajarmu."

Reyasa berdecak. "Ya, ya, ya, akan kucoba."

Tapi nanti, lanjutnya dalam hati.

Pintu kelas terbuka, menampilkan seorang laki-laki gagah yang sebelumnya berdiri di depan. Dia adalah salah satu guru di sana.

"Baiklah. Mari kita---Reyasa?" Guru laki-laki itu menatap Reyasa yang kini tengah duduk manis di kursi paling kanan kelompoknya. "Dari mana saja kau? Kenapa baru masuk kelas hari ini?"

Reyasa membalas tatapan sang guru. "Memangnya kenapa? Bapak rindu saya?"

Theodore/Theo, guru laki-laki berambut hitam itu berdecak pelan. "Yang benar saja," ketusnya. "Kau melewatkan banyak pelajaran, Reyasa. Kehadiranmu sangat minim di kelas saya."

Reyasa mengangguk. "Hmm ... lalu? Masalahnya di mana?"

Theo menghela napas berat, kemudian tersenyum paksa. "Sudahlah. Saya tidak ingin menjawabnya. Sekarang buka bukumu!"

"Saya tidak membawa apa pun."

Theo menutup mata sejenak. Reyasa sangat jarang hadir di kelasnya. Kalaupun hadir, anak itu pasti akan bertingkah seperti ini. "Terserah, Reyasa, terserah!" ucap Theo penuh penekanan.

Reyasa terkekeh pelan. Ia menatap teman-temannya yang kini tengah melayangkan tatapan tajam padanya. "Hehehe ... bisa aku melihat buku kalian?"

***

Ezard.

Mahluk yang dianugerahi kekuatan dan dunianya sendiri. Tempat mereka tinggal disebut Ezarsville, tempat yang indah dengan banyak perumahan berkonsep menyatu dengan alam.

Di dunia pendidikan, Ezard dibagi menjadi 2; yang pertama adalah Ezard Teamzard. Untuk angkatan saat ini, mereka terbagi menjadi 7 kelompok, masing-masing harusnya memiliki 7 Ezard. Namun, yang ada saat ini hanya 5 Ezard di masing-masing kelompok.

Di setiap kelompok, ada yang rambutnya berwarna Jingga, Kuning, Hijau, Biru, dan Biru Tua. Jadi, di angkatan saat ini, ada 7 Ezard dengan rambut berwarna Jingga, 7 Ezard dengan rambut berwarna Kuning, 7 Ezard dengan rambut berwarna hijau, 7 Ezard dengan rambut berwarna biru, dan 7 Ezard dengan rambut berwarna biru tua.

Setiap 3 bulan, akan dilaksanakan ujian penentuan posisi kelompok. Yang nilai kelompoknya paling tinggi, maka akan menempati posisi Onezard alias kelompok 1. Posisi itu dinilai terhormat di kalangan para Ezard, karena itu berarti para Ezard yang ada di kelompok 1 adalah Ezard yang paling kuat dan cerdas di antara yang lain.

Selama ini, kelompok Matheo selalu menempati posisi Onezard. Belum ada yang bisa mengalahkan mereka dari segi kecerdasan mau pun kekuatan.

Adapun yang kedua adalah Ezard Individuzard. Saat ujian, mereka melaksanakannya sendiri. Sedangkan di Teamzard, ada 2 ujian; yakni ujian individu dan ujian kelompok.

Individuzard biasanya memiliki warna rambut selain merah, jingga, kuning, hijau, biru, biru tua, ungu, putih dan hitam.

Rambut dengan 7 warna  di atas hanya bisa dimiliki oleh Ezard Teamzard. Sedangkan untuk rambut berwarna putih dan hitam hanya bisa dimiliki oleh Ezard yang sudah lulus dari pendidikan dan juga para Vardz.

Vardz sendiri adalah para petinggi Ezard atau bisa disebut Dewa Dewi Ezard. Mereka berjumlah 7 Vardz dan tinggal di dunia mereka sendiri yaitu Vardzone.

Namun, baik Ezard mau pun Vardz masih bisa saling mengunjungi tanpa halangan, meski tempat mereka terpisah.

Adapun tempat para Ezard menempuh pendidikan adalah Ferezard yang terletak di pusat Ezarsville.

"Ezard pemalas sepertimu tidak pantas berada di sini. Harusnya kau dimusnahkan sejak lama."

Reyasa menghela napas pelan. Sebenarnya, ada apa dengan laki-laki yang kini tengah berdiri di dekat mejanya itu? Ia sedang makan, lalu tiba-tiba laki-laki berambut hijau datang dan berceloteh perihal ia yang pemalas.

Laki-laki itu bahkan bukan bagian dari kelompok Reyasa, tapi dia bertingkah seolah paling dirugikan atas sifat pemalas Reyasa.

Reyasa memilih bangkit, hendak pergi dari meja tempat ia makan. Namun, tangannya ditahan oleh laki-laki berambut hijau.

"Berani sekali kau pergi saat aku sedang berbicara," kata laki-laki itu.

Reyasa menarik tangannya. Kemudian membalas tatapan tajam yang dilayangkan si rambut hijau dengan tatapan andalan miliknya, yaitu tatapan biasa saja tapi terkesan meremehkan.

"Dengar, ya, Tuan Hijau. Aku sama sekali tidak mengenalmu," ujar Reyasa. "Aku bukan bagian dari kelompokmu dan kemalasanku tidak ada sangkut pautnya denganmu. Jadi, berhenti berbicara denganku, karena aku muak mendengar suaramu."

Setelah berkata seperti itu, Reyasa berlalu dari ruangan yang menyediakan makanan untuk para Ezard. Padahal, ia hanya ingin makan, tapi dunia seolah tidak membiarkannya tenang, selalu ada saja yang mengganggunya.

Si Hijau itu benar-benar menyebalkan.

***

"Ke mana Reya pergi?" Matheo menatap sekeliling ruangan. Namun, ia tidak mendapati kehadiran perempuan dengan rambut berwarna biru tua itu. Bahkan, ia tidak dapat merasakan energinya di radius 1 kilometer. Itu berarti, Reyasa sedang tidak berada di Ferezard.

"Anak itu benar-benar minta dihabisi," ucap Azura penuh penekanan.

"Tenanglah, dia pasti akan datang," sahut Savian, meski dirinya juga tidak yakin akan hal itu. "Aku tadi melihatnya diganggu Julian saat makan. Mungkin sekarang dia sedang makan di rumah."

Azura mengernyit tak suka. "Julian?"

Savian mengangguk. "Dia selalu mengganggu Reya setiap bertemu," lanjutnya. "Bahkan, yang dia cari-cari kesalahannya di kelompok kita hanyalah Reya. Sepertinya, dia selalu mengamati Reya."

"Tadi aku berniat membantu Reya, tapi ternyata dia melawan Julian, haha," sahut Navaro diakhiri dengan tawanya. "Aku pikir dia akan diam seperti biasa, ternyata tidak."

"Baguslah," ujar Matheo. "Dia sesekali harus melawan agar tidak terus-menerus direndahkan."

Keempat Ezard itu menoleh, kala pintu ruangan terbuka dan menampilkan Reyasa dengan cengiran khasnya.

Itu adalah ruangan khusus untuk kelompok 1 yang diberikan oleh Ferezard pada siapa pun yang menempati posisi Onezard. Karena saat ini, Matheo dan teman-temannya masih menduduki posisi Onezard, jadilah mereka yang menempati ruangan khusus itu.

"Tadi aku lapar," celetuk Reyasa, setelah duduk di kursi miliknya, tepat di samping kanan Azura, sama seperti posisi di kelas beberapa saat lalu.

"Mana bukumu?" tanya Matheo saat menyadari bahwa Reyasa tidak membawa apa pun.

"Buku? Untuk apa?"

"Bodoh!" umpat Azura sembari memukul kepala Reyasa menggunakan buku miliknya. Beruntung, bukunya tidak tebal, jadi tidak terlalu sakit. "Kau pikir kita akan melakukan apa di sini?"

Meski terlihat kesal, Azura menggeser buku miliknya ke hadapan Reyasa.

Ketiga laki-laki yang melihat tingkah keduanya hanya bisa menggeleng. Hubungan Kakak-Adik mereka benar-benar nyata. Azura terlihat membenci Reyasa, tapi dia juga tetap peduli padanya.

"Kalian Kakak-Adik yang serasi," cetus Navaro, yang dihadiahi tatapan tajam milik Azura. "Apa? Aku benar, 'kan? Kita memang Kakak-Adik."

Azura berhenti menatap Navaro, karena perkataan laki-laki berambut hijau itu benar adanya. Mereka berlima memanglah Kakak-Adik. Mereka lahir dari Ezard yang sama dalam periode berbeda. Selisih usia mereka masing-masing adalah 2000 tahun dan Reyasa menjadi adik bungsu dengan usia 10 ribu tahun.

Di dunia Ezard, Ayah dan Ibu akan meninggal setelah 100 ribu tahun. Saat ini, usia Ayah dan Ibu Matheo dan adik sekaligus teman-temannya itu sekitar 50 ribu tahun.

"Reya, kau melewatkan banyak pelajaran dari Pak Theo," celetuk Matheo. "Sekarang, kami akan mengajarimu pelajaran yang tertinggal, baru setelah itu kita belajar materi baru."

Reyasa menghela napas pelan. Harusnya, saat ini ia sedang berbaring, lalu tidur, bukan belajar seperti ini. "Pelajaran Pak Theo membosankan."

"Tapi dia mengajarkan hal yang penting, Reya," balas Savian. "Kau harus tau sejarah Ezard, Vardz, dan yang lainnya."

Reyasa mendengus kesal. "Untuk apa pula kita belajar masa lalu? Aku lebih suka mempelajari masa depan," ujarnya.

"Suka dari mananya? Kau bahkan tidak pernah hadir saat kelas Bu Trisha," tangkas Matheo.

"Itu 'kan karena---"

"Malas," potong Azura. "Katakan saja, kau malas belajar. Tidak perlu mencari alasan, karena kami sudah tau sifatmu."

Reyasa menampilkan cengirannya. "Itu bukan salahku, karena aku sudah diciptakan tanpa sifat rajin seperti kalian."

Azura memutar bola mata jengah. "Sudahlah. Kau membuang waktuku. Cepat belajar!"

"Hhh ... ujian masih sepekan lagi, kenapa buru-buru sekali?" gerutu Reyasa.

"Sepekan itu waktu yang singkat, Reya. Materi yang kau tinggalkan banyak, kau harus belajar dari sekarang," terang Matheo. "Kita mulai dari pelajaran Pak Theo. Kau harus mempelajari semua hal tentang Ezard, mulai dari sejarahnya."

"Hhh ... Ibu, aku ingin pulang."

Terpopuler

Comments

Na Na Chan

Na Na Chan

saya klik karena penasaran sama cover nya dan setelah saya membaca sinopsis 2 2 novel anda, ternyata anda author yang unik..2 2 novel nya sinopsis nya bagus, cerita nya berbeda dari yg lain..jadi ku follow kamu thor. semangat ya salam kenal saya juga author pemula, tapi saya rasa anda lebih hebat..👍 saya dukung anda thor..Lanjutkan 💪

2024-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!