"Mama setuju?" Tanya Amza lagi meyakinkan, Aira mengangguk. Dia menunduk dan melihat Amza kecilnya yang nampak sangat kacau.
"Apa selama ini Amza kekurangan perhatian dari Mama hingga menginginkan Papa hem?" Air mata Aira mengalir, dia tidak mau bila harus hidup dengan pria yang sudah menghancurkan masa mudanya itu.
"Ma, Mama yang terbaik. Amza sayang Mama, tapi Papa juga sayang Mama." Aira menghela nafas panjang. Sayang? Cinta? Rasanya perasaan itu sudah beku selama ini dan dia sudah membangun dinding besar di hadapannya yang tidak pernah tersentuh oleh siapapun.
"Mama juga sayang sama Papa, karena itu. Mama gak mau sama Papa, bila kita sama-sama Papa akan kesulitan sayang." Aira mengusap pipi putranya dengan lembut.
"Pa?" Karel yang mendengar itu juga terkejut, Aira menjadi bebannya? Kenapa? Amza nampak sudah menangis.
"Papa selama ini ninggalin kita karena kita beban buat Papa ya?" Tanya lagi Amza, Karel menggelengkan kepalanya cepat. Karel mendekat ke arah Aira dan Amza.
"Papa gak pernah anggap Amza beban, maafin Papa. Papa gak tau sayang, maaf.." Karel memeluk putra kecilnya, Aira yang melihat itu merasa terpukul.
Apa benar yang di lakukan Aira selama ini? Menjauhkan Karel dan Amza. Tanpa sadar Aira juga memeluk Karel dan Amza.
"Kita tinggal ya Ma?" Pinta lagi Amza, Aira dengan berat hati akhirnya mengangguk.
"Kita tinggal, Amza mandi dulu ya?" Pinta Aira. Amza mengangguk, Aira menunjukkan kamar mandi pada Amza, dan akhirnya dia bisa memiliki waktu untuk bernegosiasi dengan Karel.
"Kak?" Aira duduk di atas sofa, di sampingnya nampak Karel yang kini menghadap ke arahnya.
"Kita akan menikah, tapi aku ingin mengajukan syarat pada kakak." Karel mengangkat alisnya, syarat apa yang di maksud Aira? Pikir Karel.
"Apa?" Tanya Karel, Aira meremas ujung kemeja yang dia pakai dan menghirup udara sebanyak mungkin.
"Aku tidak ingin pernikahan kita di ketahui oleh siapapun." Ucap Aira berat, Karel mengangkat alisnya bingung.
"Kenapa?" Tanya lagi Karel, seharusnya seorang wanita akan bahagia saat menikah, tapi ada apa dengan Aira?
"Kakak adalah pebisnis yang sangat di segani, kakak juga berasal dari keluarga yang sangat baik dan ternama. Aku tidak mau dengan kehadiranku dan Amza menghancurkan reputasi kakak yang sudah di bangun susah payah." Ucap Aira, suaranya terdengar bergetar saat mengutarakan hal tersebut.
"Apa ini juga alasan kamu tidak memberitahukan keberadaan Amza padaku?" Tanya lagi Karel, pelan namun pasti Aira akhirnya mengangguk membenarkan.
"Aku bukan pria seperti itu Aira, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kamu dan Amza. Aku akan menjadikan mu istriku, di mata siapapun kamu adalah istriku Aira." Karel menatap Aira tajam dan melihat sudut mata Aira yang nampak berkaca kaca.
"Baiklah, aku setuju. Tapi mulai hari ini kamu akan tinggal bersama denganku." Karel takut bila Aira kembali pergi, dia tidak sanggup bila harus kembali kehilangan Aira dan Amza. Ada sesuatu yang sakit di hati Aira saat mendengarkan jawaban Karel, namun dia sadar diri. Dia tidak ingin menyulitkan Karel dengan keberadaannya dan Amza.
"Baik." Jawab Aira, dia akhirnya berdiri dan menuju ke kamar mandi. Amza sudah bisa mandi sendiri, karena keterbatasan mereka dulu membuat Amza lebih mandiri dan belajar mengurus dirinya sendiri.
"Sudah?" Tanya Aira pada Amza yang nampak menggunakan handuk. Amza mengangguk dan berjalan menuju sang Mama.
'Sebentar? Amza tidak punya baju sekarang.' Aira berbisik dalam hati. Dia melihat selimut tebal di kamar itu dan membalut tubuh Amza seketika.
Semua uang, pakaian dan kebutuhan mereka sudah di lalap habis oleh si jago merah. Aira dan Amza bahkan tidak memiliki pakaian sekarang, Aira mengigit bibir bawahnya saat melihat dirinya dan Amza dalam posisi yang sangat sulit.
Dengan sangat berat hati Aira akhirnya berjalan menuju ruang tamu dan mencari Karel, namun Karel tidak ada dan malah melihat pria itu yang tengah berada di dapur dan nampak tengah menghidangkan masakan buatannya.
"Kenapa?" Tanya Karel bingung saat melihat raut kerisauan tergambar jelas di wajah Aira.
"A..aku mau pin..njam uang kak." Cicit Aira, Karel yang tidak dapat mendengar suara Aira akhirnya mendekat.
"Kenapa?" Ulangi Karel, Aira menutup matanya dan meremas kemeja milik Karel.
"Aku mau pinjam uang kak!" Suara Aira terdengar sangat keras hingga membuat Karel juga sedikit tertegun di buatnya.
"Pinjam uang?" Beo Karel, Aira akhirnya mengangguk membenarkan.
"Untuk apa?" Tanya Karel lagi, semburat merah nampak sudah tergambar di pipi Aira, menahan malunya Aira akhirnya kembali bersuara.
"Untuk beli baju buat Amza, dia tidak punya baju." Ucap Aira lirih, Karel tertegun. Dia mengangkat dagu Aira hingga keempat bola mata mereka saling beradu.
"Dia putraku Aira, ketik saja di sini dan sisanya akan di kirim kurang dari setengah jam." Karel menyerahkan ponselnya begitu saja pada Aira. Mata Aira membulat mendengar penuturan Karel tersebut.
"Ta...tapi.. aku tidak sanggup bayar bila lebih dari satu juta." Cicit lagi Aira, Karel terkekeh melihat wajah Aira yang terkesan menggemaskan itu di matanya.
"Itu gratis, coba saja." Ucap lagi Karel. Aira tertegun dan akhirnya dengan sedikit keberanian dia memesan beberapa baju Amza dan dirinya. Karel tersenyum lembut saat melihat Aira kini nampak tengah mengetik dengan cepat.
5 Menit kemudian, Aira akhirnya selesai dan dia amat terkejut saat melihat ada sebuah panggilan video pada ponsel Karel.
"Siapa?" Tanya Karel saat melihat Aira menyerahkan ponselnya.
"Mama." Bisik Aira, Karel menaruh ponselnya di atas meja tanpa berniat untuk menjawab panggilan tersebut.
Benar saja, setengah jam kemudian pesanan Aira sampai dan akhirnya Amza juga bisa berganti pakaian. Aira juga merasa lega saat melihat bajunya sendiri yang di pesan cukup besar dan tidak akan menggesek luka di punggungnya.
Aira memakaikan baju baru pada Amza dan dirinya sendiri yang berlalu ke kamar mandi, Aira mandi dan Amza sangat bahagia saat mendapatkan baju baru dari Mamanya.
Amza biasanya menggunakan baju baru yang sebagus itu hanya sat lebaran saja, bahkan sehari harinya Amza sering menggunakan baju bekas temannya yang masih layak pakai.
Aira akhirnya berganti pakaian dan melihat Amza yang nampak melompat lompat di atas kasur merasa senang dengan baju barunya. Aira sendiri saat itu menggunakan sebuah celana bootcut dan kemeja berwarna putih tulang.
"Ayo kita liat Papa?" Ajak Aira setelah menyisir rambutnya yang basah. Saat mereka keluar seketika wajah panik terlihat di wajah Karel.
"Aira?" Suara Karel terdengar keras dan memanggil Aira dengan keterkejutan. Aira mengangkat alisnya bingung saat tiba-tiba tangannya kembali di gusur masuk oleh Karel.
Karel langsung mengeringkan rambut Aira dengan pengering rambut, Aira tertegun saat kehangatan tangan Karel menyentuh helai demi helai rambutnya.
"Mana lihat punggungnya?" Pinta Karel memaksa, Aira menggelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞꙳ᷠ❂ͧ͜͡✯ͣ۞ͪ௸
/Determined//Determined//Determined//Determined//Determined//Determined//Determined//Determined/
2023-12-21
3
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
jadi penasaran nih 🤔🤔🤔
2023-12-21
1