Bab 2. Tuan Pemaksa

"Terima kasih, saya.." Aira mengentikan ucapannya. Mata sayu Aira tiba tiba membulat saat melihat sosok yang berdiri kokoh di hadapannya, pria itu nampak mengulurkan tangan hendak membantunya.

"Saya bisa sendiri." Ucap Aira, menghindar dari tatapan tajam pria itu dan tangan pria yang ingin menolongnya yang terulur, hanya tergantung begitu saja.

"Aira? Ada apa?" Pria itu nampak menunduk, sekelebat ingatan tentang masa lalunya dan Aira nampak tergambar jelas di upuk matanya.

Tujuh tahun lalu, Aira adalah seorang siswi yang periang dan memiliki banyak teman. Aira berasal dari sebuah keluarga konglomerat yang sangat mementingkan aspek pendidikkan bagi para keturunannya.

Diam-diam Aira di sekolah mengagumi seorang pria yang tidak lain adalah kakak kelasnya sendiri. Namanya Karel, dia tampan dan berasal dari keluarga yang sangat ternama.

Aira menaruh hati pada Karel sejak pertemuan pertama mereka saat MOPD di lakukan, Aira merasa sangat bahagia menjalani harinya. Meski, Aira sendiri tahu bila Karel sudah memiliki kekasih yang sangat cantik bernama Luna.

Setelah satu tahun bersekolah dengan riang akhirnya Karel hari itu lulus dan acara perpisahan di lakukan megah di sebuah gedung sekolah tersebut. Aira malam itu tampil cantik dengan gaun putih.

"Aku ingin memeberikan ini untuk kak Karel." Lirih Aira menggenggam sebuah kotak kecil berwarna hitam dan emas, langkahnya pasti menuju arah di mana Karel berada. Mata Aira membulat, dia melihat Karel yang nampak tengah bercumbu di pojok ruangan bersama seorang wanita yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri, Luna.

Dada Aira seketika sesak, inilah mungkin yang di namakan patah hati. Mencintai pria secara diam-diam dan dengan satu hempasan dia sudah berjongkok di atas lantai.

Aira mengangkat wajahnya dan kembali melihat apa yang terjadi, Aira menutup matanya dan berbalik. Meninggalkan pria yang dia cintai secara diam-diam dan kekasihnya.

"Aku siapa? Aku bukan siapa siapa! Hiks.. hiks.." Aira menangis di balkon gedung tersebut, namun tiba-tiba tangannya terasa melayang dan tubuhnya langsung menubruk sebuah dada bidang bidang di hadapannya.

"Ma..maaf.." Ucap Aira terbata bata, dia mengusap air matanya kasar dan mengangkat wajahnya. Mata Aira membulat saat melihat Karel kini berada di hadapannya.

"Kak Ka...karel?" Aira panik, dia berusaha tersenyum dengan susah payah. Namun tiba-tiba bibirnya di bungkam oleh bibir Karel yang terasa begitu panas.

"Aira? Tolong saya.." Lirih Karel, Aira mengedipkan matanya tidak mengerti. Usia Aira yang masih belia sama sekali tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Karel.

"I..iya kak, apapun itu Aira akan bantu." Ucap Aira, tanpa sadar apa yang sudah dia katakan menjadi jurang baginya sendiri.

Tubuh Aira tiba-tiba di tarik oleh Karel menuju ruang bawah, Karel menyeret tangan Aira yang berada di belakangnya menuju sebuah mobil mewah.

"Ke apartemen Pak." Ucap Karel pada sopirnya, Aira mengangkat alisnya. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Sepanjang perjalanan Karel merasakan tubuhnya yang kian memanas, di tambah setelah melihat keberadaan Aira yang kini berada di sampingnya dengan penampilan yang sangat cantik.

"Aira? Apa kamu punya pacar?" Tanya Karel dengan wajahnya yang memerah, suara Karel juga terdengar serak.

"Ti..ti..tidak Kak." Jawab Aira gugup, nampak senyum terukir di bibir Karel. Mereka akhirnya sampai di area basement sebuah apartemen mewah.

"Ayo!" Ajak Karel menarik tangan Aira keluar dari mobil, Aira mengikuti langkah Karel yang cepat dan terseok-seok akibat hills yang di pakainya.

Mereka sampai di depan sebuah pintu apartemen dan Karel membukanya, Aira menatap apartemen itu yang nampak sangat rapi. Aira masuk tapi hatinya tiba tiba terasa tidak nyaman.

Karel yang merasa Aira ragu langsung menarik gadis itu dan menutup pintu, dia langsung mengunci tubuh Aira di balik pintu dan mengecup bibir Aira penuh gairah.

"Ka..Kak.." Aira berusaha terlepas namun Karel langsung menatap kedua manik mata Aira dan tersenyum lembut.

"Mulai hari ini, kamu milikku. Kamu tidak boleh dekat dengan pria lain, kamu juga dilarang menaruh hati pada siapapun kecuali padaku, apa kamu mengerti?" Karel bertanya namun tidak ada jawaban untuk Aira membantah.

"Panggil aku lagi?" Pinta Karel memaksa, Aira bingung dan memberanikan diri mengangkat wajahnya.

"Ka..k.." Belum selesai mengucapkan kata-katanya Aira sudah kembali di bungkam oleh ciuman panas Karel.

"Panggil aku dengan benar!" Aira menelan salivanya, apa yang harus dia panggil?

"Kamu milikku Aira." Bisik Karel, Aira merasakan sesuatu yang berdesir di hatinya. Karel mengecup kening Aira lama dan dalam.

"Maafkan aku Aira." Bisik Karel lagi dan langsung mengecup bibir Aira rakus, dia juga langsung menyusuri setiap inci leher Aira, merasa ada yang tidak beres Aira buru buru mendorong dada bidang Karel yang kini mengekangnya dengan paksa.

"Kak? Kamu mau apa? Ini gak bener!" Ucap Aira, tak lama air matanya sudah jatuh saat pakaian bagian atasnya sudah di robek, dada Aira keluar membuat Aira cepat cepat membalikkan tubuh, merasa malu.

"Diamlah, ingat sekarang kamu milikku!" Aira menelan salivanya saat tubuhnya berhadapan kembali dengan Karel, mata Karel nampak sayu dan penuh damba.

Plak!

Aira akhirnya memberanikan diri menampar pipi Karel hingga nampak bekas tangannya di pipi Karel, Aira sudah tidak ingin memperdulikan kedepannya. Aira kini sama sekali tidak perduli bila di masa depan Karel akan membencinya.

"Tampar aku sampai puas! Aku bahkan rela bila mati di tangan orang yang aku cintai!" Mata Aira membulat mendengar teriakan Karel yang lebih seperti ungkapan yang dia tunggu selama ini.

"Ka...k, jangan karena nafsu sesaat kamu malah menyatakan cinta pada wanita yang sama sekali tidak kamu inginkan!" Kini Aira yang berteriak, dia meremas kemeja Karel hingga senyum tersinggung di bibir pria itu.

"Aku memang mencintaimu, sudah sangat lama, aku mencintaimu Aira." Bisik lagi Karel, Aira meluluh. Usia Aira yang belia membuatnya berpikiran sempit tentang masa depan. Aira akhirnya memberikan tubuhnya secara suka rela pada Karel yang sudah terbakar nafsu, tanpa paksaan lagi.

Hingga akhirnya harta paling berharga dalam hidup Aira itu terenggut, air mata dan darahnya menjadi saksi rasa sakitnya malam itu, dalam permainan brutal Karel hingga pagi hari.

"Mama?" Amza berhasil membangunkan Aira dan pria yang merupakan Karel itu dari lamunan mereka.

"Iya sayang?" Tanya Aira lembut, dia mengusap kerikil kecil yang nampak menempel di kening putranya.

"Rumah kita Ma?" Amza menunjuk ke arah warung kopi mereka, Karel tertegun. Dia berusaha menarik kesimpulan dari segala hal yang sudah terjadi dan menyusuri benang merah yang kini mulai terurai.

"Ikut saya pergi dari sini!" Paksa Karel seenaknya, Aira tertegun. Sifat Karel yang semena mena dan seenak jidatnya itu masih melekat pada diri pria itu.

"Tidak! Saya ak.."

Cup

Karel mengecup bibir Aira secara langsung, Amza menutup matanya. Aira langsung melotot dan mendorong tubuh Karel untuk menjauhi dirinya.

"Jangan membantah! Atau saya akan melakukan.." Aira tidak ingin mendengar kata selanjutnya dari pria itu dan langsung membungkam mulut Karel dengan kedua tangannya.

"Oke, kita ikut. Jangan katakan apapun!" Aira mengangkat tubuh Amza namun kepalanya tiba tiba terasa memutar dan kembali menurunkan tubuh putranya.

"Sini." Karel mengangkat tubuh Amza dengan ringan dan menggenggam tangan Aira. Dia menarik keduanya menuju sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat sana.

"Sebentar, aku tidak salah lihatkan?" Beberapa pekerja kontruksi terpaku melihat pemandangan yang ada, Karel menatap mereka sangar. Sontak mereka menundukkan pandangan mereka tidak berani lagi mengangkat wajah.

"Masuk!" Paksa Karel, Aira menuju ke kursi belakang namun langsung di hentikan oleh Karel.

"Saya bukan supir kamu! duduk di depan. Dan kamu duduk di belakang!" Karel menurunkan Amza dan meminta bocah itu duduk di bagian belakang mobil itu.

Amza terpesona saat melihat bagian dalam mobil tersebut, selama ini Amza dan Aira hidup dalam kesederhanaan yang bahkan lebih ke arah kekurangan. Amza sama sekali tidak menyangka dapat duduk dalam mobil mewah seperti itu. Karel tersenyum puas saat melihat ekspresi Amza yang nampak terpesona.

Karel sangat yakin bila Amza adalah putranya, melihat kemiripan yang ada antara dirinya dan Amza sudah menjadi bukti bila Amza memiliki gen miliknya.

'Kecebongku yang manis, kamu harus bantu aku ya?' Lirih Karel dalam hati, sedangkan Amza terus mengamati setiap senti kendaraan tersebut.

Terpopuler

Comments

AnysMentari

AnysMentari

bab 3

2024-02-27

1

AnysMentari

AnysMentari

bab 2

2024-02-13

1

Kania Rahman

Kania Rahman

kecebong anak bangkong,,,,💪💪👍👍

2024-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!