Welson akhirnya membuka suara akan tabiat sahabatnya itu, si Yadi.
“Lo sekali lagi jailin cewek gue awas lo yak. Gue cincangin lo jadi makanan ayam!” Welson mengancam Yadi dengan sedikit penekanan.
Mendengar ancaman yang Welson lontarkan, nyaris membuat sahabat-sahabatnya itu tertawa. Apalagi Memey, dia sampai terpingkal-pingkal dan hampir saja ngompol.
“Hehehe, sorry, Bro. Gue kan hanya bercanda. Lo gak kasian apa kalo gue dicincang, padahal gue belom pacaran loh,” saut Yadi cengengesan hingga kelas mereka dipenuhi dengan gelakan tawa.
🕊️🕊️🕊️
Hari ini siswa/i SMA itu tidak melaksanakan pelajaran seperti biasanya, dikarenakan hari ini adalah hari pertama di kelas XII. Jadi mereka hanya mencatat jadwal pelajaran dan ada sedikit informasi dari wali kelas mereka.
Bel sekolah pun berbunyi yang menandakan waktunya mereka untuk bergegas pulang ke rumah masing-masing.
🕊️🕊️🕊️
Sesampainya di rumah (yang pasti rumah mewah ya readers), Agatha menghentak-hentakkan kakinya karena kesal saat memasuki pelataran rumahnya. Keringat yang sedari tadi bertamu di dahinya, akhirnya menetes juga dan mendarat di wajahnya. Betapa tidak, dia pulang ke rumah harus menaiki angkot. Seragam yang awal mulanya rapi kini semerawut dan acak-acakan tak memiliki pola. Tasnya dia seret layaknya sebuah koper. Ahhhhh, betapa malang dan betenya dia hari ini. Jika saja Mang Judas tidak meninggalkan sekolah dan mengangkat telpon darinya, otomatis dia tidak akan sekacau itu.
“Bi Momon!” panggil Agatha ketus pada asisten rumahnya. Ia lalu duduk di sofa ruang tamu sambil menaikkan kakinya ke atas meja yang ada di depannya.
“Iya-iya, Non. Ada apa?” ujar Bi Momon tergopoh-gopoh sambil membawa gayung, karena Bi Momon baru saja membersihkan WC namun ada panggilan mendadak yang membuat Bi Momon lupa menyimpan gayung.
“Lama amat, sih, Bi?” sentak Agatha sambil mengibas-ngibaskan mukanya dengan majalah yang ada di meja itu. Mukanya kemerahan bagaikan udang rebus akibat kepanasan.
“Bikinin aku minuman, Bi, cepet!” perintahnya pada Bi Momon, “lah, kok malah bawa-bawa gayung segala, sih? Kayak nenek gayung aja, Bi?” ketusnya.
“Iya-iya, Non. Ini tadi abis bersihin kolam renang, eh kamar mandi, Non, itu maksudnya,” jawab Bi Momon latah.
“Udah balik sana, kok masih di sini?” kata Agatha yang kesal akan asisten rumahnya.
Bi Momon berjalan ke dapur dengan sedikit lari-lari kecil, karena dia takut majikan kecilnya tambah ngambek dan kesal. Tetapi Bi Momon terlupa akan sesuatu, yaitu minuman apa yang akan dia buat untuk majikan kecilnya itu. Bi Momon akhirnya putar balik ke ruang tamu untuk menanyakan minuman apa yang Agatha inginkan.
“Lah, kok malah balik lagi, sih, Bi? Mana minumannya?” tanya Agatha sambil melihat tangan Bi Momon ketika Bi Momon menghampirinya.
“Hehe. Anu, Non, tadi Bibi lupa nanya Non mau jamu apa,” jawab Bi Momon sembari menggaruk kan kepalanya yang tak gatal sama sekali.
“Oh My God! Emangnya siapa yang mau minum jamu, Bi? Yang bener dong, Bi,” Rengek Agatha karena jengah.
“Eh, maksud Bibi, minuman, Non,” jawab Bi Momon kikuk, “Non mau minum apa?” lanjut Bi Momon.
“Yasudah, bikinin syrup lemon aja, Bi. Jangan salah lagi! Awas kalo masih salah, ku gantungin di pohon pisang!" ancam Agatha yang malah membuat Bi Momon hampir saja tertawa jika tidak mengingat majikannya itu sedang kesal pada kondisi dan padanya saat ini.
Di dapur...
Akhirnya Bi Momon meloloskan tawanya yang sempat tertunda di ruang tamu. Bi Momon tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena ancaman majikannya itu yang dia rasa tidak masuk di akal sama sekali.
“Haduhhhh, untung aja digantungin di pohon pisang, coba aja kalo di pohon jahe.” Seketika Bi Momon menutup mulutnya karena baru saja sadar akan ucapannya yang salah.
“Lah, aku ini gimana to, jelas-jelas jahe rendah dari pohon pisang. Haha, parah cuyy.” Bi Momon bergumam sendiri sambil membuat permintaan Agatha.
Minuman sudah selesai dibuatkan. Akhirnya Bi Momon menghampiri Agatha yang masih setia dengan kakinya yang diangkat ke atas meja.
“Ini minumannya, Non. Semoga tidak asin, ya, Non,” ucap Bi Momon yang sontak membuat Agatha melotot karena kaget.
“What????? Asin, Bi?” teriak Agatha ketika mendengar kata asin.
“Aduhhh, ini mulut kenapa gak ada remnya sama sekali sih, pakai acara asin segala!” batin Bi Momon.
“Aduh, Non, maaf. Bibi kelepasan. Maksud Bibi anu, Non, semoga tidak kemanisan.” Bi Momon berkata sedikit menundukkan kepalanya.
“Kalo ngomong tuh yang bener, Bi, jangan asal nyerocos! Yaudah, sana balik!” pungkas Agatha.
Karena Agatha menyuruh Bi Momon balik ke dapur, Bi Momon pun menuruti perintah Agatha. Namun, belum juga Bi Momon sampai ke tempat peperangannya alias dapur, Agatha kembali memanggilnya dengan sedikit berteriak.
“Bi Momon, tau gak kenapa aku mirip gembel begini? Kok kagak nanya dari tadi sih?” ucap Agatha yang langsung bangkit berdiri dari sofa.
“Eh iya, kenapa Non? Huft..huft!” tanya Bi Momon sedikit ngos-ngosan dan mengambil napas karena mendapati majikannya yang sudah berteriak.
“Lagi kesal sama sial tau! Ini ulah si Mang Judas, ditelpon gak diangkat-angkat. Akhirnya aku pulang naik angkot. Gerah banget tau, Bi!” jawab Agatha kesal.
Bagaimana tidak, dirinya kena marah dan diomeli oleh sopir angkot karena uangnya kurang seribu. Udah gitu dia duduk di antara nenek-nenek tua yang lengkap dengan segala wewangian minyak angin, sehingga membuat Agatha sedikit pusing dan mual. Akhirnya dia terpaksa berjalan kaki menuju rumahnya karena sang sopir angkot tidak mau mengantarkannya sampai ke depan perumahan elitnya.
“Aduh kasian dong, Non. Mau dipijitin gak, Non?” tawar Bi Momon.
“Gak usah. Udah, Bi, sana balik!” usir Agatha sambil mengibaskan tangannya sebagai tanda mengusir layaknya nyonya besar.
Karena melihat suasana rumah yang sepi, membuat Agatha bergumam dalam hati.
“Ke manakah mereka?” gumamnya dalam hati.
Lagi-lagi Bi Momon menuruti perintah Agatha. Namun, belum sampai tiga langkah Bi Momon berjalan, kini Agatha kembali menghardiknya.
“Daddy sama mommy ke mana, Bi?” tanya Agatha lesu dan dengan muka datarnya.
Dia tahu, itu adalah pertanyaan konyolnya. Karena, setiap kali pulang sekolah dia selalu menanyakan hal itu. Dan jawabannya pun tetap sama, orang tuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Terkadang, Bi Momon merasa kasihan dengan Agatha, dia terlihat stress karena barangkali sering ditinggal orang tuanya.
“Kerja, Non, Nyonya di panti dan Tuan di kantor.” Bi Momon menjawab dengan sedikit datar.
Agatha hanya diam mendengar jawaban itu, karena pada dasarnya dia sudah tau akan jawabannya. Namun, rasa rindunya yang membuat Agatha bertanya.
“Oiya, Non, kalau mau makan, makanan kesukaannya sudah siap di sana,” tawar Bi Momon merasa kasihan seraya menunjuk meja makan.
“Gak. Gak usah ngurusin aku, Bi. Orang tuaku aja gak peduli sama aku!” ujar Agatha dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Ya justru karena itu, Non,” saut Bi Momon dengan sedikit lirih.
🕊️🕊️🕊️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ•ᴋͫᴇͣɪͬɴͨɴͪᴀͤʀᷞᴀᷞ•Kᵝ⃟ᴸ
🤣🤣🤣🤣, lagi kesal aja bikin org ketawa ngakak, bibi momon sampe nhn gitu,
2023-01-02
0
☘𝐴ɴͪᴅͦʜᷤɪͭʀͤᴀᷝ͠ ⍣ᶜᶦᶠ
bi momon haduh pgn ngakak deh
2020-11-16
1
🍓{jasmine}🍓 W⃠ 🌀
yg sabar ya agatha, akan Indah pada waktu nya nti tuk kamu.....
2020-10-11
0