Bi Momon hanya terpaku mendengar perkataan Agatha. Tak tau apa yang harus dia katakan, sehingga membuat Bi Momon termenung. Agatha yang kesal melihat reaksi Bi Momon, akhirnya membuka suara.
“Bi Momon, kok diem aja sih, gak dijawab kalo orang ngomong?” ketus Agatha kesal.
Suara itu sontak membuat Bi Momon kaget, dan akhirnya jiwa kelatahannya pun muncul seketika.
“Eh copot 182578, ada yang bisa dibantu pak Komandan?” latah Bi Momon karena kaget.
Tak ada jawaban yang Agatha lontarkan kepada Bi Momon. Karena kesal dengan asistennya, akhirnya Agatha langsung keluar menuju mobilnya. Hari ini dia di antar oleh sopir yang ditugaskan oleh daddy nya untuk mengantar ke manapun Agatha pergi atau keluar rumah. Padahal, Agatha sendiri juga mahir dalam mengemudikan mobil mewahnya yang mentereng itu. Setibanya di mobil, dia langsung disambut senyuman hangat oleh sopirnya (sebut saja Mang Judas).
“Eh, selamat pagi Non Agatha. Mari kita berangkat Non!” tutur Mang Judas ramah.
Agatha mendengus lemah, karena dia masih merasa kesal dengan kelatahan Bi Momon. Apalagi setelah mendengar orang tuanya yang sudah berangkat subuh-subuh sekali.
“Hmm, gak usah dibuka pintunya Mang, aku bisa sendiri!” jawab Agatha ketus yang langsung membuka pintu mobil dan membawa dirinya duduk di kursi belakang kemudi.
Mang Judas bergumam karena Agatha dingin terhadapnya.
“Ampun dah ah, punya majikan judes sama cueknya gak ketulungan,” gumamnya sambil membuka pintu mobil, menyusul Agatha yang sudah duluan memasuki mobil.
Di sekolah.....
Gerbang sekolah hampir saja ditutup sempurna oleh satpam sekolah Agatha.
Tetapi, ketika melihat mobil Agatha mendekati gerbang, Pak Satpam mengurungkan niatnya untuk menutup gerbang itu. Karena mengingat mobil yang datang itu adalah mobil anak orang yang sangat disegani dan terpandang oleh masyarakat kota itu.
Pak Satpam memerintahkan mobil tersebut untuk melaju menuju parkiran sekolah, yang letaknya tidak jauh dari gerbang.
Setelah memarkirkan mobil yang dikendarai, Mang Judas berniat turun untuk membuka pintu untuk nona kecil itu, tapi alangkah terkejutnya Mang Judas ketika Agatha melotot ke arahnya.
“Ada apa, Non?” tanya Mang Judas keheranan karena mendapati Agatha yang sudah membulatkan matanya.
“Gak usah dibuka Mang, aku bisa sendiri,” ucap Agatha dingin.
Mang Judas yang mendengar ultimatum dari Agatha, hanya bisa mengangguk sambil bergumam.
“Astaga Tuhan nih anak, kenapa ketus sekali? Padahal saya berniat baik terhadapnya,” gumamnya.
Di dalam ruangan kelas, sahabat serta pacarnya Agatha sudah menunggu dia sejak tadi. Dan untungnya, karena hari pertama di semester pertama kelas XII, sang pengajar atau yang biasa kita sebut guru, belum masuk kelas. Sehingga siswa/i bisa mengobrol antara satu dengan yang lainnya.
Nadine, Maria, Stevanie, Dirgo, Memey, Yadi (sahabat Agatha) dan Welson (pacar Agatha) seketika menoleh ke arah pintu masuk kelas, karena mendengar suara hentakan kaki orang berjalan yang layaknya bak sepatu kuda.
Tak tuk tak tuk. Kira-kira begitulah bunyinya.
Tanpa mereka sadari, suara derap kaki itu adalah berasal dari langkah kakinya Agatha, karena dia terburu-buru dan takut akan hukuman sang guru untuk mengumpulkan sampah dan mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali putaran. Hukuman itu adalah hukuman yang paling dia hindari. Jika saja hukumannya berjoget dia pasti menyanggupi, apalagi jika lagunya adalah lagu Cendol Dawet. Hahaha.
“Eh, tuh liat, Gatha udah nyampe. Gue pikir tadi si guru killer itu, ternyata si Gatha,” celetuk Nadine tiba-tiba pada sahabat-sahabatnya.
“Ooiya ya. Gue pikir tadi itu si guru ember yang galak bukan main,” tukas Memey tiba-tiba.
Ucapan Memey barusan, nyaris membuat para sahabatnya tertawa serentak.
“Bukan ember, Memey, tapi killer,” jawab mereka semua.
Karena pada dasarnya, si Memey terbilang siswi yang agak lemot dan nyeleneh. Agatha kebingungan melihat para sahabatnya tertawa yang bagaikan sedang berlatih komedi. Akhirnya dia membuka suara karena penasaran.
“Lo lo pada ngetawain siapa sih, Guys? Happy banget kayaknya,” dengus Agatha, tangannya meraih dan menggeser kursi lalu duduk.
“Itu tuh si Memey. Nadine bilang guru killer, eh dia malah bilang guru ember. Hahaha, kan aneh. Makanya kita-kita ketawa. Betul gak, Guys?” tanya Stevanie pada yang lainnya.
Dan mereka semua menjawab pendapat dari Stevanie.
“Iya Gatha, betul,” jawab mereka sambil tertawa.
Tapi anehnya, si Memey juga ikut menjawab, yang mana membuat mereka semakin terpingkal-pingkal dibuatnya karena ulah si Memey.
Kemudian salah seorang sahabat laki-laki Agatha bertanya mengapa Agatha datang terlambat.
"Eh, Tha, tumben lo datang telat? Biasanya ga pernah loh?” tanya Dirgo.
“Hehe, gue hari ini kesiangan, Guys. Lagian gue udah keasyikan libur sih, makanya sering kesiangan. Untungnya Bi Momon gak lupa bangunin gue. Dia bilang ada gempa atas atap. Hahaha,” jawab Agatha sambil tertawa.
Mereka semua tertawa mendengar kejahilan Bi Momon yang diceritakan Agatha.
“Berarti itu jadi penyelamat lo dong, Tha?” ucap Nadine.
“Ho oh. Coba aja kalau gak diteriakin gitu, pastinya udah terlambat dan menjalani hukuman loh,” timpal Maria.
“Ngeri banget, Guys, hukumannya,” seru Stevanie yang juga ikut mengobrol.
“Emang apaan hukumannya?” tanya Memey polos.
“Lo ke mana aja kemaren-kemaren, Mey? Perasaan peraturan itu sudah ada semenjak kita kelas X loh. Apa lo gak pernah baca peraturannya?” tutur Dirgo panjang lebar. Jika saja Memey bukan sahabatnya sama seperti yang lain, sudah dipastikan Memey akan dijitak oleh Dirgo.
“Kok gue gak pernah liat ya?” ucap Memey bingung sambil mengelus dagunya.
“Makanya jangan kebanyakan makan keong, jadinya lambat, kan. Hahaha,” ejek Dirgo lagi.
“Huhhh! Bully aja terus.” Memey mendengus dan memasang muka merajuk.
“Udah, Dir. Ntar Memey gantung diri gimana coba? Masih mending jika gantungnya di ujung cabe, coba aja jika di pohon jahe. Hihihi.” Maria terkekeh.
Namun lain halnya dengan Yadi, dia masih saja membahas sang asisten Agatha, yang menurutnya sangat kocak.
“Wkwk, parah emang asisten lo, Tha. Eh, tapi lo kan emang sering kesiangan kalo bangun Tha,” ejek Yadi tiba-tiba.
“Helehhhh, lo mah selalu aja ngejekin gue, Yad. Lagian gue karena udah terbiasa libur juga kali.” Agatha mendengus sebel dan memasang muka garangnya.
“Hehe, sorry boss. Jangan marah-marah! Ntar keriputan loh,” pungkas Yadi membela diri.
“Gue comblangin lo sama Memey!” ucap Agatha, namun Yadi tersenyum mendengar kalimat itu.
“Eh, apaan main comblang-comblangin? Ogah gue.” Memey mendekapkan tangannya menandakan bahwa ia tak suka.
“Ciee. Giliran dengar kata jodoh menjodohkan tumben amat tuh cepat nyambung?” tukas Stevanie.
“Wkwk. Ini gara-gara lo, Tha. Gue jodohin lo sama tukang kebun gue!” ujar Yadi membalas ejekan Agatha.
Dan tanpa Yadi sadari, si Welson melotot ke arahnya, karena Yadi selalu saja menjahili pacarnya.
“Upsss, ayanknya melotot, Guys,” ejek Yadi.
“Sorry, Bro, selow Men. Hahaha.” Si Yadi malah cengengesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
begitulah bunyinya kakinya pake sepatu tebak sapa yg datang ( nyanyi pake nada lagu hewan apa namanya)🤭🤭✌️✌️✌️ jgn marah ya boyyy
2023-01-14
1
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
no togel kah yg d sebut🤔🤔😍🤣
2023-01-14
1
ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ
kalo cerita sekolahan aku kayak anu aja baca nya,, jadi pengen balik Sekolah lagi gue 🥺🥺
2023-01-06
1