Orang misterius

"kenapa lagu itu terdengar seperti kisahmu?" ujar laras

"benarkah?" ujar alena sambil terkekeh

Mereka bertiga menghabiskan waktu bersama di tempat Alena, setelah selesai belajar mereka makan bersama hingga bersantai di atap apartemen Alena.

"kamu tahu? ini adalah tempat yang ingin sekali aku kunjungi" ujar luna

"benarkah?" ujar laras

"kamu menyukai roof top?" ujar Alena

"benar, aku suka angin yang berhembus di atas sini, kedamaian nya dan keheningan nya, membuat hormon dalam tubuh bekerja sangat baik" ujar luna sambil memejamkan matanya menikmati angin sepoi-sepoi

"kamu tidak sedang terapi psikolog bukan?" ujar laras sinis

"tentu saja tidak" ujar luna

"bagaimana rasanya jatuh dari ketinggian?" ujar laras

"jika kamu ingin tahu, maka melompat lah dari sini" ujar luna

"Baiklah" ujar laras

"hey apa yang kamu lakukan" ujar luna panik sambil menarik tangan laras

"kamu ingin tahu jawaban nya?" ujar Alena

"tentu" ujar laras

"cari tahu sendiri" ujar Alena sambil tertawa

Kini jam menunjukkan pukul 08.00 malam, hujan sudah mereda Alena dan kedua sahabat nya kini sedang berjalan-jalan ke luar untuk menikmati malam hari, menikmati street food hingga mengunjungi wahana bermain.

"tempat ini sangat ramai" ujar laras

"benar ini kali pertamamu keluar bukan?" ujar luna lalu menatap Alena

"aku? hum benar" ujar Alena

"tunggu bukankah orang itu terlihat familiar?" ujar laras sambil menunjuk ke arah seseorang yang sedang duduk di kursi taman

"benar wajah itu" ujar luna

"bukankah itu natan?" ujar Alena sambil memperhatikan dengan saksama

"benar itu natan, tapi untuk apa dia duduk sendirian di sana?" ujar luna bingung

"Alena kamu tidak ingin menghampiri nya?" ujar laras

"kenapa aku?" ujar alena bingung

"bukankah kamu sudah dekat dengannya?" ujar laras

"entahlah aku tidak tahu" ujar Alena

"mobil polisi?" ujar luna bingung ketika melihat mobil polisi datang

"tunggu apa natan menelepon polisi? apa yang terjadi?" ujar laras

"hey ayo pergi, jangan ikut campur urusan mereka" ujar alena lalu berjalan meninggalkan kedua sahabat nya

"Alena tunggu" ujar laras sambil mengejar Alena

"kenapa kalian berjalan dengan sangat cepat?" ujar luna sambil menggelengkan kepalanya

"menurutmu apa ada sesuatu terjadi dengan natan?" ujar laras

"entahlah" ujar alena

"kamu tidak bisa di ajak serius" ujar laras kesal

"hey jangan di tanya jika itu adalah Alena" ujar luna sambil tersenyum

Alena kembali ke apartemen nya sementara kedua sahabat nya pulang ke rumah mereka, di perjalanan Alena terus berpikir mengenai natan.

"Kenapa polisi mendatanginya? apa dia yang menelepon?" guman Alena dalam hati

Alena terus berjalan dengan pikiran yang berkecamuk, karena tidak fokus Alena pun terjatuh karena jalan yang licin.

"arghh kenapa setiap kali hujan jalan akan seperti lantai, ini sangat licin" gerutunya

"kamu tidak apa-apa?" ujar seseorang sambil mengulur kan tangannya

"siapa kamu?" ujar Alena kaget saat melihat wajah orang itu yang di tutupi dengan topeng hitam

"apa kamu takut?" ujar nya sambil tertawa

alena berusaha bangun namun karena kakinya tergelincir sangat sakit untuk di gerakkan, sementara orang itu hanya tertawa melihat ketidakberdayaan Alena.

"jangan seperti itu, kamu akan terus merasakan sakit" ujar nya sambil berjongkok di depan Alena

"ayo aku akan membantumu" ujar nya lalu menggendong Alena

"hey, turunkan, aku tidak mau" ujar Alena mulai memberontak

"sssttt, jangan ribut orang-orang bisa mendengar nya" ujar nya yang membuat Alena semakin takut

Alena hanya bisa diam, pasalnya alena sangat ingin melawan namun kakinya bengkak dan sakit akibat tergelincir,orang misterius itu terus berjalan membawa Alena.

"siapa dia? jika di lihat dari bentuk tubuhnya pasti dia orang yang suka berolahraga, apakah dia petinju?" guman Alena dalam hati

Dalam perjalanan, Alena terus bertanya dalam hati, sementara orang itu hanya diam dan fokus berjalan membawa Alena, namun tiba-tiba orang itu berhenti membuat Alena sontak menatap wajahnya yang tertutup topeng.

"kita akan naik lewat tangga darurat, akan mencuri perhatian jika masuk melalui lif" ujar nya

Alena yang awalnya berpikir akan di culik akhirnya merasa lega karena orang itu akan mengantar Alena menuju ke apartemen nya.

"tentu saja itu akan mencuri perhatian, dari segi penampilan saja sangat aneh" guman Alena dalam hati

"apa kamu tidak ingin tahu siapa aku?" ujar orang itu saat mereka mulai menaiki tangga darurat

"aku tidak peduli" ujar Alena lalu memalingkan wajahnya

"mulutmu mengatakan itu tapi aku tahu dalam hatimu kamu terus bertanya-tanya siapa aku? dan bagaimana aku tahu tempat tinggal mu" ujar nya

"bukankah kamu mengenal ku?" ujar Alena

"tentu saja, aku terus memperhatikan semua gerak gerik mu" ujar nya sambil terkekeh

"bukankah itu terdengar seperti penguntit?" ujar Alena sinis

Alena pun terkejut saat orang itu menghentikan langkahnya lalu menatap Alena, sontak hal itu membuat jantung Alena seperti akan berhenti, tatapan dengan topeng itu sangat menyeramkan, di tambah kondisi Alena yang sedang tidak berdaya.

"mengapa kamu berpikir aku adalah penguntit? aku tahu jika kamu melihat wajahku kamu akan terkejut jadi aku sengaja memakai topeng ini" ujar nya lalu melanjutkan perjalanan

Alena hanya diam tidak mengeluarkan satu kata pun, setelah menaiki tangga darurat, mereka pun sampai di lantai 7 di mana apartemen Alena berada.

"tunggu, kamu akan masuk dengan topeng hitam menyeramkan itu?" ujar Alena

"lalu apa salahnya?" ujar orang itu lalu membuka pintu darurat dan masuk ke lorong apartemen

"ambil kartu mu" ujar nya setelah sampai di depan pintu apartemen Alena

alena pun membuka tasnya lalu mengambil kartu pintu dan menempelkan nya di gagang pintu, setelah berbunyi pintu pun terbuka, Alena langsung di bawah masuk, tidak lupa orang itu mengunci pintu menggunakan kakinya.

"luruskan kakimu" ujar nya setelah merebahkan tubuh Alena di atas kasur

"kamu tidak ingin pergi?" ujar Alena sedikit takut

"tidak" ujar nya singkat dan terdengar dingin

"lalu...untuk apa kamu disini?" ujar Alena

"apakah itu kalimat yang seharusnya kamu lontarkan kepada seseorang yang sudah menolong mu?" ujar nya

"baiklah terima kasih sudah menolong ku, sekarang kamu bisa pergi" ujar alena lalu memalingkan wajahnya

"wahhh apa aku baru saja di campakkan?" ujar nya sambil menggelengkan kepala

Alena tidak menjawab dan sedang mengambil ponsel nya di dalam tas nya namun orang itu mengambil nya membuat Alena kaget.

"kamu tidak di ijinkan menggunakan ponsel ini" ujar nya lalu meletakkan ponsel Alena di meja makan

"kenapa?" ujar alena bingung

"karena aku tidak ingin kamu menelepon polisi dan menyuruh mereka datang karena ada penguntit" ujar nya lalu membuka jaket hitam

"tunggu... kamu, kamu kenapa melepaskan jaketmu?" ujar alena takut

"jaket kulit ku sedikit tebal, aku kepanasan" ujar nya lalu meletakkan jaket nya di atas sofa

"dari bentuk tubuhnya sepertinya dia masih muda" guman Alena dalam hati

"lalu kenapa kamu tidak melepas topengmu? bukankah wajahmu kepanasan juga?" ujar Alena mulai memancing

"apa kamu ingin aku membukanya?" ujar nya sambil berjalan ke arah Alena

"hm? aku,aku hanya penasaran" ujar Alena mulai gugup saat melihat orang itu mulai melepaskan sepatu nya

"baiklah, kamu bisa membukanya sendiri" ujar nya lalu naik ke atas tubuh Alena dan menindih tubuh Alena dengan kedua tangannya di samping kepala Alena sebagai tumpuan

Apakah Alena akan membuka topeng itu?

siapa orang misterius itu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!