Langit terlihat gelap, tapi hari masih sore pertanda akan turun hujan, Alena tengah berdiri di balkon rumah Natan, sementara pemilik rumah sedang sibuk menyiapkan makanan untuk di makan.
"Rumahnya sangat besar, tapi dia hanya tinggal sendiri" guman Alena dalam hati
"Alena ayo makan" ujar Natan
"Umm" ujar alena singkat lalu mengikuti Natan dari belakang
"Kenapa kamu tinggal sendiri?" ujar Alena membuka obrolan
"Sudah ku duga kamu akan bertanya,...kedua orang tua ku sudah meninggal sejak aku berusia 5 tahun karena sebuah kecelakaan" ujar Natan
"Maaf aku tidak bermaksud" ujar Alena
"Hmm sejak itu aku tinggal bersama pengasuh ku, tapi setelah aku lulus SMA dia berhenti bekerja di sini karena anaknya sedang sakit di kampung jadi dia kembali ke sana" ujar Natan
"Itu pasti sangat berat" guman Alena dalam hati
"Tapi sampai sekarang kasus kecelakaan kedua orang tuaku tidak pernah di selidiki oleh pihak berwenang, mereka hanya mengatakan itu sebuah kecelakaan padahal dengan jelas kecelakaan itu seperti di rencakan oleh seseorang" ujar natan
"Di rencanakan?" ujar Alena kaget
"Mobil ayahku masih sangat baru dan pasti semua mesin nya beroperasi dengan baik tapi remnya tidak berfungsi pada saat mereka pergi ke luar kota" ujarnya
"Lalu ada yang kamu curigai sekarang?" ujar Alena mencoba memancing
"Paman, pamanku sangat iri dengan kesuksesan ayahku bahkan sudah beberapa kali dia ingin mencelakai ayahku" ujar natan
"Lalu di mana pamanmu?" ujar Alena
"Kamu pasti mengenalnya, dia adalah donatur utama kampus kita, jangan salah dia menjadi donatur bukan karena sukarela tapi itu di jadikan sebagai batu loncatan" ujar natan
"Jika saja hukum itu adil, dia pasti sudah menerima hukuman nya" ujar natan lalu melanjutkan makannya
"Benar, tapi sekarang pelaku yang memiliki koneksi dan kekuasaan sangat sulit untuk di tangani, mereka seperti membuat hukum itu di ciptakan untuk melindungi pelaku bukan korban" ujar Alena
"Kamu benar, aku harap ada seseorang yang bisa menegakkan keadilan itu" ujar natan spontan yang membuat Alena berhenti mengunyah makanannya
Kini jam menunjukkan pukul 07.30 malam, natan baru saja kembali setelah mengantar Alena pulang, di dalam kamarnya Alena menatap langit-langit kamar sambil berpikir.
"Seseorang yang menegakkan keadilan"....
" Tunggu, bukankah itu seperti main hukum sendiri?" ujar alena lalu bangun
"Baiklah, misi baru muncul" ujar alena sambil tersenyum lalu berjalan menuju meja belajarnya
Alena membuka laptop nya lalu mencari identitas dari paman natan, tersangka pertama dalam kasus kecelakaan kedua orang tua natan.
"Wahh dia cukup kaya dan memiliki jabatan yang tinggi" ujar alena saat membaca isi artikel
Setelah membaca semua artikel itu Alena mengambil ponsel nya lalu memotret wajah paman natan, Orion Karl.
"Orion Karl, usia 45 tahun walikota dan CEO teladan, bersiap lah menuju neraka" ujar Alena sambil menunjukkan senyum iblisnya
Setelah mengambil gambar Orion, Alena pun bersiap untuk menjalankan aksinya, ia memakai hoodie berwarna hitam, celana panjang hitam dan kasu tangan, Alena tidak pernah menutup wajahnya saat beraksi, ia sengaja untuk mengecoh targetnya.
"arghh... kenapa harus hujan sekarang" gerutu Alena
"aku harus menunda lagi karena hujan" ujar alena lemas
Alena pun kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaian nya, alena meraih ponsel lalu melihat pesan dari kedua sahabat nya.
"mereka hanya menanyakan hal yang tidak penting" ujar Alena lalu mematikan ponsel nya dan bersiap tidur
"Bagaimana kerja kelompok kalian? Apa terjadi sesuatu yang menarik?" ujar laras
"Benar, ayo beritahu kami" timpal luna antusias
"Tidak ada, sikapnya sama saja dengan di kampus" ujar Alena bertepatan dengan lewat nya Natan di depan mereka
"Wahh kamu benar, dia sangat dingin bahkan menyapa saja tidak" bisik laras saat Natan masuk kelas dan duduk di kursi nya
"Mereka selalu bergosip tentangku" guman Natan dalam hati sambil terkekeh
Jam istrahat pun tiba, seperti biasa Alena hanya akan berdiam diri di dalam kelas seperti seorang pendiam, di saat dia sedang membaca tiba-tiba dari luar kampus terdengar suara riuh dari banyak orang.
Alena yang penasaran pun langsung melihat ke arah luar, alena menangkap sosok yang tidak asing baginya, ia pun langsung mengambil ponsel nya lalu melihat nya dengan seksama.
Seorang pria baru saja turun dari mobil mewah mengenakan setelan jas hitam mahal dengan karisma yang rupawan, Alena tersenyum saat melihat pria itu persis dengan seseorang yang ada di dalam foto dalam ponsel nya.
"Masuk lah ke dalam permainan ku" ujar Alena sambil tersenyum
"Hari ini kita pulang lebih awal karena donatur kampus kita mengadakan rapat dadakan bersama para dosen, cukup aneh tapi bagus aku lelah dan ingin tidur" ujar laras
"Kamu bisa tidur dengan nyenyak" ujar luna
"Baiklah, hati-hati di jalan" ujar Alena sambil melambaikan tangannya di depan pintu gerbang
Setelah berpisah dengan kedua sahabat nya, Alena pun berjalan menuju apartemen nya, kini Alena sedang menyiapkan sesuatu, ia kini lebih menyusun rencana secara maksimal karena menghadapi Orion bukanlah hal yang mudah melihat bagaimana dia di kelilingi oleh banyak bodyguard.
"Ide yang bagus" ujar Alena saat mendapat ide
"Bahkan hari juga sedang mendukung ku" ujar Alena lalu tersenyum
"Besok adalah akhir pekan, aku tahu ini akan berhasil, tunggulah Orion!" ujar Alena lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur
Alena pun membersihkan dirinya, lalu menyiapkan makan malam, setelah mengirim pesan kepada ibunya, Alena pun makan, ke esok kan pagi nya Alena mengunjungi sebuah cafe bar di kota itu.
Setelah di pekerjakan walaupun Alena berbohong ia tetap berhasil dan di terima bekerja seharian di sana sebagai pengantar pesanan.
Alena di tugas kan untuk mengantar makanan di meja nomor 2 , Alena yang melihat nama dari si pemesan langsung tersenyum lalu memulai aksinya.
Satu jam berlalu, Alena pun sedang mengamati perilaku dari Orion, pada detik berikutnya Orion pun jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, dari dalam mulutnya keluar busa berwarna putih.
Orion pun di larikan ke rumah sakit, setelah di tangani Oleh dokter, Orion di nyatakan lumpuh bagian tubuh bawah, Alena yang mendengar berita itu senang dan tersenyum namun berbeda dengan orang-orang di cafe bar, sang pemilik hampir frustasi karena mendapat kecaman dari berbagai media.
"Apakah ada seseorang yang mencoba menjatuhkan ku?" guman Orion dalam hati
"Argh, aku tidak akan berpikir lama, kepalaku sakit" ujar Orion
kini jam menunjukkan pukul 09.23 hujan pun sedang turun Alena yang ingin keluar dari apartemen nya pun terpaksa mengurungkan niatnya karena hujan.
"Kenapa akhir-akhir ini selalu hujan" guman Alena kesal
"Ini sudah cukup, sebaiknya besok saja" ujar Alena lalu mengunci jendela dan pintu apartemen nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
María Paula
Ngakak ampe terbahak-bahak. 🤣
2023-11-19
2