Terlepas dari ingatanku sebelumnya sekarang aku merasa sangat takut dan cemas karena sepertinya posisiku saat ini lebih berbahaya dari pada keadaan ku sebelum mengalami kecelakaan.
Aku harap esok akan terungkap segala hal yang tidak ku ketahui dan kenapa aku bisa berada di sini.
Saat aku terbangun dari tidurku dan merasa tidak nyaman, tubuhku secara spontan bergerak gemetaran tanpa henti karena terkejut menerima semua ingatan itu.
"Cepat, periksa kondisinya" ucap salah satu perawat itu
Dan anehnya di saat seperti itu beberapa perawat langsung menghampiriku dan memeriksa kondisi ku seolah mereka tahu apa yang terjadi padaku padahal tidak ada siapapun sebelumnya.
"Kenapa mereka bisa tahu keadaan ku? apakah mereka memang memantau ku dari 24jam?" itulah yang terlintas di benakku
Meskipun aku merasa bersyukur karena kehadiran mereka membuatku sedikit lebih tenang.
Setidaknya ada yang merawat ku di saat seperti ini.
"Syukurlah pasien baik-baik saja, kalau sampai terjadi sesuatu dengan pasien ini, kita tidak akan tahu nasib kita bagaimana kedepannya" bergumam sambil meninggalkan ruangan
Perkataan mereka yang tidak terlalu jelas setidaknya terdengar olehku dan sepertinya memang mereka mendapatkan tekanan dari seseorang dan mengkhawatirkan kondisi ku karena mereka takut dengan nasib mereka.
Aku memutuskan untuk tidur kembali agar aku tidak terlalu memikirkan ingatanku sebelumnya.
Keesokan harinya aku terbangun dengan kondisi tubuhku yang jauh lebih baik dan mulai bertenaga dan suaraku juga sudah bisa keluar meskipun belum terlalu jelas.
Tetapi keadaan di ruangan ku sangat ramai dimana ada dokter yang sebelumnya memeriksa kondisi ku, perawat yang merawat ku dengan baik dan yang paling menonjol diantara mereka adalah pria yang sebelumnya menemui ku dan memintaku untuk menjawab pertanyaan darinya.
"Apa sudah bisa di mulai?" ucap dokter itu kepada pria tersebut
"Ya, lakukan saja" jawab pria itu dengan ketus
Perawat berdiri di sisi kanan dan kiriku sambil membantu ku duduk tegak, mereka memegang tanganku dan menahan ku agar tidak bergerak berlebihan.
Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, aku sangat ingin memberontak tetapi tenagaku tidak cukup meskipun sudah jauh lebih baik dari kemarin.
"Hah? kenapa dokter itu membawa gunting ke arahku?"
"Apa yang akan dia lakukan?"
Badanku gemetaran karena takut dokter itu akan melakukan sesuatu yang buruk terhadapku.
"Tenang ya bu, saya akan menggunting ujung perbannya dan membukanya" ucap dokter itu dengan lembut
Setelah mendengarkan perkataannya aku merasa lega dan menerima perlakuan mereka karena aku juga sudah sangat penasaran dengan wajahku yang tertutup perban ini.
Satu persatu perban itu terlepas, aku merasa lega tetapi aku juga takut hingga akhirnya terlepas semua perban di wajahku.
"Alexa?" ucap pria itu sambil menatapku dengan tajam dan langsung memelukku sambil menangis
Aku tidak tahu apa yang terjadi semua ini membuatku kebingungan.
"Alexa? siapa itu? dan kenapa dia memelukku dengan penuh kesedihan"
Pria itu menangis dan terus memelukku dengan erat dan itu membuatku tidak nyaman.
Tidak seperti kepribadiannya yang terkesan angkuh ternyata dia bisa menangis juga.
"To.. tolong lepaskan" sambil berbisik di telinga pria itu dengan suara yang kecil sebisaku
Padahal aku sudah memintanya untuk melepaskan pelukannya dariku tetapi tidak di dengarnya sama sekali.
Dokter dan semua yang ada di ruangan itu memasang ekspresi yang sedih melihat ke arah kami dan meninggalkan kami berdua saja di ruangan itu.
"Fiuh"
Akhirnya dia melepaskan pelukannya dariku setelah membuat pakaianku basah karena air matanya.
Setelah itu sikapnya berubah kembali seperti sebelumnya meskipun ekspresinya terlihat masih menahan kesedihan.
"Alexa, tolong jangan tinggalkan aku lagi" ucap pria itu sambil menggenggam tanganku
Aku tidak kuat untuk terus duduk dan terhuyung tetapi pria itu langsung menangkap tubuhku dan membantu membaringkan ku dengan perlakuan yang lembut.
Lagi dan lagi, dia memanggilku dengan sebutan Alexa. Sebenarnya siapa Alexa dan kenapa dia memperlakukan ku dengan baik padahal sebelumnya dia ketus kepadaku saat aku masih tertutup perban.
Dia menutupi tubuhku dengan selimut agar aku tetap hangat dan membiarkan ku untuk istirahat.
"Kamu harus cepat pulih ya?" ucap pria itu sambil mengelus kepalaku dengan lembut dan hendak meninggalkan ruangan
"Tu.. tunggu" berusaha sekuat tenaga untuk berbicara
Dia tidak mendengarkan ku dan hanya menatapku kemudian keluar dari ruangan ku.
Aku sangat penasaran dengan wajahku tetapi di ruangan itu sama sekali tidak ada cermin sehingga aku belum melihat seperti apa wajahku.
Ada 1 hal lagi yang membuatku penasaran, kenapa tidak ada keluargaku, sahabatku dan rekan kerjaku yang mengunjungi ku.
Kenapa justru orang asing yang mendatangi ku setiap hari.
Apa mereka sama sekali tidak peduli denganku.
Orangtuaku yang selalu memberikan kasih sayang terbaik yang mereka lakukan.
Seorang adik yang selalu membuatku kesal tetapi menyayangi ku.
Sahabat yang selalu ada bahkan di saat aku dalam keadaan terpuruk.
Rekan kerja, bawahan ku yang selalu mengkhawatirkan diriku.
Bagaimana keadaan di perusahaan saat ini disaat aku sudah lama terbaring di tempat tidur bukannya semua pasti kacau.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Seharusnya hari ini aku sudah mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan ku tetapi tidak ada seorang pun disini.
Bahkan pria itu juga pergi di saat hanya dia yang bisa ku tanyai tentang semua ini.
"Aku ingin pergi dari sini"
"Semua ini sangat asing, aku ingin bertemu dengan keluarga ku, sahabatku dan rekan kerjaku"
"Sebenarnya aku dimana?"
Tanpa sadar aku meneteskan air mata dan beberapa perawat langsung mendatangi ku padahal semua terasa kosong dan sepi seperti tidak ada siapapun.
"Apa ada yang tidak nyaman nyonya?" ucap salah satu perawat itu
Kenapa mereka memanggilku dengan sebutan nyonya.
"Arghhhh.. semua ini benar-benar membingungkan" berteriak dalam hatiku
Aku memintanya untuk mendekat kepadaku agar bisa membisikkan apa yang ku inginkan.
"Tolong bawakan handphone saya" sambil berbisik ke perawat itu
"Mohon maaf nyonya saya tidak tahu dimana handphone nyonya, apa saya perlu memanggil tuan kesini"
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tidak mau membuat mereka kesusahan karena sepertinya memang tidak ada barang milikku di sana.
"Apa ada yang nyonya butuhkan selain permintaan sebelumnya"
Mereka berusaha membuat ku nyaman dan merawat ku dengan tulus sehingga aku tidak ingin membuat mereka dalam situasi yang sulit.
Aku menggelengkan kepalaku untuk memberikan jawaban atas pertanyaan sebelumnya.
"Baiklah, kami tinggal dulu dan selamat istirahat nyonya"
Mereka pergi dari ruanganku dan ternyata aku lupa bahwa aku sangat membutuhkan cermin untuk melihat wajahku.
"Kenapa aku bisa lupa? Huh"
"Sampai kapan aku di buat penasaran seperti ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments