Aku tersadar dengan akal sehat ku yang kembali setelah terguncang cukup hebat.
"Bu Fiona sudah sadar?" ucap Devan yang menunggu di sampingku
"Sebentar saya panggil dokter dulu"
"Tunggu!"
Aku memintanya untuk tidak memanggil dokter dan aku memintanya untuk tetap tenang karena ekspresi wajahnya yang tidak baik serta air mata yang tertahan setelah menangisi diriku sebelumnya.
"Devan, tolong dengarkan saya" sambil memintanya untuk mendekatiku karena suara ku sangat pelan
"Baik bu"
Dia sangat penurut seperti anak anjing yang lucu tidak seperti badannya yang besar.
Aku memintanya untuk tidak menghubungi keluarga ku bahwa aku di rawat di rumah sakit.
"Ingat, jika ada yang mencari ke kantor bilang saja saya dinas keluar kota, sekarang tolong kamu antarkan saya ke alamat ini" sambil memberikan kartu hotel tempatku menginap
"Tapi bu, kondisi anda seperti ini" menatap penuh khawatir
"Sudah kamu lakukan saja apa yang saya minta"
Akhirnya Devan menuruti perintahku dan membawaku ke hotel yang di maksud.
Karena kondisiku masih lemas Devan menggendongku dengan hati-hati.
Dia tidak menanyakan apapun dan hanya diam mengantarku dengan ekspresi yang sedih.
Bahkan dia tidak malu menggendongku masuk ke hotel meskipun dia masih lajang tapi tidak memikirkan pandangan orang lain.
Dalam benakku bertanya apa pacarnya tidak marah jika tahu dia menggendong tubuh atasannya.
Dia menurunkan ku di kasur dengan lembut dan menyelimuti ku.
"Apa ada hal lain yang anda butuhkan?"
"Untuk sekarang tidak ada tapi Devan, apa kamu tidak masalah membantu saya seperti ini?"
"Saya justru senang bisa membantu bu Fiona"
"Baiklah, kamu memang assisten yang kompeten, aku bangga, terimakasih"
Devan melihat barang-barang milikku yang berantakan seolah dia tahu bahwa aku meninggalkan rumahku tanpa persiapan yang cukup.
Tetapi dia hanya merapikannya tanpa bertanya.
Dia seolah menghargai perasaan ku dan kondisiku bahkan di saat dia melihat sisi lemah dariku tapi dia tidak menghilangkan rasa hormatnya terhadapku.
"Oh, ya Devan tolong kamu ambil handphone ku dan hubungi Belinda untuk datang kesini"
"Baik bu" sambil mencari handphone
Setelah Devan menghubungi sahabatku, aku takut tidak bisa mengontrol diriku untuk meluapkan kesedihan yang sedang ku alami.
"Devan, kalau kamu mau pulang, silahkan saja lagian sebentar lagi temanku datang"
Aku tidak ingin semakin membebani Devan dan membuatnya tidak nyaman.
"Saya akan di sini sampai bu Fiona tidur, lebih baik jika saya masih di sini jika terjadi sesuatu dengan anda maka saya tidak bisa tenang"
"Begitu ya, baiklah"
Selagi menunggu Belinda datang, Devan membelikan ku bubur dan obat-obatan dan beberapa makanan untuknya dan Belinda.
Sungguh beruntung orang yang akan hidup bersama Devan.
Sedangkan di rumahku terjadi kekacauan.
"Kenapa kamarku berantakan?"
"Dan kenapa kopernya tidak ada?"
Suamiku mengetahui bahwa kamarnya berantakan dan beberapa barang ku tidak ada, apalagi aku belum pulang di jam yang sudah malam.
Dia menghubungiku terus menerus tetapi aku mengabaikannya.
Apakah dia masih berlagak layaknya seorang suami yang baik atau karena dia takut sumber dananya pergi.
"Sial, kemana wanita itu pergi"
"Tidak biasanya dia mengabaikan ku seperti ini"
"Dasar jal*ng"
Suamiku sangat cemas hingga menghubungi Belinda sahabatku untuk menanyakan tentang diriku.
Untungnya aku sudah memberitahu Belinda untuk berbohong bahwa aku pergi dinas dan handphone ku rusak sehingga dia percaya.
Ku pikir setelah mendengar kabarku pergi dia merasa kosong tanpaku tetapi justru dia sangat senang dan menghubungi pacarnya untuk menginap dirumahku.
Dia bahkan tidak tahu bahwa kondisi istrinya sedang tidak baik-baik saja karena perbuatannya.
Tetapi yang dia pikiran hanyalah kesenangan semata.
"Sayang, kamu cepat juga ya" ucap suamiku terhadap selingkuhannya itu sambil mengecup keningnya
"Iya kan aku kangen, memangnya kemana istrimu?"
"Katanya dia pergi dinas keluar kota selama seminggu, jadi kita punya kesempatan bersama selama dia pergi" sambil memeluk perempuan itu
"Haha.. baguslah"
Mereka sangat senang dengan merasa bebas tanpa diriku seolah rumahku adalah milik mereka dan melakukan berbagai macam hal di sana bahkan semua sudut rumah itu sudah tersebar aroma perempuan itu.
Mereka sangat bersemangat dan tidak berhenti melakukan kegiatan yang panas seperti pengantin baru yang sedang melewati malam pertamanya.
Perempuan itu bahkan membohongi suaminya dengan dalih lembur padahal dia menghabiskan waktu bersama laki-laki lain yang sudah beristri.
"Kita lakukan sekali lagi ya sayang" ucap suamiku kepada Carla yang terkulai lemas di atas ranjang ku
"Baiklah, tapi setelah ini aku harus pulang karena takut suamiku curiga"
Mereka melanjutkannya dan menyelesaikannya dengan cepat karena sudah terlalu malam.
Aku tidak tahu reaksi suaminya Carla nanti di saat hubungan mereka terekspos apalagi aku sudah memiliki bukti tentang perselingkuhan mereka.
Sudah hampir 1 jam aku menunggu Belinda dan akhirnya dia datang.
"Fiona"
Begitu masuk dia langsung memelukku dengan erat tanpa menanyakan permasalahan ku dan aku terhanyut dalam kesedihan.
Aku menangis sangat kencang tanpa memperdulikan Devan yang sedang bersama kami.
Bahkan dia menatapku dengan tatapan yang sedih meskipun aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangku.
Aku menceritakan semuanya kepada Belinda dan mungkin hal ini juga terdengar oleh Devan.
Raut wajah mereka berubah seketika setelah mendengarkan perkataanku. Mereka seperti memendam kebencian yang amat dalam.
"Sekarang kamu hanya perlu istirahat, nggak usah mikirin orang brengs*k itu" ucap Belinda yang terlihat sangat kesal
"Benar apa kata Belinda, kalau ada yang mengganggu biar saya yang bantu membereskannya"
"Haha baiklah, terimakasih ya"
Aku tersenyum meskipun hatiku masih terasa sakit.
Entah kenapa perasaan ku tidak tenang dan aku mengirimkan bukti perselingkuhan mereka ke Belinda sebagai cadangan jika terjadi hal yang tidak ku inginkan.
Melihat orang yang akan di hadapi ku tidak semudah yang di pikirkan.
Devan akhirnya pulang setelah memastikan diriku tertidur pulas dan Belinda menemaniku tidur di sana karena takut aku membutuhkan sesuatu, melihat kondisiku yang masih lemas.
Kuharap semua ini hanya mimpi hingga saat aku terbangun semua itu ternyata kenyataan yang pahit.
Begitu terbangun badanku menjadi lebih baik berkat Devan dan Belinda yang menjagaku.
Aku bertekad untuk bercerai dari suamiku yang sudah kelewat batas.
"Belinda, tolong temani aku mengurus perceraian"
"Baiklah tapi apa harus sekarang? kondisimu kan.. "
"Lebih cepat lebih baik, aku sudah tidak mau berurusan dengannya lagi"
Untuk apa mempertahankan orang yang tidak bisa menjaga tubuhnya hanya untuk pasangannya dan mengobral cintanya dengan murah.
Aku langsung mempersiapkan segala dokumen yang di butuhkan untuk mengurus perceraian meskipun kondisi ku masih belum stabil.
"Fiona, apa kamu baik-baik saja?"
Aku sedikit terhuyung dan hampir jatuh untungnya Belinda menangkap tubuhku.
"Ah, iya"
"Kita istirahat dulu sebentar ya" ucap Belinda yang mengkhawatirkan kondisi tubuhku
Aku sudah selesai mendaftarkan perceraian ku dan tubuhku tidak bisa berbohong karena luka yang terjadi meskipun mulutku menyangkalnya.
Ini adalah hal yang berat bagi hidupku dan tidak semudah seperti yang ku ucapkan.
Dengannya aku pernah merasakan kebahagiaan meskipun mungkin itu semua hanya kepalsuan tetapi aku pernah mencintainya dan hal itu tidak mudah di lupakan dalam sehari.
"Belinda, maaf ya kamu cuti gara-gara menemani ku kesini"
"Nggak perlu minta maaf lagian kita kan berteman sudah lama, aku nggak mau kamu sendirian di saat seperti sekarang"
"Makasih ya sahabat ku yang paling baik dan cantik"
Aku tersenyum senang dengan kehadiran sahabatku yang selalu ada di saat aku senang maupun sedih.
"Bisa-bisanya masih bercanda"
Setelah ini semuanya baru akan di mulai dan aku harus kuat sebelum bertemu dengan suamiku dan mengatakan semua keputusan ku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Mulya Ningsih
smga Leon berhenti mngganggu
2023-12-03
1
Mulya Ningsih
semangat Fiona
2023-11-29
2