Setelah beberapa hari kondisi tubuh dan mental ku semakin membaik.
Cepat atau lambat pasti suamiku akan mendapatkan surat persidangan perceraian jadi aku memutuskan untuk menemuinya sebelum hal itu terjadi agar dia mau bercerai denganku dengan bukti yang kumiliki.
Kemudian kami pun bertemu di restoran yang sebelumnya kami kunjungi karena memang di sana yang paling cocok untuk membahas hal ini karena ruangannya tertutup dan terjaga privasinya.
Aku datang terlebih dahulu sebelum dirinya dan tak berselang lama dia pun datang.
"Sayang, kenapa tidak pulang juga sampai sekarang dan kenapa juga kita harus bertemu disini?" ucap suamiku dengan ekspresi sedih
"Tidak ada alasan untukku pulang ke rumah itu lagi dan.. silahkan kamu baca ini" sambil mengambil kertas dalam tas
Brak.. menaruh kertas itu di meja
"Apa ini? surat perjanjian perceraian?!"
"Hah? apa maksudnya sayang?" terkejut sambil menatap ke arahku dengan tajam
"Aku mau kita cerai"
"Tunggu, kenapa tiba-tiba seperti ini, bukannya hubungan kita selama ini baik-baik saja, kenapa?" sambil menarik tangan Fiona
"Seharusnya kamu tanyakan sama diri kamu sendiri kenapa? dan lihat saja video ini kalau kamu masih tidak tahu kenapa?" sambil menyerahkan ponselku
Suamiku terkejut melihat dirinya dan selingkuhannya di dalam video tersebut sedang melakukan hubungan yang tidak seharusnya.
"Da.. dari mana kamu dapat video ini?" sambil menghapus videonya
"Percuma saja kamu hapus, aku masih simpan salinannya dan kamu tidak perlu tahu dari mana aku tahu video itu, sudah berapa lama kalian seperti itu? Ah, tidak seperti itu sudah bukan urusanku dan tidak penting juga aku tahu"
"Maafkan aku ya sayang, aku khilaf, tolong beri aku kesempatan" sambil memohon kepadaku
Melihat ekspresi wajahnya yang seakan tidak ingin kehilangan diriku membuatku muak dengan kepalsuan darinya.
Bahkan apapun yang dia tunjukkan kepadaku rasanya semua hanya omong kosong.
"Aku sudah tidak bisa, ini jalan satu-satunya untuk hubungan kita, tenang aku nggak akan meminta harta ku yang sudah kamu pinjam tapi kalau kamu masih mempunyai sedikit hati nurani seharusnya kamu pergi dari rumahku dan anggap saja itu bayaran untuk uang yang ku pinjam padamu meskipun hanya sedikit uang yang kamu keluarkan untuk membantu membeli rumah itu sedangkan hutangmu kepadaku jauh lebih banyak"
"Aku mohon Fiona, aku sayang sama kamu semua ini karena aku di paksa oleh Carla untuk melakukan hubungan yang tidak pantas itu. Tolong beri kesempatan lagi, ya?"
Suamiku terus memohon kepadaku tanpa henti sedangkan aku tidak memperdulikan setiap perkataannya yang isinya hanya kebohongan.
"Sudah, jangan berpura-pura lagi. Tolong tanda tangani saja surat perjanjian itu selama aku masih baik jika tidak mungkin nama baik kalian akan hancur"
"Kamu sungguh kejam Fiona, bagaimana bisa kamu menceraikan suamimu seperti ini. Meskipun aku tidak banyak uang tapi selama ini aku tulus mencintai kamu, hanya karena satu kesalahan kamu melupakan semua kebaikan yang pernah ku lakukan, apa kamu benar pernah mencintai ku?"
"Hah? sudahlah aku capek, tolong tanda tangan sekarang juga"
Meskipun awalnya menolak tapi karena dia tidak ingin mendapatkan masalah jika hubungannya di ketahui banyak orang akhirnya dia mau menandatangani perjanjian itu.
Isi dari perjanjian itu juga tidak ada yang memberatkan. Aku hanya meminta kedepannya untuk tidak mengganggu kehidupan ku.
"Baiklah, semoga berbahagia dengan kehidupan barumu bersama Clara" sambil melangkah pergi dari sana
Aku sepintas melihat ekspresi nya yang menangis dengan mengepalkan tangannya seolah sudah sangat ingin memukulku karena merasa sangat kesal dan tidak berdaya.
Tetapi hal itu sudah bukan urusanku, aku menghadapinya seolah aku biasa saja tetapi setelah keluar dari restoran itu dan masuk ke mobilku di sana air mata ku tumpah.
"Hiks.. hiks"
Aku tidak pernah menyangka akan berpisah dengannya lelaki yang selalu menyayangiku bahkan dia yang selalu ada di sisiku.
Tetapi kenapa orang seperti itu justru bermain di belakang ku seolah bukan dirinya yang selalu bersamaku.
Aku langsung kembali ke hotel tempatku menginap dan aku berencana menjual rumahku setelah suamiku pergi dari sana.
Aku memberikannya waktu sebulan untuk pergi dari sana. Meskipun aku merasa iba karena keadaan ekonominya tetapi aku sudah terlalu banyak membantunya bahkan terakhir kali dia meminjam uang kepadaku dalam jumlah yang sangat banyak.
"Hah? berapa lama lagi masalah ini cepat selesai? "
"Kurasa dia nggak mungkin akan diam saja" sambil melihat surat perjanjian yang sudah di sepakati
Keesokan harinya aku berangkat kerja seperti biasanya.
Aku menunggu proses perceraian selesai dengan menjalani hariku seperti biasa.
Karena tidak ingin membuat orangtuaku khawatir sampai sekarang aku belum menemui dan memberi tahu mereka soal perceraian ku.
Sedangkan sabahat ku selalu menghiburku dengan berbagai hal, kami juga sering bertemu jika tidak dalam kondisi yang sibuk.
Setelah beberapa waktu dan proses perceraian ku selesai akhirnya aku langsung mengambil akta cerai dan meminta Devan untuk menggantikan ku jika ada hal yang penting sementara aku tidak di kantor.
Semuanya berjalan sangat lancar tanpa perlawanan dari pihak suamiku karena sebelumnya dia sudah menandatangani kesepakatan yang ku buat.
"Akhirnya, aku sudah resmi bercerai dengan Stefan" sambil melihat akta cerai ku
Setidaknya sekarang aku sudah tenang karena permasalahan perceraian ku sudah selesai.
Aku berniat langsung kembali ke kantor.
Saat itu aku berada di persimpangan jalan tetapi saat aku melihat spion mobilku sepertinya ada mobil berwarna hitam yang selalu mengikuti ku.
"Apa-apaan? siapa mereka?" sambil menghindari mereka
Dari yang awalnya hanya 1 mobil sekarang menjadi 2 mobil yang mengikuti ku dan mereka mengapit mobilku yang berada di tengah-tengah mereka.
Mereka sengaja menabrakkan mobilku dengan mobil mereka hingga aku hilang kendali dan di depan ku ada mobil yang melaju kencang.
Aku membanting stir ke kanan dan terjadilah kecelakaan beruntun.
Aku terhimpit mobilku yang terbalik dan sebelum kesadaranku hilang aku melihat Carla dan Stefan berada di salah satu mobil yang mengikuti ku dan tertawa melihat kondisi ku tak berdaya.
"Mereka benar-benar jahat"
Itulah kata-kata terakhir yang ku ucapkan sebelum aku kehilangan kesadaran.
Mereka sudah sangat di luar batas kemanusiaan tidak hanya bermain gila tetapi mereka juga berniat membunuhku dengan kejam.
Padahal aku membiarkan mereka hidup bebas tanpa mendapatkan sanksi sosial atas perbuatan mereka dengan bukti yang kumiliki.
Apa mungkin mereka sengaja membunuhku untuk menghilangkan saksi hidup sehingga mereka bisa terus bersenang-senang tanpa ada yang mengetahuinya.
Aku sudah tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku.
Apa aku masih hidup ataukah aku sudah mati?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments