3. Jantung Berdebar

...----------------...

Menghembus nafas Vella membuka masker dengan pelan hingga memperlihatkan jerawat yang cukup banyak.

Satu menit, 10 detik, tak ada jawaban.

Vella memberanikan menatap Jela. Tapi yang ia lihat hanyalah tatapan datar. Menduga pasti ia akan dipecat karena wajahnya tapi tiba saja Jela malah terkekeh membuat Vella menatap bingung

"Ambil seragam mu di laci, bekerjalah semaksimal mungkin." Menepuk punggungnya sambil terkekeh.

Terbengong sesaat. Seorang wanita menepuk pundak lumayan keras tapi mampu membuat Vella meringis.

"Hai, kamu anak baru yah?" tanya wanita berpakaian seragam biru tengah memegang gagang pel sambil tersenyum padanya.

Vella mengangguk kikuk. "Iya."

"Wah jika kamu anak baru, kenalin nama aku Tania. Salam kenal yah." Senyum ramahnya menjulurkan tangan ke arah Vela.

Vela menerima uluran tangan Tania. "Salam kenal. "

"Baiklah sekarang ayo aku bantuin cari seragam kamu," ajak Tania menarik tangan Vella.

Vella hanya pasrah jika ditarik. Sampainya di tempat ruang ganti Tania memperlihatkan seragam berwarna biru yang akan Vella kenakan.

Sekian lama Vella memakai seragam biru dengan rambut yang ia kuncir kuda tak lupa Vella memakai masker hitam menutupi wajah buruknya.

"Ok kau terlihat bagus, baiklah sekarang ayo kita berkerja." Tarik kembali Tania menarik tangan Vella.

"Aku akan kerja dulu kamu bersihin toilet wanita aku akan membersihkan toilet pria, kamu mengerti?" Vela menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti.

Tania lantas pergi meninggalkan Vela sendirian. Vella menatap punggung Tania yang perlahan menghilang ia menatap toilet wanita yang harus ia bersihkan.

Terdapat gagang sapu dan juga pel berada di kedua tangannya. Vella lantas menarik nafas sebelum berkerja.

Vella menyapu semua yang sekiranya harus dibersihkan, setelah dirasa lumayan bersih Vella mengepel lantai yang telah ia sapu.

3 jam telah berlangsung, Vella menatap lega toilet yang telah bersih, merasa bangga pada diri sendiri karena di apartemennya saja ia tak perna membersihkan karena ia cukup malas untuk membersihkan itu semua bisa dibilang Vella bukanlah wanita pembersih tapi saat di sini pekerjaan yang sudah lama ia tak lakukan ia kerjakan di tempatnya berkerja.

Keringat turun hingga pelipis Vella, wajah yang penuh akan keringat membuat Vella mencuci mukanya.

Pekerjaan telah selesai Vella lakukan. Vella melirik jam menunjukan pukul 2 malam, artinya ia bisa pulang sekarang juga.

Vella menaruh kembali gagang sapu dan pel pada tempat, Vella segerah mengambil tas yang berada di loker tapi yang Vella lihat Tania tengah duluan mengambil tasnya.

"Loh kita ketemu lagi, sudah selesai pekerjaanmu Vella," ucapnya dengan ramah.

Vella menganggukkan kepala merespon ucapan Tania.

"Baiklah jika sudah selesai kamu mau aku antar?" tanya Tania.

Vella menggelengkan kepala. "Tidak usah Tan, makasih. Aku bisa sendiri," tolak halus."Beneran?" tanya Tania khawatir.

"Iya kamu gak usah khawatir aku bisa jaga diri." Senyum Vella.

"Yasudah kalau gitu terserah kamu saja." Vella menganggukkan kepalanya.

"Kamu kalau ada yang terjadi sama kamu, kamu langsung telfon aku yah, aku usahain bantu kamu." Tania menggenggam tangan Vella.

Vella kembali menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, aku pamit pergi dulu. Kamu yang hati-hati," pamit Tania sebelum pergi. Vella hanya tersenyum sebagai respon.

Dirasa Tania telah pergi, Vella mengambil tasnya menganti seragam biru dengan baju yang tadi ia kenakan.

Vella lantas pergi meninggalkan club malam dari arah pintu belakang.

Sampainya ia di apartemen miliknya, Vella membuka pintu dan tertampil barang yang berserakan di penjuru ruangan.

Vella memijit pelipis lelah. Tak ada waktu untuk membersihkan ruangan, Vella tanpa basa basi membaringkan tubuh menunggu esok tiba.Hari keenam Vella berkerja menjadi OG di club malam. Tak ada spesial sama sekali.

Harinya hanya membersihkan toilet wanita di satu tempat. Harapan yang ingin memiliki kekasih tampan dan menerima dirinya apa adanya hanyalah sebuah impian, nyatanya pria yang berada di sini hanya memandang fisik dan memperlakukan wanita sebagai mainan saja.

Vella yang telah menyelesaikan pekerjaannya lantas melangkah menganti seragam.

Tapi baru saja ia melangkah seorang wanita memberhentikan langka Vella.

"Vella," panggil Mrs. Jela memakai pakaian cukup formal dengan dress merah yang dikenakan.

Vela mengernyit heran, tak biasanya Mrs. Jela memakai dress yang menutupi baju dan punggung.

"Iya Mrs, ada yang bisa saya bantu?" tanya Vella sopan.

"Tidak usah, hari ini saya akan bertemu tamu penting kamu jangan pulang dulu kamu bersihkan toilet pria terlebih dahulu."

Vella menarik alisnya bingung. "Tapi Mrs, bukannya saya hanya membersihkan toilet wanita saja Mrs sedangkan toilet pria di bersihkan Tania."

"Tania hari ini tidak masuk, kamu yang akan gantikan tugas Tania. Kamu tidak perlu khawatir gaji kamu akan saya tambah," balas Jela.

"Maaf saya Mrs, kenapa Tania tidak masuk?" Heran Vella.

"Saya juga tidak tahu, katanya ada urusan penting yang mau Tania selesaikan. Yaudah saya pergi dulu sebentar lagi tamu akan datang, cepat lakukan tugasmu," perintah Jela lantas pergi.

Vella mendengus capek, hari ini hari terlelah bagi Vella. la terpaksa harus berkerja extra entah sampai kapan pekerjaannya akan selesai.

Menarik nafas sebelum melakukan pekerjaan. Vella memasuki toilet pria, seketika ia berdecak kagum menatap luas toilet pria dan jangan lupa aroma wangi yang menyebar di seluruh ruangan.

Tak perna Vella bayangkan luas toilet pria yang kira cukup untuk menampung ruang tamu, kamar tidur.

Beberapa menit Vella terbengong seketika tersentak kaget karena seseorang menabrak dirinya membuat Vella terjatuh dan secara reflek memaki pria yang menabrak dirinya tanpa melihat wajah pria itu.

Tak ada suara kata maaf ataupun lain. Vella menarik alis heran, ia mendongak. Mata melebar, mulut melongo yang untung Vella memakai masker, dihadapannya terdapat pria sangat tampan dan imut memakai setelan hitam tengah memandang datar Vella.

Tanpa sepatah kata pria itu melewati Vella, membiarkan Vella dalam keadaan terduduk di lantai.

"Pria idaman." Monolog Vella tak sadar jika pria yang ia lihat telah pergi. Tapi entah kenapa saat Vella menatap pria itu jantungnya terasa berdebar seakan telah menemukan jodoh.

Beberapa menit Vella tersadar dari lamunannya saat ia lihat hanya ada dirinya saja di sini. Menghela nafas kecewa.

"Siapa pria tampan itu? Perasaan selama berkerja di sini aku tak perna melihat pria itu sama sekali. Ah aku tak peduli yang terpenting aku menyukainya dan akan mengejarnya." Pancar Vella dengan semangat.

Vella dengan semangat membersihkan toilet dan akan mencari tahu tentang pria yang baru saja ia temui kepada Mrs. Jela.

Hingga tak butuh lama Vella menyelesaikan tugasnya lantas melirik jam menunjukan pukul 3 malam, tak peduli akan jam. Vella mencari Mrs. Jela.

Dilihatnya Mrs. Jela berjalan keluar dengan sekelompok pria memakai setelan hitam. Sekilas Vella melihat pria tampan berwajah datar hanya diam tak merespon perkataan Jela tapi wajahnya yang datar membuat tampak mempesona.

Tak sadar Vella mengikuti langkah sekumpulan pria demi menatap pria datar itu, senyum terbit di balik masker Vella tapi seketika senyumnya tergantikan dengan raut kecewa saat pria itu memasuki mobil dengan seorang wanita.

Mrs. Jela berbalik terkejut melihat Vella dengan raut sedih berada di depannya.

"Vella kenapa kamu di sini?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!