...----------------...
Seorang wanita menghembuskan nafas lelah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajah kusam penuh jerawat, muka berminyak, membuat wanita itu lelah menghadapi nasib.
Berbagai skincare telah ia gunakan sayangnya tak ada satupun yang cocok dengan wajahnya. Sekali lagi ia menghembuskan nafas lelah.
Keadaan apartemen sederhana miliknya sungguh berantakan karena tak pernah ia bersihkan selama 1 bulan penuh ia hanya berusaha merawat diri dan menutup diri sebisa mungkin dari dunia kejam.
Dunia begitu kejam baginya, di mana hanya wanita cantik yang akan disanjung dan dipuji, sedangkan wanita dekil, jelek sepertinya akan dihina dan dimaki atau lebih parah akan dikucilkan.
Dia adalah Anavella Deolinda wanita yang hidup sebatang kara berusia 28 tahun. Wanita yang bermimpi setiap ia membaca novel memiliki kekasih tampan, imut yang menerima keadaan apa adanya tak memandang fisik ataupun lain.
Vella tertawa miris menatap nasib tidak seperti artis yang berada di dalam tv. Seorang artis yang terkenal cantik dan kaya, hidup bergelimang harta dengan fans yang mencintainya, rela melakukan apapun demi dirinya. Banyak para pria siap berbaris demi ditunjuk olehnya, hidup bahagia tanpa beban.
Sedangkan Vella? Hanya wanita dekil sebatang kara, sejak kecil Vella dibuang oleh keluarga yang tak menganggapnya ada, karena Vella hanyalah anak haram yang lahir karena kesalahan. Tapi entah kenapa takdir seakan mengejeknya. Wajah yang buruk rupa bahkan saat Vella keluar dari apartemen seorang pria menatap wajahnya dengan jijik dan penuh cemoohan. Ingin sekali Vella membalas perbuatan mereka tapi apa boleh buat Vella sama sekali tak berdaya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Raut sedih Vella menjambak rambut kuat, lalu tanpa diduga Vella menghempaskan skincare berbagai merek hingga terjatuh ke lantai.
Penghinaan, cibiran, tatapan jijik, tatapan remeh, membuat Vella depresi, apalagi saat Vella kecil, ia adalah anak haram dari keluarga yang membuangnya hanya demi keegoisan mereka. Hingga membuatnya menjadi orang tertutup tak berani melangkah keluar selangkah pun dari apartemen.
Vella dibuang sejak kecil oleh keluarganya tapi keluarganya tetap memberikan tempat tinggal dan juga uang tiap bulan.
Tapi semenjak beranjak 15 tahun masa SMP, keluarganya tak lagi memberikan uang. Beruntung Vella selalu menghemat uang dan menjadi penulis novel demi melangsungkan hidup hingga umurnya 28 tahun.
Menetralkan nafas, Vella mengecek rekening yang ia miliki hanya cukup untuk makan sebulan, tapi tidak cukup untuk membayar apartemennya.
Terpaksa Vella harus berkerja di luar demi kebutuhan hidup. Vella mencari pekerjaan di internet yang kebetulan banyak yang membuka lowongan.
Vella lantas mengirim surat lamaran kerja ke 10 lowongan tapi baru saja 10 menit ia mengirim surat lamaran suara notifikasi pemberitahuan pesan dari 10 lowongan membuatnya langsung bersemangat.
Tapi saat Vella mengecek surat lamaran yang pertama, ia tak diterima karena alasan tidak cantik.
Surat lamaran kedua alasan yang sama begitupun sampai surat kesembilan alasan sama seperti sebelumnya.
Vella mengusap wajah lelah, hembusan nafas pasrah jika ia tak diterima ke surat ke terakhir maka Vella sudah pasrah akan takdir.
Vella mengklik pesan kesepuluh tertampil tanda bulat yang terus memutar. Tak sadar ia menarik nafas saat pesan mulai terbuka.
Seketika tatapan bahagia Vella layangkan saat menatap pesan kesepuluh. Menutup mulut tak percaya, Vella lantas bersorak bahagia.
"Aku diterima, apa! Aku diterima. Wahh..." Bersorak bahagia sampai meloncat- loncat di atas ranjang.
"Wah aku sungguh tak percaya jika aku diterima. Tak apalah jika aku diterima hanya disebuah club malam menjadi OG. Aku tak masalah yang terpenting cukup untuk mengisi perut dan membayar apartemen milikku apalagi gaji yang diperoleh setiap bulan mencapai 6 juta." Bahagia Vella tersenyum bahagia tapi beberapa menit kemudian senyum itu menghilang tergantikan dengan kesedihan.
"Tapi bagaimana jika aku berkerja mereka akan menghina dan mencibirku karena wajahku yang burik." Khawatir Vella pusing memikirkannya.
"Tapi bagaimana lagi mau ataupun tidak aku harus berkerja dan memperoleh uang siapa tahu dengan aku berkerja di sana ada salah satu pria yang mencintaiku, menerimaku apa adanya."
"Baiklah Vella kamu harus semangat, merek menganggap mu ada ataupun tidak kamu harus semangat menjalani hidup." Dengan tatapan membara Vella menyemangati dirinya sendiri.
Di malam hari, Vella memakai masker hitam berserta topi hitam dengan pakaian yang dikenakannya berwarna putih dan terakhir celana jeans panjang. Menatap bingung sebuah club malam dihadapannya berulang kali ia menatap ponselnya memastikan bahwa alamat yang tercantum benar adanya.
Dilihatnya terdapat banyaknya mobil mewah yang terparkir di depan club.
Seorang wanita ataupun gadis cantik memakai gaun kekurangan bahan demi memperlihatkan bahu ataupun lainnya yang mereka sukai, Vella menatap mereka menyerahkan kartu berwarna hitam yang Vella duga sebagai kartu masuk club kepada dua orang pria bertubuh kekar sebagai penjaga pintu.
Vella meneguk saliva memberanikan melangkah menuju dua pria bertubuh kekar. Ketika Vella melangkah menuju pintu seorang pria bertubuh kekar dengan kumis hitam menghadang Vella.
"Maaf Nona serahkan dulu kartu masuknya."
Keringat turun ke pelipis, tangan bergetar kuat menahan kegugupan. "Maafkan saya Paman saya tidak punya kartu yang Paman maksud."
"Jika begitu anda tidak boleh masuk Nona."
Vella membelalak mata mendengar perkataan pria berkumis.
"Tapi Paman saya disuruh kesini untuk berkerja. Ini buktinya Paman." Vella menunjukan pesan lamaran diterima kepada pria berkumis.
"Saya masih tidak percaya Nona, bisa saja anda memalsukan surat itu, jadi sebaiknya anda pergi dari sini sebelum saya menyeret anda Nona."
Vella menatap tak percaya padahal surat yang dilihatnya pada pria berkumis benar asli tak ia ubah sekalipun. "Tapi Paman, saya benar melamar berkerja di sini Paman. Gini saja jika Paman tak percaya dengan saya, Paman bisa bertanya langsung dengan Manajer anda."
Paman berkumis itu lantas mengiyakan perkataan Vella, lantas pergi Manajernya.
Tak lama kemudian seorang wanita berpakaian kurang bahan melangkah mendekati Vella.
"Ada apa ini?" tanya wanita itu bingung.
"Maaf menganggu Mrs. Jela, kata Nona ini anda memperkerjakan dia. Jadi saya memastikan kebenarannya," jawab Paman berkumis.
Mendengar perkataan pria berkumis Jela menatap Vella dari bawah ke atas membuat Vella risih dibuatnya.
"Kamu melamar berkerja menjadi apa?" tanya Jela.
Vella tersenyum ramah. "Saya melamar menjadi OG Mrs."
"Oh OG baiklah. Nama kamu siapa?"
"Saya Anavella Deolinda Mrs." Masih dengan senyum ramah yang ditujukan Vella kepada Jela.
Jela menatap datar." Baiklah ikutilah saya sekarang." Jela lantas pergi meninggalkan Vella.
Vela mengangguk sopan mengikutinya Jela dari arah belakang.Dilihatnya Vella menatap tempat yang dituju Jela, tempat belakang club.
"Kamu di tempat di sini, tapi ingat kamu jangan macam-macam di sini. Kerja yang benar."
"Baik Mrs. Jela." Angguk Vella sopan masih mempertahankan senyum ramah di dalam masker membuat matanya menjadi sipit.
"Bagus, oh iya saya mau tahu wajahmu agar saya bisa memastikan kamu bukan orang berbahaya ."
Seketika Vella pucat mendengar permintaan Mrs Jela. "Tapi Mrs. Apa tidak usah saja Mrs, saya takut anda akan membenci saya."
Jela mengernyit heran. "Kenapa saya harus membenci kamu? Kamu melakukan kesalahan apa hingga membuat saya membenci kamu."
"Bukan begitu saya takut jika anda menatap wajah saya anda akan membenci saya." Tunduk Vella.
Jela menatap datar. "Cepatlah buka maskermu atau saya akan memecatmu hari ini juga."
Vella membelalak mata kaget dengan perkataan Jela. "Baiklah Mrs." Dari pada dirinya harus dipecat terpaksa ia menampakan wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
LDKS OSIS, PK Raden Affan
OG Atau OB?
2024-09-18
1