...----------------...
Mrs. Jela menatap Vella menampakan raut sedih. la mendekati Vella, menepuk pundak, seketika Vella tersentak kaget.
"Ada apa denganmu?" tanya Mrs. Jela.
Vella menggelengkan kepala tanda ia baik-baik saja.
"Mrs. Jela, boleh saya bertanya?" Tatap harap Vella menatap Mrs. Jela.
Mrs. Jela menarik alisnya. "Iya boleh. Tanya apa?"
Vella bergerak gelisah, takut jika ia bertanya tentang tamu spesial kepada Mrs. Jela, ia akan dipecat.
Mrs. Jela yang menyadari perubahan sikap Vella kepadanya lantas menenangkannya.
"Tenang saja aku tak akan memecat mu tanpa alasan."
Vella menghembuskan nafas lega mendengar perkataan Mrs. Jela.
"Em... Begini Mrs, saya penasaran siapa tamu pria yang Mrs temui itu dan juga wanita yang bersama dengan pria wajah datar itu apa kekasihnya?"
"Apa kamu suka sama Tuan Marves?" Tatap Mrs. Jela menyelidik.
"Apa Mrs? Tuan Marves." Ulang Vella.
"Iya dia adalah Marves Xander Arsenik, pria muda yang memiliki saham terbanyak dan perusahaan terbesar nomor 1 di dunia. Sekarang jawab pertanyaanku, apa kamu suka dengan Tuan Marves?"
Vella menggaruk kepala salah tingkah.
"Em... Bukan begitu Mrs."
"Gini saja, kalau kamu memang suka sama Tuan Marves, jangan harap lebih. Bukannya aku melarang mu untuk menyukai pria itu, tetapi Tuan Marves terkenal dengan pria anti wanita, karena setiap ia menyentuh ataupun bersentuhan sedikitpun dengan wanita, maka jangan harap kau akan melihat matahari terbit," ungkap Mrs. Jela.
"Tapi Mrs, jika memang Tuan Marves sangat anti dengan wanita, lalu kenapa saya melihat Tuan Marves bersama wanita lain?" timpal Vella.
"Kalau itu saya juga tidak tahu. Yang saya tahu Selena adalah wanita yang selalu menemani Tuan Marves dan tidak memiliki hubungan apapun. Tapi banyak yang menduga Tuan Marves dan Selena adalah sepasang kekasih. Aku tak tahu kebenarannya yang aku sarankan kamu pikirkan ulang terlebih dahulu sebelum kamu berakhir mengenaskan," saran Mrs. Jela meninggalkan Vella terdiam memikirkan perkataan Mrs. Jela.
"Apa aku harus menyerah?" kelakar Vela. "Tapi jika aku menyerah sebelum berjuang maka hidupku akan seperti ini saja."
Baiklah dirinya tak peduli, jika memang Marves anti wanita maka Vella adalah wanita pertama yang akan mengejarnya secara terang-terangan dan akan mengatakan cinta dihadapannya, tak peduli jika Vella berakhir mengenaskan.
Tekad bulat Vella. Mata yang memancarkan api semangat seakan tak gentar dengan apapun.
...****************...
Hari ke-7 Vela berkerja menjadi OG di club. Berbeda dengan hari lain, hari ini Vella tampak bahagia karena Mrs. Jela dengan baik hati memberitahunya bahwa pria yang disukainya akan datang kemari, tidak itu saja Mrs. Jela memberi kesempatan padanya untuk melayani Marves agar Vella dengan leluasa menatap Marves secara diam-diam membuat Vella teramat senang.
"Vella," panggil Mrs. Jela.
"Iya Mrs," jawab Vella tengah membersihkan toilet.
"Tinggalkan pekerjaanmu cepat layani Tuan Marves, jangan kamu lewatkan kesempatan ini karena saya telah berusaha membantumu, resiko kamu yang tanggung," peringat Mrs. Jela.
"Terimakasih Mrs atas bantuannya." Senyum sopan Vella menatap Mrs. Jela yang menganggukkan kepala lantas pergi. Vella mengikuti langkah Mrs dari arah belakang, sampai tibanya ia disebuah pintu coklat.
Mrs. Jela menjulurkan tangannya bermaksud membuka pintu, tapi seketika terhenti saat ia menyadari sesuatu.
Vella mengernyit heran. "Ada apa Mrs?"
"Saya lupa, kamu cepat ganti baju. Saya tidak mau hanya karena seragam OG yang dipakai olehmu, Tuan Marves akan merasa terhina karena aku telah memberi tugas pada OG untuk melayaninya," perintah Mrs. Jela.
"Tapi bukannya saya hanya memberikan mereka minuman lalu saya langsung pergi Mrs." Heran Vella.
"Tak usah banyak bicara cepat ganti bajumu, tidak usah terlalu mencolok saat memakai baju, saya ada tiga dress di ruang ganti. Ingat jangan terlalu mencolok, mengerti?"
"Em... Iya Mrs," sahut Vella pergi ke ruang ganti.
Di ruang ganti terdapat tiga dress putih, biru dan merah. Dress putih tertutup, dress biru menampilkan bahu sedangkan dress merah menampilkan bahu dan punggung belakang.Pilihan Vella terjatuh pada dress putih, ia memakai tanpa basa basi.
Setelah dirasa telah selesai ia lantas menuju ruang VIP yang hanya dikhususkan bagi pelanggan spesial yang berada di sana.
Di depan pintu, Mrs. Jela terlihat berjalan ke sana kemari.
"Mrs," panggil Vella.
Mrs. Jela menatap dari bawah ke atas hingga tak lama kemudian ia menepuk dahinya. Vella menarik alis bingung.
"Sudah saya bilang jangan terlalu mencolok!" seru Mrs. Jela dengan muka kesal.
Vela menggaruk kepala bingung. "Bukannya ini tak terlalu mencolok Mrs, ini sangat tertutup."
"Bukan begitu dress yang kau pakai berwarna putih. Ah sudahlah, ini sudah terlambat lebih baik kau cepat masuk dan beri mereka minuman." Kesal Mrs. Jela memijit pelipis pusing.
Vella merasa tak enak, tapi apa boleh buat hanya dress ini yang tertutup, tidak ada yang lain.
Vella memasuki ruangan dan ia melihat sekumpulan pria tengah memainkan kartu, sedangkan lainnya tengah asik berjoget ria ditemani wanita cantik diantara wanita hanya dirinya yaang wanita cantik, diantara wanita hanya dirinya yang memakai masker.
Memandang jeli sekitar dan ketemu, Vella menemukan Marves tengah duduk di bar sendirian.
Vella lantas menghampiri pria itu menundukkan kepala.
"Maaf Tuan saya terlambat."
"Cepat beri aku minuman." Respon dingin Marves tanpa melihat wanita di depannya.
"Baik Tuan," jawab Vella berusaha terlihat biasa padahal dalam hati ia menjerit bahagia karena bisa mengobrol dengan pria disukainya.
Vella mengambil minuman dan menuangkannya ke dalam gelas.
Sesaat Vella terhenti melihat tangan kekar prianya.
"Cepat." Suara dingin membuat Vella tersentak dengan segerah ia menuangkan minuman pada gelas Marves.
Marves meminumnya hingga tak sadar seorang wanita tengah menatap dirinya dengan pandangan berbinar.
"Em Tuan, saya ada yang mau dibicarakan." Gugup Vella mengumpulkan keberanian mengatakan cintanya pada Marves.
Tak ada respon apapun. Vella melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya... Saya mencintai Tuan Marves sejak pertemuan pertama Tuan dengan saya." Gugup Vella, keringat deras mengalir di pelipis Vella hingga membasahi wajahnya. Takut akan ditolak.
"Hei pelayan!" teriak Selena membuat tempat yang dipenuhi musik seketika terhenti karena suara Selena.
Selena menatap Vella menusuk. "Sejak tadi kamu menatap Marves, dan dengan kurang ajarnya kau mengatakan cinta di depannya, apa aku tak salah lihat, sudahlah kau hanya seorang pelayan rendahan, tugasmu hanya memberi minuman, tak usah kau menatap Marves ataupun mengatakan kata cinta yang membuatku jijik mendengarnya, apa kau tak tahu sejak kau datang kesini aku sudah menduga pasti kau ada niat terselubung. Dasar pelayan rendahan."
Vella mengepal tangan menahan emosi mata memerah menahan amarah.
"Maaf Nona, sejak tadi saya tidak melakukan kesalahan apapun, saya hanya mengatakan rasa yang ada di hati saya, itu saja tidak ada niat terselubung sama sekali, kenapa Nona menuduh saya tanpa bukti. Soal saya menatap Tuan Marves memang benar adanya, karena semua orang pasti memiliki mata untuk melihat, jadi semua orang berhak menatap siapa saja." Senyum ramah Vella berusaha mengontrol emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments