Setelah dari kamar rawat inap Aurora kini Dokter Arzan berada di ruangannya memikirkan metode pengobatan yang tepat untuk pasiennya kali ini meskipun sudah banyak pasien yang dia tangani namun kondisi ya berbeda-beda jadi dia harus bisa memilih dengan tepat.
"aku harus memikirkan cara agar dia bisa bicara dengan ku meskipun hanya beberapa kata saja, apalagi dia keponakan Tante Ivy aku harus bisa membantunya" Dokter Arzan melihat data tentang Aurora.
Ketika dia sedang serius masuklah rekannya dengan membawakan segelas kopi hangat untuk Dokter Arzan yang terlihat sedang fokus sekaligus ada yang ingin dia bicarakan.
"Zan, sepertinya serius sekali lagi ada pasien tambahan ya gue bawa kopi buat Lo" Dokter Ivan menaruh kopi di meja.
"iya Van, kali ini dia ponakannya kenalan orang tua gue jadi gue harus bener-bener intens tidak seperti biasanya" jawab Dokter Arzan menerima kopinya.
"oh gitu, memangnya ada apa dengan dia sampai bisa depresi seperti itu dan apakah dia masih muda" tanya Dokter Ivan penasaran.
"dia masih remaja jadi masih sangat labil dan ada masalah dengan keluarganya jadi dia depresi sampai mau bunuh diri" jawab Dokter Arzan lalu meminum kopinya.
"kasian juga dia ya, btw semangat Lo kan udah biasa masalah beginian Zan hahahaha" ledek Dokter Ivan.
"dasar Lo ya, ngeledekin gue terus tapi emang bener sih hahahaha" Dokter Arzan malah ikut tertawa.
"udah-udah, gue mau ketemu sama pasien gue dulu mau ngecek kondisi nya dan Lo sana kerjakan tugas Lo" ucap Dokter Arzan lalu berdiri.
"oke siap pak direktur" Dokter Ivan menggoda Dokter Arzan lalu setelahnya dia pergi.
"dasar teman nggak ada akhlak" Dokter Arzan hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan sahabatnya itu kemudian dia segera melihat kondisi pasiennya.
...****************...
Tak terasa sudah sore dan kini Andreas juga sudah datang menemani adiknya yang sudah di temani oleh Tantenya ya meskipun sekarang Aurora masih tertidur pulas akibat efek dari obat penenang.
"Tan apa memang kondisinya separah itu ya, sungguh malang sekali adikku ini kenapa dia jadi seperti ini Tan" sedih Andreas.
"kita harus bisa sabar aja sekarang Tante sudah meminta bantuan dari teman Tante kamu sabar aja ya" hibur Tante Ivy.
Ketika Aurora sudah hampir bangun tiba-tiba saja kedua orangtuanya datang karena tau dari bibi jika Aurora di tawar di rumah sakit sungguh sangat pilu sekali sebenarnya hati mereka.
"untuk apa kalian datang sebaiknya kalian pergi sekarang" sinis Tante Ivy.
"kak aku hanya ingin melihat anakku saja apa dia tidak apa-apa" jawab Sania ibu dari Aurora.
"aku tidak ingin bertemu dengan kalian lagi aku benci dengan kalian!" bentak Aurora yang baru saja bangun mengejutkan semuanya.
"nak mama hanya ingin melihat mu tadi mama dan papa ke rumah lalu bibi bilang kalau kamu masuk RS jadi kita kesini" jawab Sania.
"mama ingin bertanya dengan mu mau ikut dengan mama atau papa, tapi sebaiknya kamu ikut mama saja ya" lanjut Sania.
"tidak kamu ikut papa aja ya papa akan bersikap lebih baik dengan kamu sekarang" bujuk Dimas ayahnya.
"aku tidak mau ikut kalian sudah pergi sana!, aku tidak mau bertemu dengan kalian lagi aku benci dengan kalian!" bentak Aurora.
"sayang jangan bicara seperti itu mama sangat sayang dengan kamu nak jadi ikut mama saja ya" bujuk Sania.
"nak papa akan lebih memperhatikan kamu lagi sekarang tidak seperti dulu lagi", bujuk Dimas.
"aku tidak mau!, aku sangat benci dengan kalian sudah sana keluar!" bentak Aurora.
"sayang jangan seperti ini nak, mama sangat sayang padamu kali ini mama akan lebih ada waktu untuk kamu lagi ya mama janji dengan kamu" rayu Sania.
"mama akan menuruti semua keinginan kamu nak jadi kamu ikut dengan mama saja ya mama sangat sayang padamu" lanjut Sania.
"kalian berdua pembohong!, aku tidak percaya dengan ucapan palsu kalian sudah sana pergi!" teriak Aurora sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba nyeri.
"sayang kenapa kepala mu apa terasa sakit, apa yang terjadi dengan mu nak" Sania ingin mendekati Aurora tapi Aurora malah melempar ibunya dengan bantal.
"tidak usah mendekat!, kalian pergi sekarang aku benci dengan kalian berdua!" teriak Aurora lantang.
"tapi nak mama tidak mau pergi jikalau kondisi kamu seperti ini" risau Sania.
"aku bilang pergi ya pergi!" teriak Aurora melemparkan semua barang-barang yang ada di sampingnya.
Kebetulan Dokter Arzan datang berkunjung apalagi mendengar suara teriakan Aurora dengan segera dia masuk ke dalam untuk melihat apa yang terjadi.
"ada apa ini kenapa Aurora sampai berteriak dengan keras" tanya Dokter Arzan.
"Zan tolong kamu minta kedua orang tua Aurora untuk pergi" pinta Tante Ivy.
*ah rupanya mereka berdua orang tuanya*batinnya.
"maaf pak Bu tapi kalian harus keluar demi ketenangan pasien, nanti jika kondisi nya sudah baik kalian bisa datang kembali" jelas Dokter Arzan.
"Dok tapi saya ibunya jadi saya harus menemaninya apalagi dia sakit seperti ini" Sania kekeh tidak mau pergi.
"aku bilang pergi ya pergi!, aku tidak butuh kalian!" teriak Aurora sambil memegang kepalanya yang semakin sakit.
"tapi nak" sanggah Sania.
"pergi sekarang!" teriak Aurora masih memegang kepalanya.
"maaf Bu tapi ini demi kesembuhan pasien harap kalian pergi dulu, apa kalian mau anak kalian semakin sakit dan tidak sembuh-sembuh. tolonglah jangan terlalu memaksakan berikanlah dia waktu" Dokter Arzan mengusir kedua orang tua Aurora dengan ucapan yang halus.
"baiklah kami pergi" dengan langkah sangat berat mereka harus pergi meninggalkan putri mereka.
Melihat Aurora yang memegang kepalanya Dokter Arzan segera mendekati Aurora dan menyuntikan obat untuk meredakan sakit di kepala Aurora kemudian dia memeluk tubuh Aurora sembari mengusap punggungnya.
"tenanglah mereka sudah pergi, aku tau apa yang kamu rasakan mungkin nanti kamu mau bercerita kepadaku gadis kecil" Dokter Arzan berbisik di telinga Aurora.
Entah kenapa rasanya Aurora bisa sangat tenang berada di pelukan Dokter Arzan meskipun tadi dia sempat memberikan penolakan tapi lama-lama dia merasakan ketenangan.
Tak lama setelah Aurora tertidur lagi karena efek obat lagi mungkin saat ini hanya itu yang bisa dilakukan Dokter Arzan tapi dengan perlahan-lahan dia akan mencoba mendekati Aurora.
"dia sudah tidur, maaf Tan untuk saat ini hanya ini yang bisa aku lakukan nanti aku akan cari cara dekat dengannya" Dokter Arzan membenarkan posisi tubuh Aurora.
"tidak apa Zan, Tante percaya dengan kamu tapi sampai kapan dia tertidur" Tante Ivy berusaha untuk tegar.
"besok pagi Tan, dan usahakan besok agar dia mau makan agar kondisi nya lebih baik dan jika ada apa-apa segera hubungi aku" jawab Dokter Arzan.
" iya Zan, akan Tante usahakan sekali lagi terimakasih" Tante Ivy tersenyum tipis.
"baik Tan aku pergi dulu ya" Dokter Arzan pergi setelah melihat wajah Aurora sekilas.
Sedangkan Tante Ivy dan Andreas hanya bisa terdiam melihat wajah Aurora yang sangat pucat sedang tertidur ada rasa kasian dengannya dan juga Tante Ivy bertekad untuk membawa Aurora bersama dengannya nanti jika dia sudah keluar dari RS.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments