Bab 3

Setelah diperiksa oleh dokter Aurora harus dirawat inap selama beberapa hari karena kondisi yang sangat lemah gara-gara tidak makan apapun selama beberapa hari mengakibatkan Aurora terkena tipes juga radang lambung akibat telat makan dan tentunya Tante Ivy sungguh sangat sedih dengan kondisi Aurora sekarang.

Dan sekarang Aurora berada di kamar inap melati nomor 12 di ruangan sementara ini hanya ada Tante Ivy Dokter Arzan dan Aurora yang tidak sadarkan diri sedangkan kakaknya belum datang juga.

"ya ampun keponakan Tante yang sangat malang kenapa begini sekali hidupmu nak" lirih Tante Ivy menatap sendu Aurora yang wajahnya sangat pucat seperti mayat hidup.

"sabar aja Tan, sekarang mungkin dia masih sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa hidupnya mengingat dia masih remaja yang emosinya masih labil" hibur Dokter Arzan.

"iya Zan, tapi Tante tidak akan mengabari kedua orangtuanya atas apa yang terjadi dengannya takutnya dia bisa makin depresi" ucap Tante Ivy.

"mungkin memang untuk saat ini seperti itu dulu Tan, kondisinya belum setabil" dukung Dokter Arzan.

"itu yang Tante pikirkan Arzan" sedih Tante Ivy.

"oh ya bagaimana kabar orang tua mu baik-baik saja kan sudah lama Tante tidak bertemu dengan mereka" Tante Ivy mengalihkan topik pembicaraan.

"baik-baik saja Tan, aku harap Tante bisa lebih sabar menghadapi Aurora dan tolong sekali jangan membentak atau bersuara dengan keras itu akan menganggu kondisi mentalnya" saran Dokter Arzan.

"baiklah Zan, terimakasih ya Tante benar-benar berharap padamu Tante tidak tau lagi mau minta tolong dengan siapa" Tante Ivy tersenyum menatap Dokter Arzan.

"santai saja Tan, sudah tugas ku juga sebagai seorang dokter Tante berdoa saja semoga Aurora bisa kembali seperti dulu lagi" Dokter Arzan tersenyum simpul.

Ketika mereka berdua sedang berbicara Aurora perlahan-lahan membuka matanya yang sayu menatap sekeliling dengan heran namun tidak mengucapkan sepatah katapun dan dengan perlahan-lahan mereka berdua mendekati Aurora.

"Rara sudah sadar kamu bagaimana kondisi kamu nak, Tante sangat khawatir dengan kondisi mu" tanya Tante Ivy panik.

"aku hanya ingin pulang Tan" ucap Aurora dengan tatapan yang berbeda.

"kamu tidak bisa pulang Rara, kamu masih sakit nanti kalo sudah sembuh baru bisa pulang" Tante Ivy berusaha untuk tegar.

"buat apa aku sembuh Tan lebih baik aku mati aja" ucap Aurora yang tentunya membuat Tante Ivy sungguh sangat marah sebenarnya tapi dia harus bisa lebih sabar sekarang.

"hai cantik tidak boleh bicara seperti itu, Tante sangat sayang padamu begitu juga dengan kedua kakakmu" hibur Tante Ivy sambil memegang tangan Aurora tapi Aurora menghempaskan tangan tantenya.

Aurora tidak berkata apapun dia hanya diam saja menatap Tante Ivy dengan tatapan yang sangat sulit diartikan namun Arzan dapat mengetahui arti dari tatapan itu membuatnya merasa kasian dengan Aurora.

*malang sekali nasib mu dek, begitu dalamnya luka yang ada dalam dirimu aku jadi kasian dengan mu*batin Dokter Arzan.

"oh ya makan dulu ya Rara, kamu kan belum makan" ingat Tante Ivy.

Tante Ivy mengambil makanan yang berada di meja berniat ingin menyuapi Aurora tapi piring itu langsung dilempar oleh Aurora sampai terdengar suara pecahan kaca.

"setidaknya kamu harus makan sedikit jangan membuang-buang makanan seperti itu, kasian tubuhmu kurang asupan" ucap Dokter Arzan sebelum Tante Ivy berbicara.

Namun tidak ada tanggapan apapun dari Aurora hanya matanya saja yang menatap Dokter Arzan dengan bingung tapi mulutnya bungkam tidak mengucapkan kata-kata apapun.

"iya nak, benar itu makanlah sedikit" sambung Tante Ivy.

"apa Tante perlu membelikan makanan kesukaanmu, agar kamu mau makan kalo begitu Tante akan membelikan makanan yang enak untuk mu bagaimana mau makan kan" bujuk Tante Ivy.

"aku bilang tidak yang tidak apa Tante tidak bisa mendengar hah" bentak Aurora yang melukai perasaan Tante Ivy.

Sontak saja Tante Ivy sangat sedih karena selama ini belum pernah sekalipun dia di bentak oleh Aurora lantaran sikap anak itu yang sangat periang juga ramah.

*sebegitu kah dalamnya lukamu nak, kanu sudah berubah sekarang*batin Tante Ivy sedih.

"kamu tidak boleh berbicara seperti itu dengan Tante mu, dia sudah baik padamu" Dokter Arzan berbicara dengan perlahan.

Lagi-lagi Aurora hanya menatap Dokter Arzan tanpa sepatah katapun membuat Dokter Arzan menghela nafasnya mencoba memikirkan cara agar dia bisa dekat dengan Aurora.

"Aurora kenapa kamu jadi seperti nak kemana Aurora yang Tante kenal dulu, jangan seperti ini nak" sedih Tante Ivy.

"Aurora yang dulu sudah mati Tan setelah malam itu" sarkas Aurora.

"jangan berbicara seperti itu Rara, tolong jangan seperti ini nak" Tante Ivy menahan tangis.

"Tante tidak tahu bagaimana perasaan ku Tan! ,dunia ku sudah hancur sekarang tidak ada yang sayang dengan ku Tan lebih baik aku mati saja" teriak Aurora.

Kemudian Aurora membanting apapun yang berada disekitarnya dan dengan gerakan yang sangat cepat Dokter Arzan menyuntikan obat penenang dari selang infus Aurora sebelum anak itu menjadi-jadi lantaran kondisi mentalnya yang belum stabil.

"Tan, lebih baik kita tinggalkan dulu dia nanti setelah beberapa jam baru Tante masuk ya biarkan dia tenang dulu" perintah Dokter Arzan.

"baiklah Zan" ucap Tante Ivy pasrah.

Akhirnya dengan sangat terpaksa Tante Ivy harus ikut keluar bersama Dokter Arzan memberikan sedikit waktu untuk Aurora bisa menenangkan diri dan nanti akan kembali setelah reaksi obat sudah memudar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!