EPISODE 5

Pukul tiga dini hari, Arkana sudah selesai dengan salat tahajjud yang ia laksanakan. Laki-laki itu memilih untuk duduk di tepi ranjang, hatinya sangat gelisah. Rencananya, hari ini ia akan berbicara kepada kedua orang tuanya untuk membicarakan bahwa ia ingin melamar Aisha.

Arkana mengambil oleh-oleh untuk Aisha dari Kairo yang di belinya beberapa hari yang lalu sebelum ia pulang di rumahnya.

Arkana berjalan ke arah balkon kamarnya, ia berdiri dengan satu tangannya ia masukkan ke dalam saku kantong celana yang ia kenakan. Arkana tersenyum memandang kamar Aisha yang lampunya menyala, mungkin saja Aisha sedang salat tahajjud.

"Tunggu siang nanti, Aisha," ujar Arkana tersenyum kala mengingat wajah cantik Aisha.

Arkana kembali ke dalam kamarnya lagi, waktu subuh masih lama, maka ia memutuskan untuk membaca Al-Qur'an, dari pada tidak ada kesibukan, lebih baik mencari pahala bukan?

Arkana membaca ayat-ayat suci Al-Quran dengan suara yang merdu. Rasanya, Arkana ingin membaca Al-Qur'an berdua dengan Aisha. Aisha yang membaca, sedangkan Arkana yang akan menyimak bacaan Al-Quran dari Aisha nantinya.

...***...

Taufik hendak pergi ke kantor, tapi Arkana memintanya untuk libur satu hari. Tentu saja Taufik bingung dengan permintaan Arkana yang tiba-tiba menyuruhnya untuk libur bekerja.

"Memangnya kamu ini ada apa? Sampai ayah di suruh libur dulu kerjanya," kata Taufik yang jengah dengan putranya yang dari tadi tidak menjelaskan maksud dan tujuan Arkana.

Sarah juga ikut gemas dengan putranya itu, Arkana menghela napas dalam-dalam.

"Arkana mau melamar Aisha," kata Arkana serius.

Sarah terlihat senang mendengar perkataan dari Arkana. "Ya sudah, kalo begitu nanti malam saja kita ke sana," kata Taufik dengan senang hati.

"Jangan nanti malam, ayah. Kalo bisa sekarang aja ya?" bujuk Arkana kepada ayahnya.

"Halah, kamu kok nggak sabaran banget! Ngebet pengen nikah ya?" goda Sarah kepada Arkana.

"Bundaaa," rengek Arkana dengan nada kesal karena bundanya yang suka menggodanya.

Sarah tertawa geli melihat anaknya, ternyata seperti itu Arkana?

"Ya sudah, ayo sekarang kita ke rumah Aisha. Tapi kamu yang ngomong, jangan ayah," ujar Taufik.

"Iya, nanti Arkana bakal ngomong sendiri kok," jawab Arkana.

"Ya sudah ayo," ajak Arkana tidak sabaran.

"Iya iya," jawab Sarah.

Sebelum mereka bertiga ke rumah Aisha, mereka pamit terlebih dahulu kepada Bibi Romlah. Bagaimanapun juga, Bibi Romlah merupakan orang tertua di rumahnya, bibi Romlah bukan asisten rumah tangga, tapi bibi Romlah sudah di anggap Sarah sebagai keluarganya sendiri.

...***...

Disinilah sekarang Arkana beserta dengan kedua orang tuanya berada, di kediaman Romi.

"Ada perlu apa, Taufik?" tanya Romi serius.

Wati datang dengan membawakan teh hangat untuk Arkana dan juga kedua orang tuanya. Sedangkan Mira, Hari, dan juga Maryam ikut duduk di ruang tamu.

"Maaf om, apakah ada Aisha?" tanya Arkana serius.

Romi menggelengkan kepalanya, "Tidak ada di rumah," jawab Romi jujur.

"Kemana?" tanya Sarah.

"Makam," jawab Wati yang juga ikut duduk.

Sarah mengira jika rencana Husain gagal, namun ternyata Husain bermain aman.

"Memangnya ada keperluan apa?" tanya Maryam kepo. Satu keluarga kepo?

"Kepo banget," gumam Taufik.

Husain dari arah pintu depan mendorong kursi roda Aisha yang di duduki oleh Aisha. Husain mendengar ada keramaian.

"Ada apa ini?" tanya Husain sembari berjalan dengan mendorong kursi roda Aisha.

Arkana menoleh ke arah sumber suara tersebut, lalu ia berdiri dan menghampiri kakek Husain.

Arkana membungkukkan sedikit badannya dan mencium punggung laki-laki paruh baya itu, "Assalamu'alaikum, kakek Husain," ujar Arkana memberi salam.

Husain tersenyum lalu menjawabnya "Waalaikumsalam anak muda," jawab Husain.

Mata Arkana beralih melihat Aisha yang membuang pandangan. Jujur saja, Aisha gugup.

"Aisha?" panggil Arkana dengan nada pelan. Aisha menoleh menatap sekilas Arkana lalu menundukkan sedikit kepalanya. Arkana tersenyum, ia tahu jika Aisha pemalu.

"Ayo bicaranya sambil duduk," ajak Husain kepada Arkana. Sarah merasa geli dengan putranya.

"Baik" jawab Arkana tersenyum.

Mereka semua berkumpul di ruang tamu, jarang-jarang ada kumpul keluarga seperti ini. Setelah kepergian Ela, memang jarang berkumpul bersama.

"Kamu pulang kapan, Arkana?" tanya Husain sembari menundukkan bokongnya di sofa.

"Kemarin kek," jawab Arkana.

"Oh iya, ada kepentingan apa kamu ke sini?" tanya Maryam penasaran. Dari tadi Maryam sudah bertanya tapi tidak ada satupun yang menjawabnya.

Arkana tersenyum melihat Aisha yang kegugupan. kamu lucu, Aisha, batin Arkana.

"Saya ingin melamar putri om," jawab Arkana. Sarah dan Taufik tentu saja gugup dengan jawaban dari mulut Romi.

"Putri saya yang mana?" tanya Romi.

Mira tentu saja percaya diri bahwa dirinya yang akan di pilih oleh Arkana.

"Cucu saya hanya satu, Aisha," akhirnya Husain membuka suara.

"Bukannya waktu itu kamu cuma menganggap Mira anak mu? Sedangkan Aisha sudah kamu anggap mati?" ujar Sarah mengingatkan kejadian beberapa hari lalu di saat acara pernikahan ke-dua Romi.

Arkana menoleh ke arah Aisha, lalu ia mendekati Aisha. "Bisa berbicara berdua?" tanya Arkana kepada Aisha.

Aisha mengangguk pelan, "Bisa," jawab Aisha.

Arkana mendorong kursi roda Aisha dan meninggalkan orang-orang yang ada di ruang tamu. Biarkan saja orang-orang di sana berdebat, bukankah seru jika berdebat?

Arkana berhenti di sebuah taman. Ya,

Arkana membawa Aisha ke taman yang masih ada di halaman rumah Aisha.

"Mau ngomong apa, Arkana?" tanya Aisha dengan menyembunyikan suaranya yang sedikit bergetar karena gugup.

Arkana tersenyum geli, "Jangan gugup, Aisha. Saya nggak bakalan gigit kamu," ujar Arkana terkekeh geli.

Aisha tersenyum, "Siapa yang gugup?" tanya Aisha.

Arkana tertawa lalu berjongkok di hadapan Aisha. "Aisha?" panggil Arkana lembut.

"Iya, Arkana," jawab Aisha.

"Saya mau melamar kamu. Kamu mau menerimanya atau menolaknya?" kata Arkana. Tidak sabaran sekali anaknya Pak Taufik ini.

"Aku lumpuh, Arkana. Memangnya kamu mau dengan perempuan lumpuh ini?" jawab Aisha, tangannya memilin ujung hijab yang ia pakai.

Hati Arkana begitu nyeri mendengarkan perkataan Aisha. "Memangnya salah jika saya ingin menikah denganmu? Kamu sempurna Aisha. Kamu sempurna di mata saya," kata Arkana, ia mengeluarkan air mata. Ya, Arkana menangis kala mendengar perkataan dari Aisha tadi.

"Kamu nangis?" tanya Aisha. Aisha ingin mengusap air mata Arkana, tapi mana mungkin ia berani.

"Aisha, katakan jika kamu menyukai saya," kata Arkana dengan suara sedikit serak.

Anaknya Pak Taufik dan Bu Sarah memang sangat memaksa Aisha. Aisha bingung, ia juga menyukai Arkana. Aisha juga ingin menikah dengan Arkana, tapi Aisha takut dengan kakinya yang tidak bisa berjalan, takut nantinya jika Arkana malu mempunyai istri yang lumpuh.

"Aisha? Saya memang benar-benar berniat untuk melamar kamu menjadi pendamping hidup saya. Saya mencintai kamu, Aisha. Oh, atau jangan-jangan kamu malu ya mau memberi jawaban jika kamu memang mencintai saya?" ujar Arkana.

Bagaimana Arkana bisa tahu? Jelas saja tahu, gerak-gerik Aisha mudah di tebak. Apakah semua perempuan seperti itu, malu untuk mengungkapkan perasaan?

"Arkana, kamu jangan percaya diri dulu!" kata Aisha dengan nada sedikit kesal.

Arkana hanya tersenyum menanggapinya, tangannya mengelus dagu sembari menatap Aisha yang terlihat gugup.

"Jangan malu-malu, ayo ungkapin aja. Atau mau langsung ijab kabul?" kata Arkana.

Aisha hanya diam menanggapi ucapan Arkana. Kenapa laki-laki itu tidak bisa diam?

"Arkana, Aisha!" panggil Sarah dengan nada keras sembari berlari ke arah Arkana dan Aisha. Wanita paruh baya yang satu itu memang sangat aktif.

"Jangan lari-lari, Bunda. Entar jatuh," peringat Arkana kepada Sarah, bundanya.

"Gimana?" tanya Sarah.

"Gimana apanya bunda?" tanya Arkana bingung.

"Jadi nikah kan? Bunda nggak sabar pengen punya cucu hehe," kata Sarah dengan perasaan senang.

"Tanya saja ke Aisha, siap tidak menjadi istri Arkana sekaligus ibu dari anak-anak Arkana nanti," kata Arkana, ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

"Halah, palingan Aisha malu kan? Tapi tenang aja, kemarin-kemarin Aisha nanyain kamu kok," kata Sarah. Cepu sekali wanita aktif satu itu.

Aisha menundukkan pandangannya, harus berbuat apa ia kali ini? Ucapan yang keluar dari mulut Sarah memang benar apa adanya.

"Oh ya?" tanya Arkana tak percaya.

"Iyaaa!!!!" seru Sarah.

"Tante," panggil Aisha pelan dengan nada halus.

"Iya calon menantu," jawab Sarah dengan nada menggoda kepada Aisha.

Arkana berdehem, ia sungguh gelisah dengan jawaban dari teman kecilnya, Aisha.

"Kalau begitu, saya tunggu nanti malam untuk jawaban kamu, Aisha," kata Arkana.

Sarah tersenyum dengan perkataan putra satu-satunya itu. Tidak sabar kah Arkana? Mengejar pendidikannya selama beberapa tahun di Kairo, dan ia Arkana sama sekali tidak ada komunikasi kepada Aisha. Arkana pergi meninggalkan orang tuanya dan juga gadis yang ia cintai, Aisha.

Arkana pergi demi pendidikan, sedangkan Aisha menunggu kepulangan Arkana ke tanah air.

"Memangnya harus malam ini?" tanya Aisha dengan rasa ragu.

Arkana tidak menjawab pertanyaan dari Aisha. Arkana berjalan menuju ke belakang Aisha lalu mendorong kursi roda yang di duduki Aisha.

Sok-sokan dingin, padahal tadi kek anak kecil, batin Sarah.

Sarah mengikuti langkah anaknya yang tengah mendorong Aisha yang duduk di kursi roda.

Di sinilah Arkana membawa Aisha, di ruang tamu lagi. Masih ada kakek Husain dan yang lainnya.

Husain tersenyum kala melihat cucunya tengah bersama Arkana. Dari dulu memang mereka sudah di jodohkan sejak masih kecil, tapi nyatanya kebersamaan membuat mereka mempunyai rasa saling suka.

"Kakek sudah menentukan hari untuk pertunangan kalian, dan secepatnya juga kalian akan menikah," ujar Kakek Husain.

Mira mengibaskan rambutnya. "Kok yang di jodohin malah Aisha?! Harusnya kan aku!" Mira tidak terima dengan kenyataan ini.

"Memangnya kamu siapa? Kamu bukan cucu saya, kamu lahir juga bukan urusan saya. Di sini, saya hanyalah kakeknya Aisha," jawab Husain.

Romi bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata, ia lebih memilih diam daripada meladeni omongan ayahnya yang tidak ada hentinya.

"Jawaban dari kakek Husain sudah pasti kita akan menikah, nanti malam saya ke sini lagi, Aisha," bisik Arkana ke telinga Aisha.

Aisha mengangguk, ia mengangguk juga tidak sadar, reflek. Arkana tersenyum manis dengan sikap Aisha. Belum menjadi istrinya saja, Aisha sudah membuat mabuk Arkana.

"InsyaAllah tunangan kalian akan tiba di hari Selasa, ayah akan ambil cuti untuk kerjanya," ujar Taufik.

"Lebih cepat lebih baik bukan? Nanti rumah kita akan semakin ramai, ya kan yah?" kata Sarah kesenangan.

Wati mendengus kesal, nasibnya seperti ini kah? Salah siapa menikah secara diam-diam dengan suami orang.

Kebahagiaan sudah datang, kekayaan juga sudah ada di depan mata. Kasihan kamu Ela, sudah berada di dalam tanah, seharusnya kamu juga harus merasakan kesedihan sama seperti putrimu yang lumpuh itu, batin Wati.

"Iya dong, pasti sangat ramai. Apalagi saat Arkana dan Aisha sudah menikah lalu kita akan di beri sepuluh cucu, iya kan Arkana?" kata Taufik yang membuat Arkana terkejut.

Apa kata ayahnya tadi? Sepuluh cucu?

"Keren dong! Sepuluh cucu, kamu besok harus sering-sering ya itunya sama Aisha," kata Sarah yang tak kalah hebohnya.

Aisha menunduk, ia malu dengan pembahasan seperti ini.

"Sudahlah, ayo kita pulang. Nanti malam Arkana juga mau ke sini lagi," kata Arkana.

Taufik bangkit dari tempat duduknya, ia bersalaman dengan Husain dan juga Romi beserta dengan pak Hari.

"Saya pamit dulu ya, Rom. Kita bakalan jadi besan dan saya akan menjaga Aisha bukan sebagai menantu, akan tetapi sebagai seorang putri," kata Taufik sembari bersalaman.

Sarah enggan untuk berjabat tangan dengan Mira, Wati, dan juga Maryam.

"Kalo begitu kita bertiga pamit undur diri ya, Pak Husain," kata Sarah.

"Kakek Husain, Arkana pamit pulang. Assalamu'alaikum," ujar Arkana sembari mencium punggung tangan Husain.

Kakek Husain tersenyum lalu mengelus kepala Arkana, "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawabnya.

Arkana lalu mencium punggung tangan calon mertuanya, siapa lagi kalau bukan Romi. Sedangkan Wati dan juga Mira, Arkana lewati begitu saja, ia sama sekali tidak minat menatap dua makhluk itu.

Terpopuler

Comments

Cappucino

Cappucino

ceritanya seru kakkkk🥰🥰

2023-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!