Kini sudah berada di bandara. Ada Agung yang mengantarkan Arkana. Agung membantu Arkana membawakan satu kopernya, Arkana juga membawa satu koper beserta mengendong tas ranselnya.
Baju yang Arkana pakai kali ini adalah baju gamis laki-laki berwarna putih. Arkana memberhentikan langkahnya, hal itu membuat Agung juga ikut memberhentikan langkahnya juga. Entah kenapa bosnya tiba-tiba memberhentikan langkah.
"Ada apa?" tanya Agung kebingungan.
"Saya boleh minta tolong?" Kata Arkana. Agung mengangguk pelan.
"Minta tolong fotoin saya sekarang, di sini," jawab Arkana sembari mengeluarkan handphone yang ia simpan di saku bajunya.
Agung heran, baru pertama ini ia di minta tolongin oleh Arkana. Selama hidup di kairo, Agung tidak pernah melihat Arkana berfoto, dan baru pertama ini ia melihatnya.
"Buat apa fotonya? Tumben foto," tanya Arkana kepo.
"Buat calon istri saya, InsyaAllah habis pulang dari kairo, saya mau melamarnya," jawab Arkana.
"Boleh lihat wajah calon istrimu?" kata Agung.
"Tidak boleh!! Kamu mau saya tonjok sekarang? Sudah cepetan fotoin saya," kata Arkana.
Arkana menyerahkan handphone berlogo apple kepada Agung. Arkana sudah berpose sesuai gaya kemauannya. Agung dengan siap langsung memotret temannya itu.
"Sudah?" tanya Arkana.
Agung mengangguk, "Sudah, coba lihat ini," jawab Agung. Agung menyerahkan hasil jepretan, menunjukkannya kepada Arkana.
Arkana tersenyum melihat hasilnya. Pasti Aisha suka, Batin Arkana.
"Ya sudah mari kita lanjutkan ke ruang tunggu di bandara sana," kata Arkana.
Mereka melanjutkan ke ruang tunggu penerbangan, sebentar lagi Arkana akan terbang ke tanah air.
Sedangkan di sisi lain, tepatnya di kediaman Taufik. Ada Pak Husain selaku kakeknya Aisha. Mereka berkumpul di ruang tamu.
Selepas dari acara pernikahan konyol tadi, mereka sempat menyusun rencana untuk membuat orang tua Wati beserta Wati dan Mira agar tidak betah di rumahnya Romi.
Husain merasa kasihan jika cucunya hidup seatap dengan orang-orang gila.
"Jadi bagaimana keputusan anda?" tanya Taufik kepada Husain.
Husain tampak berpikir, "Sepertinya saya akan tinggal di rumah Romi, biarkan masa tua saya habiskan dengan merawat dan menjaga cucu saya," jawab Husain.
Aisha tertegun, hati kakeknya memang sangat baik. Bahkan saat Romi memarahi Aisha, Husain langsung memarahi Romi.
"Bagus Pak, saran dari saya, Bapak buat si wanita kribo itu tidak betah dan meminta untuk cerai," saran Sarah. Sarah sangat semangat jika untuk mengusik wanita seperti Wati.
Taufik di buat geleng-geleng dengan sikap istrinya, Sarah memang terlihat semangat. "Kalau begitu, saya dan cucu saya mau pamit ya," ujar Husain.
"Oh iya, Pak. Semoga mereka semua tidak ada niatan jahat kepada Anda ataupun Aisha," ujar Taufik.
"Kayaknya saya yang akan jahat," ujar Husain sambil tertawa.
"Mari saya antar sampai depan pintu," ujar Taufik.
Husain mendorong kursi roda Aisha. Ia akan benar-benar menjaga cucu satu-satunya itu.
"Terimakasih banyak, Taufik. Assalamu'alaikum," ujar Pak Husain.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Taufik.
Taufik kembali lagi ke dalam rumahnya.
Di sepanjang perjalanan, Husain mengajak cucunya becanda.
"Oh iya, bagaimana dengan Arkana?" tanya Husain ke Aisha.
"Memangnya ada dengan Arkana, kakek?" ujar Aisha kebingungan.
"Katanya kamu suka sama Arkana," jawab Husain yang sengaja membuat Aisha malu-malu.
...***...
Arkana sudah berada di dalam pesawat, laki-laki itu tampak senang karena ia beberapa jam lagi akan tiba di rumahnya.
Tangan laki-laki itu memegang sebuah tasbih, ia berdzikir seiring perjalanannya. Arkana melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, baru menunjukkan pukul sepuluh malam, kemungkinan pagi hari ia akan tiba di Indonesia.
"Pasti besok bunda bakal uring-uringan karena pulang nggak ngasih tau," gumam Arkana.
Arkana melihat pemandangan dari jendela pesawat, langit-langit yang gelap tapi tampak indah. "Andai saja kita bisa menari di atas awan-awan ini, Aisha," gumamnya.
Selesai dengan dzikir tadi, Arkana memutuskan untuk melihat pemandangan, rasa kantuk menyerang Arkana. Ia memutuskan untuk tidur.
...***...
Romi menahan amarahnya, sia-sia malam pertamanya dengan Wati. Husain memilih untuk menempati rumahnya.
Benar saja dugaan Husain, ternyata orang tua dari Wati juga menginap di rumah Romi. Di ruang tamu sudah ada Hari dan juga istrinya, Maryam.
"Selamat malam, Pak Husain," sapa Hari, basa-basi dulu terhadap besan.
Husain mendorong kursi roda Aisha, ia tidak berminat menjawab omong kosong Hari. Aisha hanya terdiam, ia juga masih kesal dengan ayahnya yang menganggap dirinya sudah tiada.
"Sombong amat besan kita, Yah," bisik Maryam.
"Saya dengar semua, ayam!" sentak Husain.
Hari dan Maryam diam membisu, "Di mana Romi dan juga wanita kribo itu!" Ujar Husain.
Wanita kribo yang di maksud adalah Wati, "Mereka ada di kamar," jawab Hari.
Husain segera membantu Aisha berjalan menaiki tangga. Husain terlebih dahulu mengantarkan Aisha ke kamarnya.
Namun yang mereka lihat, kamar Aisha berubah desainnya. "Apa-apaan ini!" Ujar Husain dengan suara lantang.
Terlihat di kasur ada Mira yang merebahkan tubuhnya sembari memakai masker wajah. Husain berjalan ke arah Mira yang menutup telinga dengan headset dan juga menutup matanya dengan penutup mata bermotif kodok.
"HEH JELMAAN KODOK!" Teriak Husain sembari menarik penutup mata lalu menjepretkan lagi ke mata Mira.
"ANJIR!!" teriak Mira yang merasa kesaktian dan kaget karena di tarik lalu di jepretkan lagi ke matanya.
"Apaan sih lo!!" Ujar Mira yang belum membuka matanya, beberapa detik kemudian ia membuka matanya. Mata Mira membulat, ia telah lancang karena bersuara keras tehadap Husain, Mira pikir tadi adalah Aisha.
"Seharusnya saya yang tanya, apa-apaan kamu! Mengapa kamar cucuku di tempati jelmaan kodok sepertimu! Keluar dan tidurlah di gudang!" ujar Husain dengan rahang mengeras.
Mira berlari menuju ke kamar ayah dan bundanya. Ia memang takut dengan Husain, mimpi-mimpi hidup makmur tapi ini malah di ganggu oleh Husain.
"Ayah! Bunda!" Mira menggedor pintu kamar tersebut. Wati yang belum tertidur puas alhasil bangun dan membuka pintu tersebut.
"Kenapa sih, Mir?" tanya Wati kepada putrinya.
"Kakek Husain , Bun. Dia ada di sini, ayah gimana sih! Kok kakek Husain bisa tinggal di sini!" ujar Mira kesal.
"Saya mempunyai hak untuk menempati rumah ini, karena rumah ini adalah rumah yang saya beli sebagai hadiah pernikahan Ela dan Romi," itu suara Husain. Pria paruh baya yang sangat membenci orang-orang yang telah mengusik hidup cucunya.
Skakmat!
Romi bangun dari tidurnya karena suara yang telah mengganggunya. "Ini ada apa kok rame-rame?" tanya Romi yang masih memejamkan matanya sembari bersandar di tembok.
"Cih! Pria brengsek kenapa kamar mu harus di tempati wanita kribo ini," ujar Husain kepada putranya.
...***...
Pagi hari ini di rumah Taufik. Sarah memasak menu makanan khas daerah, entah kenapa perasaannya mengatakan jika akan ada seseorang yang datang ke rumahnya nanti.
Bibi Romlah juga menyiapkan makanan tersebut. Rumah kediaman Taufik sudah terlihat sangat bersih dan rapi. Mereka menerapkan kebersihan, risih jika hanya melihat satu plastik yang jatuh di lantai.
"Ayah kalo mau berangkat ke kantor, sarapan dulu. Bunda masak yang enak-enak soalnya," Kata Sarah.
Taufik yang sedang menuruni anak tangga langsung mencium jelas aroma masakan yang enak. "Wah aroma masakannya enak sekali," kata Taufik.
Taufik duduk di ruang makan, seperti biasa, ada Taufik, Sarah dan juga Bibi Romlah. Sarah menyajikan makanan untuk suaminya yang berupa gudeg khas yogyakarta.
"Nih coba di makan, pasti enak," ujar Sarah menyodorkan pirang yang sudah berisi nasi dan juga gudeg.
"Wah, makasih ya Bun," kata Taufik.
Sarah tertawa ringan, "Sama-sama," Jawab Sarah.
"Bibi juga makan yang kenyang ya," Kata Taufik.
"Iya, Pak. Makasih banyak lho ini," Kata Bibi Romlah. Taufik mengangguk sebagai jawabannya.
Mereka semua berdo'a terlebih dahulu sebelum makan, setelah mereka semua berdo'a, mereka memasukkan sesuap nasi ke mulut mereka masing-masing.
Hening, tidak ada pembicaraan apapun saat makan. Hingga akhirnya suara bel rumah terdengar nyaring di telinga mereka.
Ting tong...
Ting tong...
Ting tong...
Tiga kali bel itu berbunyi, hingga membuat salah satu dari mereka membuka mulut untuk berbicara.
"Biar saya aja yang buka, Pak, Bu," ujar Romlah yang di angguki oleh Taufik dan juga Sarah.
Romlah berlari hingga ia sudah berada di depan pintu untuk membuka pintu. Tangan Romlah membuka gagang pintu tersebut.
"Assalamu'alaikum Bibi," Suara itu adalah suara Arkana. Seorang pemuda dengan menyandang gelar sebagai dokter.
Bibi Romlah tidak percaya jika yang ada di depannya adalah anak dari majikannya, Bibi Romlah mengucek matanya, memastikan jika yang di lihatnya adalah orang lain, bukan anak majikannya, Arkana.
"Salamnya nggak di jawab, bibi?" Tanya Arkana sedikit tersenyum karena melihat bibinya yang masih tidak percaya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," Jawab Bibi Romlah.
"Nyonya, Tuan!!" panggil Romlah kepad majikannya dengan berteriak.
Sarah tersedak karena kaget dengan suara Romlah yang cempreng. Taufik menyodorkan segelas air mineral lalu Sarah menerimanya dan meminumnya.
"Ayo kita ke depan, Bibi Romlah teriak-teriak," kata Taufik lalu menggandeng tangan istrinya dengan mesra.
Sesampainya di depan pintu, Sarah dan Taufik juga ikut ternganga. Apakah itu benar putranya? Kenapa jika mau pulang tidak memberitahu terlebih dahulu agar Taufik dan Sarah bisa menjemput putranya.
"Putraku," panggil Sarah dengan suara lembut, tidak seperti biasanya yang selalu bersuara keras.
"Anakku," panggil Taufik.
"Assalamu'alaikum , ayah, bunda," Ucap Arkana lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," Jawab Sarah dan Taufik bersamaan.
"Ayo masuk dulu, pasti capek kan?" Kata Sarah.
"Iya bunda," Kat Arkana.
Bibi Romlah siap untuk membawakan barang-barang Arkana, tapi Arkana melarangnya, "Tidak usah bibi, biar Arkana saja yang membawanya," Kata Arkana.
"Ayo bibi juga ikut masuk," Ajak Arkana.
Mereka semua masuk ke dalam rumah mewah dengan desain berwarna putih.
Arkana berada di kamarnya, sudah ada makanan yang di siapkan oleh Sarah. Sarah tahu jika anaknya kelaparan dan juga kecapean, makanya Sarah menyuruh Arkana istirahat di kamarnya lalu Sarah membawakan makanan untuk Arkana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Cappucino
wadoh torr , visualnya jaemin bojoku 🫣🤭
2023-12-09
0