Suara mobil terdengar jelas di telinga Aisha. Aisha melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Aisha sangat bersemangat menyiapkan makan malam untuknya dan juga ayahnya.
Ngomong-ngomong, Aisha sudah memasakkan makanan kesukaan Romi, yaitu rendang. Tadi sore , ia bersama dengan bibi Siti memasak rendangnya. Saat kepergian Ela , Aisha jadi terbiasa untuk memasak dan juga mengurus semua masalah di rumah, mulai dari bersih-bersih, memasak, mencuci.
Kini, Aisha sudah siap dengan berbagai menu makanan, aromanya yang menggugah selera.
Romi datang dengan menenteng lima buah paper bag. "Malam," sapa Romi kepada putrinya.
"Selamat malam ayah, kemari duduklah. Aisha sudah menyiapkan makanan kesukaan ayah, sekarang ayah makan ya," kata Aisha semangat. Ia yakin jika ayahnya pasti akan memakan masakan Aisha.
Romi menghela napas, "Maaf, tapi ayah sudah makan di luar," jawab Romi jujur.
"Ayah makan di luar? Bukannya ayah tidak suka ya masakan di luaran?" tanya Aisha.
"Ayah suka, karena ayah makan bersama calon istri ayah dan juga calon anak tiri ayah," jelas Romi kepada Aisha.
Wajah Aisha berubah sedih, tega sekali ayahnya menikah lagi. Bahkan Aisha sudah mengatakan kepada Romi jika ia tidak mau memiliki ibu lagi, ibunya hanya satu. ibunya telah istirahat dengan tenang di surga Allah.
"Ayah tahu, kamu tidak bisa menerima pernikahan ayah kan? Mulai sekarang kamu harus bisa menerima," ujar Romi.
"Menerima selingkuhan ayah? Bahkan mereka berdua tidak pantas menginjakkan kaki di rumah ini," kata Aisha yang mengundang amarah Romi.
"Apa ayah tega? Ayah tega jika kamar ayah dan juga bunda di tempati perempuan asing? Ayah, sampai kapanpun Aisha tidak akan menerima pernikahan ayah dengan wanita itu," kata Aisha.
Romi mengepalkan tangannya, "Jaga mulut mu , Aisha. Kamu hanya perempuan cacat yang bikin malu keluarga ini!" ujar Romi menunjukkan Aisha.
Air mata Aisha menetes. Apa yang ayahnya bilang tadi? Perempuan cacat yang bikin malu keluarga?
Rasanya Aisha ingin tertawa melihat sikap ayahnya sekarang. Bibi Siti melihat majikannya yang sedang memarahi anaknya, ia merasa kasihan.
"Kenapa nangis? Perempuan cacat yang hanya bisa menangis! Siapa yang akan menjadi pendamping hidupmu? Apakah ada?" Romi tertawa mengejek kondisi anaknya.
"TUTUP MULUT MU ROMI!" suara keras dari seseorang membuat Romi menghentikan tawanya.
Romi menoleh ke sumber suara, ternyata itu adalah Taufik dan juga Sarah. Sarah segera berlari menghampiri Aisha.
"Kamu kenapa? Ayahmu berbuat apa kepadamu? Katakan kepada tante, nak," Sarah memeluk Aisha. Pelukan hangat dari seorang ibu, akhirnya Aisha dapat merasakannya lagi.
Aisha semakin menangis, entah kenapa jika ia sedang menangis lalu di tanya oleh seseorang maka ia akan semakin menangis.
"Aisha kangen sama bunda, Aisha pengen peluk bunda," jelas Aisha kepada Sarah.
Sarah mengangguk, "Besok kita pergi ke makam bunda kamu, nak. Jangan sedih lagi," Sarah mengusap air mata Aisha yang membasahi pipinya.
Taufik menarik Romi ke luar rumah. Taufik rasanya ingin menjotoskan kepala Romi ke tembok dan rasanya ingin menceburkan Romi ke kolam renang.
"Lepaskan saya, Taufik!" Taufik bukannya melepaskan tangan Romi, justru semakin mengencangkan.
"Diam kamu! Brengsek!" sarkas Taufik.
Taufik membawa Romi ke area kolam renang yang berada di halaman rumah Romi.
"Maksud kamu apa, Romi? Membentak anakmu dan mencaci anakmu? Dimana akal sehatmu itu?!" Taufik emosi melihat Aisha mendapatkan hinaan dari ayah kandungnya sendiri.
Romi terkekeh melihat berapa emosinya Taufik karena melihat Aisha di perlakuan buruk.
"Sesayang itu kamu sama anak saya? Perempuan tidak berguna seperti dia memang tidak pantas mendapatkan kasih sayang dari saya! Saya muak melihat Aisha lemah," jelas Romi yang membuat Taufik naik pitam.
"Biarkan Aisha menikah dengan Arkana, jangan lupakan janji kita waktu kelahiran Aisha. Janji yang berisi jika Arkana dan Aisha telah di jodohkan," ujar Taufik.
"Pungut saja anak pembawa sial itu! Tidak perlu meminta izin kepada saya! Saya menikah dengan Ela hanya karena perjodohan konyol, dan jangan salahkan saya jika calon istri saya merupakan wanita di masa lalu saya," jelas Romi.
Taufik bersedekap dada, alis satunya terangkat, "Apa maksud mu, Romi?" tanya Taufik tidak mengerti dengan apa yang di katakan Romi.
"Wati adalah calon istri saya, dan Wati adalah masa lalu saya saat duduk di bangku SMA. Dan karena perjodohan konyol itu, saya di jodohkan dengan Ela. Saya tidak mencintai Ela sama sekali," jelas Romi.
Sarah menutup mulutnya, ia tidak percaya dengan ucapan Romi. Aisha, ia menengadahkan kepalanya, seraya menatap bintang-bintang yang berpijar. Air matanya turun lagi, ia lemah.
"Ayah nggak cinta sama, Bunda?" gumam Aisha yang di dengar jelas oleh Sarah.
"Dan Wati adalah selingkuhan saya dan saya juga mempunyai anak dari Wati, dia seumuran dengan Aisha," kata Romi.
Hati Aisha sakit. Ayahnya selingkuh saat Aisha masih kecil? Dan ayahnya membagi waktu untuk dua wanita?
Aisha membayangkan bagaimana repotnya menjadi seorang ibu yang mempunyai anak kecil lalu di tinggal selingkuh oleh suaminya.
"Bajingan kamu, Romi!" sarkas Taufik lalu meninju perut Romi dan melemparkan Romi ke kolam renang.
"Bagus sekali suamiku, hajar laki-laki tidak tahu diri itu!" ujar Sarah memberi dukungan kepada Taufik.
"Malam ini, Aisha boleh nginep di rumah tante?" tanya Aisha yang langsung di beri anggukan oleh Sarah.
Sarah tersenyum bangga, "Boleh dong, mau jadi mantunya tante juga boleh banget," Sarah menguyel - uyel pipi Aisha.
"BRENGSEK KAMU TAUFIK!" ujar Romi yang masih tercebur di kolam renang.
"Apakah kamu butuh kaca? Yang brengsek kamu, Romi. Tega sekali dengan anakmu, pria seperti mu tidak pantas di panggil dengan sebutan Ayah," kata Taufik.
Taufik berjalan ke arah Sarah dan juga Aisha. Taufik mendorong kursi roda yang di duduki Aisha.
Taufik menoleh ke arah Romi yang memperhatikan mereka bertiga, "Biarkan kami mengurus Aisha. Dan kamu urus saja selingkuh mu dan juga anak mu itu, jangan pernah kembali kepada Aisha!" ujar Taufik.
"Sialan!" umpat Romi.
...*** ...
Arkana kini sudah bersiap-siap, besok ia akan terbang ke tanah airnya. Waktu sore , ia gunakan untuk mempersiapkan barang-barangnya untuk di kemas ke dalam koper.
"Baju sudah di kemas semua, oleh-oleh untuk ayah dan bunda juga sudah. Apa yang kurang ya?" gumam Arkana sembari jarinya mengetuk dagunya, seakan-akan ia sedang berpikir.
Arkana sudah membelikan ayahnya, ia membelikan Galabeya Mesir, Pakaian yang bisa di pakai oleh pira maupun wanita. Arkana membelikan bundanya parfum oil dan essential oil.
Sedangkan untuk Aisha, Arkana membelikan kohl. Kohl adalah kosmetik untuk mempercantik wanita. Selain itu, Arkana juga membeli banyak oleh-oleh dari Kairo.
"Kayaknya sudah semua, kalau gitu mendingan jalan sore aja, besok juga sudah terbang," gumamnya lalu Arkana memakai sepatunya.
Notifikasi dari handphone Arkana membuat Arkana berdecak kesal.
Dapat Arkana lihat, bundanya mengirimkan foto seorang perempuan yang tengah menangis diam-diam di kamar tamu kediaman Taufik.
Dan Sarah juga diam-diam memfoto Aisha, hal itu juga tidak di sadari oleh Aisha.
"Jangan nangis, Aisha. Besok kalau kita sudah nikah, saya bakalan buat kamu bahagia terus," gumam Arkana melihat foto Aisha.
Bundanya itu sangat peka sekali, tahu saja jika anaknya menyukai Aisha. Arkana akan membicarakan pernikahannya dengan Aisha, ia akan mencoba untuk mengobrol dengan kedua orang tuanya.
...*** ...
Romi kini berada di kamarnya, malam ini anaknya pergi ke kediaman Taufik. Romi tidak peduli dengan semua itu, yang terpenting besok adalah hari pernikahannya dengan Wati.
Dinding-dinding kamarnya terdapat foto keluarga. Di foto itu, Aisha dan Ela terlihat bahagia, sedangkan Romi hanya berfoto dengan gaya wajah datarnya. Kalau Romi boleh jujur, Ela juga sangat cantik, kecantikan Ela menurun ke anaknya.
Pyar...
Romi membanting foto keluarganya. Untuk apa di pajang? Ela juga sudah pergi ke dunia lain. Lalu dengan Aisha? Romi tidak peduli dengan gadis itu.
"Gara-gara kamu Ela, saya tidak bisa menjadikan Wati perempuan satu-satunya yang saya nikahi," geram Romi menginjak-injak foto tersebut.
"Dan gara-gara kamu juga, gadis sialan itu hidup sampai sekarang. Perjodohan konyol! Kenapa harus saya terima!" ujar Romi dengan suara lantangnya.
Bibi Siti yang sedang berjalan di depan kamar majikannya menjadi takut mendengar majikannya marah. Tadi bibi Siti dari kamar Aisha, membersihkan kamar Aisha.
"Pak Romi kayaknya udah gila," gumam Bibi Siti lalu berlari karena takut dengan amarah majikannya.
Sedangkan di kediaman Taufik, kini suasana rumahnya sangat berbeda, Rasanya adem.
Taufik sedang berada di ruang kerjanya, ia sedang mengubungi ayahnya Romi. Taufik mengirimkan pesan yang berisi bahwa Romi akan menikah lagi besok dan hal itu belum di ketahui oleh kedua orang tua Romi.
Sarah menepuk pundak suaminya, "Habis telponan sama siapa?" tanyanya curiga.
Taufik menuntun Sarah untuk duduk, "Jangan curiga dulu, tadi habis telpon Pak Husain," jelas Taufik kepada Sarah.
"Tumben telponan sama Pak Husain," kata Sarah.
"Ngasih tahu kalo anaknya mau nikah lagi, dan ternyata Pak Husain belum mengetahui akan hal itu," tutur Taufik.
"Emang bener, Romi itu udah gila. Harusnya dia di tempatkan di rumah sakit jiwa," kata Sarah.
Taufik tertawa melihat raut wajah istrinya. Taufik mengelus kepala Sarah, "Udah malam, ayo tidur," ajak Taufik.
"Oh iya, Aisha sudah tidur?" tanya Taufik.
"Kayaknya udah, ya sudah ayo tidur. Sudah malam juga, besok pergi ke acara pernikahan orang gila itu," kata Sarah lalu menggandeng tangan Taufik.
Taufik senyum-senyum sendiri mendengar istrinya menyebut Romi dengan sebutan orang gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments