Hari yang di tunggu-tunggu pun akhir nya tiba juga,
Pagi ini Adel sudah bersiap untuk ke sekolah, dia akan mengambil surat kelulusan dan melihat lolos atau tidak nya masuk ke universitas lewat beasiswa.
Ia akan berangkat bersama sang Ibu, karena Ibu nya akan belanja ke toko Paman Supri dan pulang nya akan menunggu Adel.
Kedua nya berjalan dengan penuh semangat dan antusias, bahkan wajah Adel terlihat sang berseri pagi itu.
"Ehh anak dan ibu pada mau kemana? Mau nyari buat makan ya" ejek Bu Jihan dengan sinis.
"Oh ya Del, Ibu doa kan kamu gak dapat beasiswa dan gak keterima di kampus manapun ya" ucap nya lagi tanpa perasaan.
Deg.
Adel meremas ujung baju nya, dada nya bergemuruh dan sesak.
Dia hanya bisa diam, karena Adel yakin bahwa tak ada perjuangan yang akan mengkhianati nya.
"Sudah biarkan saja, Ibu yakin kamu lolos" ucap Ibu menenangkan.
"Iya Bu" balas Adel lirih.
Hingga keduanya berpisah di pertigaan, Adel langsung saja melangkah ke arah sekolah dan Ibu sendiri ke arah toko.
Ibu melangkah dengan santai, dia lalu menyapa beberapa pembeli yang ada disana.
"Mbak, ini catatan yang mau aku beli" ucap Ibu memberikannya pada pegawai Pak Supri.
Ya, Adel memilih membantu serta fokus pada dagangannya. Jadi ia berhenti dari toko, namun sesekali masih membantu jika di butuhkan.
"Bu" sapa Istri Pak Supri.
"Ya, Mila. Bagaimana kabarmu?" tanya Ibu ramah.
"Baik Bu, Ibu sehat-sehat ya" jawab Mila, Istri Pak Supri.
Para pembeli yang lainnya mendadak hening, mereka merhatikan ke arah ruko yang sedang dalam proses pembangunan.
"Ada apa itu Ibu-ibu?" tanya Ibu.
"Saya juga gak tau, Bu Lia. Kenapa ya pada rame, dan itu juga terlihat sedang cekcok" jawab salah satu yang ada disana.
Ibu dan Istri Pak Supri pun lebih ke depan melihat nya,
Bahkan Ibu sampai pinggir jalan karena penasaran dan dorongan dari belakang yang berdesakan ingin melihat
Sedang asyik-asyik nya melihat, mereka tidak menyadari bahwa salah satu mobil yang disana melaju cepat dan seperti ugal-ugalan.
"Bu Lia awasss"
Brak.
"Bu Liaaa"
Dan, pada akhirnya kecelakaan pun tak bisa di elakan lagi.
"Pak, bantu Bu Lia" teriak Mila pada sang Suami.
Ibu-ibu disana langsung saja berteriak dan membantu kala melihat tubuh Ibu tergeletak di pinggir jalan.
Sedangkan mobil yang menabrak nya melaju begitu saja dengan kencang.
Pak Supri menyuruh sang Istri menutup toko, dia sendiri langsung membawa Ibu ke Rumah sakit bersama Ibu-ibu yang lainnya.
Kejadiannya sungguh sangat cepat, hingga mereka tidak bisa menghindar atau menyelematkan Ibu Adel.
*
Sedangkan di sekolah, Adel merasa hati dan pikirannya tak tenang.
Bahkan dia terus saja gelisah sejak tadi,
"Del, kamu kenapa?" tanya Cika bingung.
"Entahlah Cik, aku tak enak perasaan. Padahal aku sudah di nyatakan lulus dan lolos juga dapat beasiswa" jawab Adel lirih.
Hingga obrolan mereka terhenti kala ada telepon masuk ke ponsel Adel.
Drrrtt.
"Paman, ada apa ya" gumam Adel saat melihat nama si penelpon.
"Halo Paman, ada apa?" tanya Adel langsung
"...... "
Deg.
Deg.
"Gak mungkin, dimana sekarang Paman?" tanya Adel dengan ketakutan.
".... "
Tut.
Adel langsung saja melangkah dari tempat nya duduk, dia bahkan mengabaikan Cika yang sejak tadi bertanya.
"Adel, kamu kenapa?" tanya Cika setelah menghentikan langkah sahabat nya.
"Ibu, Ibu tertabrak dan sekarang ada di Rumah Sakit" jawab Adel dengan air mata yang sudah mengalir.
Hah.
Cika langsung saja membawa Adel ke arah mobil yang sudah datang.
Lalu keduanya pun berangkat ke Rumah sakit dimana Ibu di rawat.
Adel menangis di pelukan Cika, dia terus saja menangis dengan perasaan yang belum tenang sejak tadi.
"Sabar, aku yakin Ibu tidak akan apa-apa" ucap Cika menenangkan Adel.
Hanya anggukan yang bisa Adel berikan, dia terus saja menekan dada nya yang sesak karena entah kenapa pikirannya tak enak.
Hingga tak berapa lama mereka sampai juga di Rumah sakit,
Adel dan Cika langsung berlari ke arah UGD, disana terlihat Paman Supri dan Istri nya yang sedang menunggu dengan cemas.
"Paman, Bibi, dimana Ibu?" tanya Adel masih berderai air mata
Bibi mendekati nya, dia lalu memeluk Adel dengan tenang.
"Kamu tenang, berdoa ya, Ibu ada di dalam sedang di tangani Dokter" lirih Bibi dengan terus saja memeluk Adel.
Disana mereka menunggu cukup lama, hingga tak lama dari itu pintu ruangan pun terbuka.
"Bagaimana Ibu saya, Dok?" tanya Adel langsung.
Hufh.
"Ibu anda harus segera di bawa ke Rumah sakit Kota, karena ada beberapa hal yang harus di periksa dengan teliti disana. Disini peralatannya tidak lengkap" jelas Dokter dengan berat.
Deg.
"Ibu" lirih Adel dengan tubuh yang lemah.
Cika langsung saja memeluk sahabat nya itu dengan erat.
"Baik Dok, kami akan membawa nya ke Kota" ucap Paman Supri.
Hari itu juga Ibu Lia di bawa ke Rumah sakit, awal nya Adel akan menolak karena tidak punya biaya yang pasti nya akan banyak.
Tetapi Paman serta Cika menegaskan bahwa mereka akan selalu membantu Adel.
Sebelum pergi, Adel lebih dulu pulang dan membawa beberapa baju serta perlengkapan dirinya.
Tak lupa juga dia membawa beberapa surat penting dan uang tabungan milik nya.
Hingga sore menjelang, akhirnya mereka berangkat ke Kota dengan Adel ikut mobil ambulance yang membawa sang Ibu.
Di belakang nya ada Paman Supri dan Istri nya, sedangkan Cika ia nanti akan menyusul karena harus izin dulu pada orangtua nya.
"Bu, Adel mohon berjuanglah demi Adel. Adel sudah tak punya siapapun lagi selain Ibu"
"Adel tau Ibu wanita kuat, jadi Adel mohon bertahanlah"
Adel menangis dengan terus saja memegang tangan sang Ibu dengan erat
*
Beberapa saat kemudian mereka sampai juga di Rumah sakit Kota,
Brangkar Ibu langsung saja di bawa masuk dan menuju ke ruang UGD.
Adel dan yang lainnya pun turut serta ikut dan menunggu di luar ruangan.
"Kamu yang sabar ya Nak, Bibi yakin kalau Ibu mu tidak kenapa-napa" ucap Bibi dengan memeluk Adel.
Adel lalu menghampiri Paman, dia memberikan amplop yang berisi uang.
"Paman, ini untuk membantu bayar Rumah sakit" ucap Adel.
Paman tersenyum, dia lalu mengambil nya dan menyimpan.
Sebenarnya dia ingin menolak, tetapi Adel pasti akan terus memaksanya untuk menerima.
Hampir 20 menit mereka menunggu, belum ada juga yang keluar dan hal itu membuat Adel sangat kacau.
Ceklek.
Pintu ruangan terbuka, Adel dan Paman langsung saja menghampiri Dokter.
"Bagaimana dengan Ibu saya?" tanya Adel.
Hufh.
Dokter menghela nafas kasar, dia lalu memandang wanita muda di hadapannya dengan lemas.
"Maaf, Ibu anda telah meninggal. Ada gumpalan di kepala bagian belakang nya akibat benturan keras, saat kami akan ke ruang operasi pasien sudah lemah dan kami tak dapat menolong nya"
Jedarrrr
Deg.
Deg..
"Gak mungkin"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments