...----------------...
Liam kembali ke kamar Lilis lewat tengah malam ketika Lilis sudah terlelap dalam dunia mimpi. Lelaki itu sengaja melakukan itu agar terhindar dari serangan Lilis yang menurutnya terlalu ekstrim. Sungguh, Liam belum siap untuk memberikan keperjakaannya kepada istri yang sama sekali tak dicintainya itu.
Mungkin dunia sudah terbalik karena biasanya pengantin wanita yang kerap mengindari dan ketakutan dengan malam pertama. Sungguh berbeda dengan Lilis yang malah sengaja menggoda suaminya.
Sebenarnya Lilis bukanlah tipe perempuan penggoda. Ia bersikap blak-blakan dan terbuka hanya pada suaminya saja. Pasalnya, selama ini Lilis selalu dididik tentang tata krama yang baik oleh kedua orang tua angkatnya. Perempuan itu juga banyak belajar dari ibu angkatnya yang bernama Lasmi, agar dirinya bisa menjadi istri yang taat setelah menikah nanti.
****
Pagi yang cerah menerbitkan cahaya kehidupan yang menyebar ke segala penjuru arah. Namun, pagi itu Lilis merasa kalah karena suaminya sudah bangun terlebih dahulu sebelum dirinya terjaga. Lilis sedikit kesal, terlebih malam pertama mereka tadi malam juga gagal.
Akan tetapi, sikap Liam terlihat santai dan tak acuh terhadap hal itu. Membuat Lilis merasa sedikit curiga dengan perasaan Liam terhadapnya.
"Kenapa Ay nggak bangunin Lilis tadi malam?" Pertanyaan Lilis membuat Liam mengalihkan pandangan dari cermin yang tengah dipandangnya.
"Kamu sudah bangun? Bersiaplah! Hari ini juga kita akan pindah," ujar Liam mengalihkan topik pembicaraan.
"Pindah?" Atensi Lilis pun berhasil teralihkan. Perempuan itu mengernyit tak mengerti.
"Iya. Aku sudah minta izin pada kakek kamu dan dia mengizinkanku untuk membawamu pindah ke rumah aku. Kamu mau?"
"Mau, atuh," jawab Lilis sambil tersenyum lebar. Sebagai seorang istri, tentu akan tinggal di rumah suami. Rasa kesalnya pun sudah tak ada lagi.
"Kalau begitu segera bersiap. Aku akan menunggu di luar," kata Liam. Lilis pun mengangguk mengiyakan.
Rasa kesal yang menaungi hati Lilis sebelumnya berganti rasa bahagia. Lilis jadi bersemangat lantaran akan diajak pindah ke rumah suaminya. Yang artinya, mereka akan tinggal berdua saja.
****
Hari berganti tanpa terasa. Sudah seminggu lamanya Lilis menyandang gelar Ny. Liam Pranaja. Namun, selama itu pula perempuan itu belum berhasil memperdaya suaminya. Jangankan terjamah, tersentuh sehelai rambut saja belum pernah.
Liam seperti sengaja menghindari perempuan itu, tetapi Liam selalu beralasan jika dirinya masih malu. Menurut Lilis, sikap Liam itu terlalu kaku.
Menghadapi suami yang kaku membuat Lilis seperti menjalani kehidupan rumah tangga yang datar. Tapi perempuan itu tetap bersabar karena cintanya kepada Liam sangatlah besar.
"Cinta sejati itu tak perlu dicari. Dia bisa menemukan takdirnya sendiri."
Lilis selalu berkata seperti itu pada dirinya sendiri, seolah memberinya kekuatan agar bisa sabar untuk mendapatkan cintanya Liam.
Pagi itu, seperti biasa Lilis selalu berbelanja sayuran di tukang sayur bersama ibu-ibu di kompleks perumahannya. Kini, Lilis sudah sedikit akrab dengan mereka. Sikap Lilis tak lagi pendiam seperti pertama kali datang ke ibu kota. Perempuan itu lebih cepat beradaptasi setelah menikah.
"Eh, Bu Ibu. Kalian ada yang punya kenalan seorang MUA yang bagus tapi murah, nggak? Nanti sore anak saya mau lomba jadi model di sekolahnya, tapi saya nggak punya uang kalau harus ke salon kecantikan, sedangkan saya sendiri nggak bisa dandan," ujar perempuan yang bernama Salma. Dia adalah istri dari ketua Rukun Tetangga di kompleks perumahan Liam.
"Aduh, saya nggak tahu kalau murah, Bu Salma. Soalnya saya biasanya kalau mau ada acara penting suka minta didandani ke salon mahal," celetuk tetangga Lilis yang lain. Namanya Dona. Suaminya adalah seorang manager di sebuah hotel bintang lima. Perempuan itu selalu bergaya ala orang kaya, padahal beli sayuran saja masih suka ngutang kepada Mang Karna—tukang sayur di kompleks mereka.
Lilis sudah memahami setiap karakter dari semua tetangganya. Dia hanya tersenyum menanggapi kelakuan mereka. Anggap saja hiburan kala hatinya sedang kesepian. Setelah menikah, Liam terlalu sibuk dengan pekerjaan. Hal itu membuat Lilis harus banyak bergaul agar dirinya tidak merasa kesepian di rumah.
"Kalau cuma merias wajah buat lomba mah sepertinya Lilis juga bisa, Bu RT," cetus Lilis membuat kedua mata Salma berbinar seketika.
"Yang bener, Lis? Kamu bisa merias wajah? Kamu punya make up-nya?" tanya Salma untuk memastikan saja. Lilis mengangguk kepalanya menanggapinya.
"Halah, bohong kali. Memangnya kamu pernah dandan? Denger-denger kamu, kan, berasal dari desa. Memangnya ngerti tentang fashion dan make up kekinian," celetuk Dona sedikit nyinyir.
Lilis bersikap tenang untuk menanggapi tetangganya yang satu ini. "Ya tahu, atuh, Bu Dona. Waktu di desa, teh, Lilis pernah jadi asisten perias pengantin. Segala jenis riasan dia mah jagonya. Lilis banyak belajar dari dia. Namanya Kang Lana. Walaupun dia laki-laki, tapi pinter banget merias wajah," terang Lilis menceritakan tentang guru make upnya.
"Ih, namanya nggak meyakinkan gitu. Jangan-jangan amatiran," cibir Dona lagi.
Lilis mencebik, tetapi masih bersikap sabar. Perempuan itu pun beralih lagi pada Salma. "Gimana Bu RT? Kalau sama Lilis mah gratis," tanya Lilis meyakinkan Salma lagi.
...----------------...
...To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
marie_shitie💤💤
gaya elit ekonomi sulit utang melilit
2023-11-18
1