Bab 3. Setuju

...----------------...

"Hah? Apa?" Lilis tersentak dengan kedua mata terbelalak. Pandangannya langsung beralih pada Wahyu. Kemudian ekor matanya melirik Liam dengan ragu. Jantungnya pun berdebar tak menentu. Rasanya seperti hendak meledak dan melebur jadi abu. Namun, Lilis tidak memungkiri jika dirinya benar-benar terharu.

"Ya, saya ke sini mau melamar kamu," pungkas Liam ikut menimpali.

"Tapi ... kenapa mendadak gini?"

"Kenapa? Kamu nggak suka aku?" tuding Liam.

"Nggak gitu. Tapi ...." Lilis mematung. Perempuan itu bingung harus mengatakan apa. Dirinya memang menyukai Liam semenjak insiden kecelakaan di kolam renang waktu itu. Namun, Lilis tentu malu untuk berkata jujur kepada Liam. Apalagi ini adalah kedua kalinya mereka bertemu. Lilis sering mendengar cerita tentang Liam dari kakeknya, tetapi ia tidak menyangka Liam akan langsung melamarnya.

"Bukannya kamu juga suka sama dia, Lis? Dia itu cucunya teman kakek. Kakek setuju," celetuk Wahyu yang membuat wajah Lilis memerah seketika.

"Ih, Kakek. Jangan bikin malu Lilis, atuh!" sanggah Lilis dengan logat daerahnya. Wahyu pun tertawa pelan melihat cucunya kelabakan seperti salah tingkah. Tingkah itu belum pernah dilihatnya selama ini karena Lilis selalu mengurung diri.

"Sepertinya cucu Anda juga setuju. Jadi, apa kami bisa menikah minggu depan?"

"Eh? Tunggu dulu! Minggu depan gimana?" Lilis tersentak lagi. Lamaran Liam begitu mendadak baginya. Seperti sedang transaksi jual beli saja. Namun, entah kenapa hatinya sangatlah bahagia. Seperti ribuan bunga bermekaran di sana.

"Iya, aku tidak bisa menunggu lama. Minggu depan kita akan menikah. Aku bukan tipe orang yang suka berpacaran," kata Liam.

"Kakek juga setuju. Kakek dan kakeknya Liam sudah lama saling kenal. Kakek yakin jika Liam adalah orang yang tepat untuk kamu," timpal Wahyu.

Lilis memasang senyuman tipis. Keningnya mengernyit kebingungan. Walaupun hatinya bahagia, tetap saja ada rasa yang mengganggu pikirannya. Namun, rasa itu teralihkan karena perasaannya cinta Lilis terhadap Liam. Dia pun hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Baiklah. Lilis nurut sama Kakek aja," katanya.

****

Hari berganti tanpa terasa. Seminggu sudah dilalui untuk mempersiapkan resepsi pernikahan. Namun, setiap detik yang dilalui Lilis seakan begitu bermakna. Perempuan itu selalu berdebar di detik-detik menjelang hari pernikahannya. Lilis tidak pernah menyangka jika sebentar lagi statusnya akan berubah. Yakni, menjadi istri dari Liam Putra Pranaja. Hari ini, sudah waktunya Lilis menikah.

"Kamu sangat cantik seperti ibumu, Nak," ujar Wahyu ketika Lilis sudah selesai berdandan ala mempelai pengantin wanita.

Lilis begitu anggun dan cantik dalam balutan kebaya putih yang dipadukan dengan batik songket berwarna keemasan. Walaupun dengan riasan sederhana, Lilis sudah tampil memesona. Aura yang terpancar dari wajah gadis desa itu begitu menenangkan dan enak dipandang. Bentuk tubuh yang aduhai laksana pahatan sempurna sebuah mahakarya. Sungguh, Lilis adalah salah satu makhluk terindah dari ciptaan Tuhan Yang Maha Sempurna.

"Hatur nuhun, Kek. Walaupun Lilis lupa wajah ibu kandung Lilis, tapi Lilis bersyukur karena ibu udah nurunin kecantikannya buat Lilis. Lilis seneng banget hari ini," ucap Lilis sambil tersenyum.

Wahyu mendekap cucu satu-satunya itu. "Kakek juga senang. Akhirnya kamu mau lebih terbuka dengan kakek. Ke depannya, kakek harap kamu bisa mengandalkan kakek dalam hal apa pun, ya," ucapnya sambil mengusap punggung cucunya. Lilis mengangguk lalu melerai pelukan mereka.

"Ayo, kita udah ditunggu!" ajak Wahyu. Lilis mengangguk lagi. Kemudian, mereka berdua pun berjalan beriringan menuju tempat pernikahan.

Pernikahan itu diadakan secara sederhana karena Lilis yang memintanya. Hanya dirayakan di rumah besar Wahyu Kalingga. Hal itu menjadi keuntungan bagi Liam. Pasalnya, dia belum siap untuk mengumumkan pernikahannya ke khalayak ramai. Untuk sekarang, cukup keluarga dan kerabat saja yang datang.

Waktu berputar tak bisa berhenti. Detik demi detik tanpa terasa terlampaui. Satu per satu ritual acara pernikahan telah dijalani. Hingga akhirnya Liam dan Lilis sudah resmi menjadi suami istri.

Liam tak menunjukkan rasa gugup sedikit pun ketika melafalkan ijab kabul. Mungkin karena ia tak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Lilis sehingga Liam seolah tidak peduli akan pernikahannya itu.

Acara pernikahan itu selesai saat petang menjelang. Kala itu awan kelabu menghalangi indahnya langit jingga di tempat matahari tenggelam. Tak lama rinai hujan pun turun menambah rasa dingin di waktu malam.

Seperti sudah direncanakan, Lilis merasa alam pun mendukung pernikahannya dengan Liam. Perempuan yang beberapa jam yang lalu sudah menyandang gelar Ny. Liam, kini sedang tersenyum seorang diri sambil menatap hujan.

"Boleh aku masuk?" Suara Liam membuat Lilis terlonjak. Kepalanya menoleh pada Liam yang tengah berdiri di ambang kamarnya.

"Boleh, atuh. Mulai sekarang ini jadi kamar kita berdua," jawab Lilis sedikit malu. Pipinya pun tersipu berwarna kemerahan seperti buah jambu.

Liam tersenyum hambar mendengar kata 'kita' yang terlontar dari mulut istrinya. Terasa aneh terdengar di telinga. Tak mau membahasnya, ia pun segera menyeret kakinya memasuki kamar tersebut.

"Kamu sedang apa berdiri di situ?" tanya Liam yang merasa heran karena istrinya terus berdiri di dekat jendela sambil menatap ke luar. Sekaligus mengalihkan rasa canggungnya ketika berduaan dalam satu kamar.

"Tadi Lilis lagi lihatin hujan. Oh, iya ...." Ucapan Lilis terjeda ketika mengingat sesuatu. Kemudian Lilis berjalan menjadi suaminya yang sudah duduk di tepi tempat tidur. Berdiri di hadapan suaminya sambil menatap wajah Liam dengan lekat dan serius.

"Ada apa?" tanya Liam sambil bersikap waspada. Sikap Lilis terlihat seperti hendak menerkamnya.

"Lilis teh harus panggil kamu apa? Aa, Akang, Ayang, apa Bebeb?" tanya Lilis dengan wajah datar.

"Hah?" Liam mengernyitkan keningnya. Bibirnya sedikit ternganga saking tidak menyangka jika pertanyaan itu yang akan terlontar dari mulut istrinya.

"Kita, kan, sudah menikah. Nggak mungkin Lilis teh panggil kamu dengan nama aja. Harus pake panggilan sayang, atuh," lanjut Lilis lagi sambil mencondongkan tubuhnya mendekati Liam. Hal itu membuat Liam sedikit menghindar.

"Terserah kamu aja mau panggil aku apa. Oke!" Liam merasa risih berada sedekat itu dengan Lilis. Sepertinya Lilis sudah mulai menunjukkan sikap aslinya.

"Ah, oke, atuh. Lilis panggil Ay aja, ya. Panggilan itu mengingatkan Lilis pada seseorang yang terpaksa Lilis tinggal di desa."

"Ya, terserah. Eh, tapi siapa seseorang itu? Pacar kamu?" tanya Liam penasaran juga.

"Bukan, itu ayam Lilis. Lilis sering panggil dia dengan panggilan Ay ay. Lilis sayang banget sama dia, sama seperti Lilis sayang sama kamu," ujar Lilis sambil tersipu.

Liam tentu termangu. Ternyata dirinya disamakan dengan ayam peliharaan istrinya itu. Namun, Liam tidak peduli. Yang penting pernikahannya sudah terjadi. Itu artinya, perusahaannya akan segera bangkit kembali.

...----------------...

...To be continued...

Terpopuler

Comments

Sulastri

Sulastri

lanjut 💪👍👍👍🫶🤭🤭🤭

2023-11-16

1

fhittriya nurunaja

fhittriya nurunaja

lanjut 💪💪💪

2023-11-16

0

angie widya

angie widya

what ?
🤣🤣🤣🤣🤣🤣

ayyyy am

2023-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Masalah Besar
2 Bab 2. Sebuah Syarat
3 Bab 3. Setuju
4 Bab 4. Malam Pertama
5 Bab 5. Pindah Rumah
6 Bab 6. Ikutan Kursus
7 Bab 7. Cantik Maksimal
8 Bab 8. Menginap
9 Bab 9. Cara yang Berbeda
10 Bab 10. Sengaja Mengatur
11 Bab 11. Pembawa Keberuntungan
12 Bab 12. Hadiah
13 Bab 13. Cemburu
14 Bab 14. Teman Dekat
15 Bab 15. Sakit
16 Bab 16. Marah
17 Bab 17. Kesepian
18 Bab 18. Wejangan Papa
19 Bab 19. Jemput Istri
20 Bab 20. Mau Jadi Pacar Aku?
21 Bab 21. Kutunggu Jandamu.
22 Bab 22. Ramainya Rasa
23 Bab 23. Buka Puasa
24 Bab 24. Posesif
25 Bab 25. Bertemu Mama
26 Bab 26. My Support System
27 Bab 27. Masalah Besar
28 Bab 28. Rencana Perdamaian
29 Bab 29. Menjadi Penengah
30 Bab 30. Service Spesial
31 Bab 31. Anaknya Pak RT
32 Bab 32. Mengambil Kesempatan
33 Bab 33. Penguasa Dilawan Penguasa
34 Bab 34. Percayalah! Aku Akan Setia
35 Bab 35. Kuliah
36 Bab 36. Butuh Perjuangan
37 Bab 37. Ke Luar Kota
38 Bab 38. Udah Izin
39 Bab 39. Serangan Jantung
40 Bab 40. Kecewa
41 Bab 41_ Egois
42 Bab 42. Impas
43 Bab 43. Benih-Benih Cinta
44 Bab 44. Tabrak Lari
45 Bab 45. Menghindar
46 Bab 46. Itu Kamu
47 Bab 47. Sadar Atuh, Yan!
48 Bab 48. Lupa Tatakrama
49 Bab 49. Penonton
50 Bab 50. Film Dokumenter
51 Bab 51. Ancaman
52 Bab 52. Pelakunya
53 Bab 53. Benang Merah
54 Bab 54. Melarang Ke mana-mana
55 Bab 55. Masih Beruntung
56 Bab 56. Tak Terkendali
57 Bab 57. Pacar?
58 Bab 58. Stempel Jadian
59 Bab 59. Diculik
60 Bab 60. Meminta Bantuan
61 Bab 61. Pasrah
62 Bab 62. Ketahuan
63 Bab 63. Pahlawan
64 Bab 64. Jatuh
65 Bab 65. Takdir
66 Bab 66. Syndrom Baby Blues
67 Bab 67. Gara-Gara Ulat Bulu
68 Bab 68. Memulai Aktivitas
69 Bab 69. Super Sibuk
70 Bab 70. Terlambat
71 Bab 71. Memanjakan Suami
72 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1. Masalah Besar
2
Bab 2. Sebuah Syarat
3
Bab 3. Setuju
4
Bab 4. Malam Pertama
5
Bab 5. Pindah Rumah
6
Bab 6. Ikutan Kursus
7
Bab 7. Cantik Maksimal
8
Bab 8. Menginap
9
Bab 9. Cara yang Berbeda
10
Bab 10. Sengaja Mengatur
11
Bab 11. Pembawa Keberuntungan
12
Bab 12. Hadiah
13
Bab 13. Cemburu
14
Bab 14. Teman Dekat
15
Bab 15. Sakit
16
Bab 16. Marah
17
Bab 17. Kesepian
18
Bab 18. Wejangan Papa
19
Bab 19. Jemput Istri
20
Bab 20. Mau Jadi Pacar Aku?
21
Bab 21. Kutunggu Jandamu.
22
Bab 22. Ramainya Rasa
23
Bab 23. Buka Puasa
24
Bab 24. Posesif
25
Bab 25. Bertemu Mama
26
Bab 26. My Support System
27
Bab 27. Masalah Besar
28
Bab 28. Rencana Perdamaian
29
Bab 29. Menjadi Penengah
30
Bab 30. Service Spesial
31
Bab 31. Anaknya Pak RT
32
Bab 32. Mengambil Kesempatan
33
Bab 33. Penguasa Dilawan Penguasa
34
Bab 34. Percayalah! Aku Akan Setia
35
Bab 35. Kuliah
36
Bab 36. Butuh Perjuangan
37
Bab 37. Ke Luar Kota
38
Bab 38. Udah Izin
39
Bab 39. Serangan Jantung
40
Bab 40. Kecewa
41
Bab 41_ Egois
42
Bab 42. Impas
43
Bab 43. Benih-Benih Cinta
44
Bab 44. Tabrak Lari
45
Bab 45. Menghindar
46
Bab 46. Itu Kamu
47
Bab 47. Sadar Atuh, Yan!
48
Bab 48. Lupa Tatakrama
49
Bab 49. Penonton
50
Bab 50. Film Dokumenter
51
Bab 51. Ancaman
52
Bab 52. Pelakunya
53
Bab 53. Benang Merah
54
Bab 54. Melarang Ke mana-mana
55
Bab 55. Masih Beruntung
56
Bab 56. Tak Terkendali
57
Bab 57. Pacar?
58
Bab 58. Stempel Jadian
59
Bab 59. Diculik
60
Bab 60. Meminta Bantuan
61
Bab 61. Pasrah
62
Bab 62. Ketahuan
63
Bab 63. Pahlawan
64
Bab 64. Jatuh
65
Bab 65. Takdir
66
Bab 66. Syndrom Baby Blues
67
Bab 67. Gara-Gara Ulat Bulu
68
Bab 68. Memulai Aktivitas
69
Bab 69. Super Sibuk
70
Bab 70. Terlambat
71
Bab 71. Memanjakan Suami
72
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!