Bab 2. Sebuah Syarat

...----------------...

Tubuh Liam sontak kaku dan pikirannya pun ikut buntu. Pasalnya, menikah adalah hal yang paling dia takuti selama ini. Bahkan lelaki itu pernah berpikir dalam hidupnya untuk tidak akan pernah menjalin hubungan suami istri.

Liam mempunyai kesan yang buruk tentang pernikahan karena kisah pernikahan orang tuanya yang berakhir cerai. Liam dilema. Namun, jika syarat yang diajukan oleh Wahyu tak dia lakukan, bagaimana nasib perusahaannya yang sedang di ambang kehancuran dan puluhan karyawan yang terancam jadi pengangguran?

"Apa ada alasan, kenapa saya yang terpilih untuk menikahi cucu Anda?" tanya Liam sebelum mengambil keputusan.

"Karena cucu saya menyukai kamu. Apa kamu ingat tentang insiden kolam renang yang terjadi ketika kamu hadir di acara ulang tahun saya sebulan yang lalu?" Liam menganggukkan kepalanya. Dia ingat betul karena waktu itu dia menolong seorang gadis yang tidak sengaja tercebur di kolam renang milik tuan besar di hadapannya itu.

"Gadis yang kamu tolong itu adalah cucu saya," aku Wahyu yang membuat Liam mengernyit tidak percaya. Bagaimana bisa seorang cucu konglomerat tidak bisa berenang padahal di rumah besar itu ada fasilitas kolam renangnya?

"Dia menyukaimu semenjak itu. Dan saya hanya berusaha untuk membuatnya bahagia dengan menikahkan dia dengan laki-laki yang dia suka." Wahyu melanjutkan kata-katanya sebelum Liam berkomentar.

"Apa dia yang meminta kakek untuk melamar saya?" tanya Liam lagi.

Wahyu menggeleng lalu berkata, "Tidak sama sekali. Saya hanya melihat dari sorot matanya yang berbinar cerah tiap kali sedang menceritakan kamu yang menolongnya malam itu."

Liam terpaku, ia benar-benar tidak paham dengan pemikiran kakek tua itu. Tanpa bertanya pada cucunya sendiri, lelaki itu langsung mengambil keputusan yang sangat besar seperti itu. Bagi Liam, pernikahan bukanlah ajang untuk mencari kebahagiaan. Justru pernikahan adalah awal dari kehancuran.

"Jadi, cucu Anda sendiri tidak tahu? Bagaimana kalau dia tidak setuju?" cecar Liam.

"Dia pasti setuju. Asalkan kamu tidak mengatakan jika saya yang meminta kamu menikahi dia."

Liam mematung sembari berpikir. Sorot matanya tersirat banyak pertanyaan. Bagai simalakama, Liam terdesak karena keadaan. Namun, lelaki itu ragu untuk secepat itu mengambil keputusan.

"Tujuan kita sama. Kita sama-sama ingin membahagiakan orang lain dengan kesepakatan ini. Kamu bisa membahagiakan karyawanmu dengan menyelamatkan perusahaan, dan saya bisa membahagiakan cucu saya yang belum lama saya temukan," tutur Wahyu lagi.

"Belum lama ditemukan?" Liam mengulang perkataan ambigu yang terlontar dari bibir Wahyu.

"Ya, dia baru saya temukan dua bulan yang lalu pasca kecelakaan yang menimpanya 15 tahun yang lalu. Saat itu usianya masih sekitar lima tahunan. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan itu, sedangkan dia menghilang seperti ditelan bumi. Pencariannya tidak pernah dihentikan karena saya yakin cucu saya masih hidup.

"Ternyata harapan saya membuahkan hasil, dia diselamatkan oleh penduduk desa yang baik hati. Mereka merawatnya seperti pada anaknya sendiri. Mereka juga memberikan nama baru untuk cucu saya. Lilis adalah nama yang diberikan oleh mereka karena insiden itu melenyapkan ingatannya yang masih balita. Nama aslinya adalah Kiara, tetapi dia sudah terbiasa dipanggil Lilis dan menolak nama itu. Selama ini Lilis mungkin terbiasa dengan hidupnya yang sederhana, sehingga dia selalu menolak pemberian dan fasilitas yang saya berikan untuknya.

"Kata orang tua angkatnya, Lilis adalah anak periang dan ceria, tapi selama dia tinggal bersama saya dia hampir tak pernah menunjukkan raut ceria sedikit pun. Bahkan sangat jarang saya melihatnya tersenyum. Dia memperlakukan saya seperti orang asing," tutur Wahyu panjang lebar menceritakan tentang kisah cucunya tersebut. Ia menghentikan ceritanya sekadar untuk menarik napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.

Liam masih diam, mencoba mencerna kalimat panjang yang dilontarkan oleh Wahyu. Lelaki itu juga masih menunggu, jika saja Wahyu masih ingin melanjutkan ceritanya. Liam seolah bisa membacanya dari mimik wajah lelaki tua itu yang masih ingin melanjutkan ceritanya.

"Saya tidak mau membuat dia tertekan ketika tinggal bersama saya. Namun, bagaimanapun dia itu cucu saya. Saya tidak mungkin membiarkan dia tinggal di desa. Lalu untuk pertama kalinya saya melihat aura kebahagiaan terpancar dari wajahnya setelah insiden tercebur malam itu. Dia pertama kali menunjukkan senyuman manisnya ketika saya menceritakan tentang kamu yang menolongnya waktu itu.

"Dari situ saya tahu bahwa dia menyukaimu dan saya mulai mencari tahu tentang kamu. Ternyata kamu adalah cucu dari teman lama saya. Jadi, sepertinya kamu bisa diandalkan untuk menjaga Lilis. Saya pikir hanya ini yang bisa saya lakukan untuk membuat dia bahagia. Saya harap kamu mau menikahi cucu saya," lanjut Wahyu.

"Bagaimana kalau saya tidak bisa membahagiakan cucu Anda? Sepertinya saya tidak sebaik yang Anda kira." Liam menyanggah pernyataan Wahyu. Dia ragu akan bisa membahagiakan Lilis karena rasa takutnya pada ikatan pernikahan itu.

"Biarkan cucu saya yang menentukannya. Jika dia menerima kamu apa adanya, saya yakin dia merasa bahagia."

Jika seperti itu, Liam hanya bisa diam. Entah seperti apa sikap Lilis yang katanya menyukai dirinya itu. Apakah perempuan itu bisa bertahan hidup di dalam pernikahan yang mungkin tidak akan ada cinta darinya? Ah ... sudahlah. Jika memang suatu saat perempuan itu memilih untuk pergi, tidak jadi masalah bagi Liam. Yang penting sekarang adalah perusahaannya bisa terselamatkan.

Bagi Liam, pernikahan tidak perlu adanya cinta. Pernikahannya mungkin berguna untuk dijadikan penyokong bisnis semata. Kisah pernikahan orang tuanya yang berantakan, juga beberapa orang terdekatnya juga demikian. Perselingkuhan, pertengkaran, dan kekerasan dalam rumah tangga membuatnya enggan merajut asa dan membina rumah tangga yang sebenarnya.

"Tidak ada yang namanya cinta sejati di dunia ini. Kalaupun ada, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami," batin Liam.

Kemudian lelaki itu menghela napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan seolah menampung banyak keyakinan dalam hatinya.

"Oke. Saya setuju dengan syarat Anda, Kek. Kapan kami bisa menikah?" ucap Liam akhirnya setuju. Dia juga tidak mau menunda-nunda waktu.

"Untuk itu saya harus bertanya pada Lilis dahulu. Sebentar, saya akan panggil dia." Wahyu pun memanggil asisten rumah tangganya lalu menyuruhnya untuk menjemput Lilis dari kamarnya.

Beberapa menit menunggu, gadis yang mereka ceritakan pun turun dari lantai atas rumah itu. Ketika kedua netranya menangkap sosok Liam, pancaran kemilau cinta langsung menyorot pada sosok tampan yang wajahnya terekam dalam kelopak mata indahnya. Kakinya menapaki undakan anak tangga dengan pelan. Perempuan itu ingin menikmati dengan perlahan, keindahan ciptaan Tuhan yang tidak bisa terbantahkan.

"Sini, Sayang! Ini Liam yang sering Kakek ceritakan itu."

Lilis tak menjawab. Kedua mata Lilis masih tertuju pada wajah Liam. Sejenak pandangan mereka pun terkunci. Namun, tatapan Liam langsung teralihkan karena lelaki itu masih menutup hati. Tak bisa dipungkiri, selama sepersekian detik, sepertinya Liam merasa sedikit tertarik.

"Dia ke sini mau melamar kamu, Nak. Kamu mau?"

...----------------...

Next 👉

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kalo begitu harusnya kakek Wahyu jangan pisahkan Lilis dengan keluarga angkatnya,Karena dia sudah terbiasa dgn mereka..

Mampir thor 🙋

2025-02-02

0

angie widya

angie widya

ci aki playing victim neehh

2023-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Masalah Besar
2 Bab 2. Sebuah Syarat
3 Bab 3. Setuju
4 Bab 4. Malam Pertama
5 Bab 5. Pindah Rumah
6 Bab 6. Ikutan Kursus
7 Bab 7. Cantik Maksimal
8 Bab 8. Menginap
9 Bab 9. Cara yang Berbeda
10 Bab 10. Sengaja Mengatur
11 Bab 11. Pembawa Keberuntungan
12 Bab 12. Hadiah
13 Bab 13. Cemburu
14 Bab 14. Teman Dekat
15 Bab 15. Sakit
16 Bab 16. Marah
17 Bab 17. Kesepian
18 Bab 18. Wejangan Papa
19 Bab 19. Jemput Istri
20 Bab 20. Mau Jadi Pacar Aku?
21 Bab 21. Kutunggu Jandamu.
22 Bab 22. Ramainya Rasa
23 Bab 23. Buka Puasa
24 Bab 24. Posesif
25 Bab 25. Bertemu Mama
26 Bab 26. My Support System
27 Bab 27. Masalah Besar
28 Bab 28. Rencana Perdamaian
29 Bab 29. Menjadi Penengah
30 Bab 30. Service Spesial
31 Bab 31. Anaknya Pak RT
32 Bab 32. Mengambil Kesempatan
33 Bab 33. Penguasa Dilawan Penguasa
34 Bab 34. Percayalah! Aku Akan Setia
35 Bab 35. Kuliah
36 Bab 36. Butuh Perjuangan
37 Bab 37. Ke Luar Kota
38 Bab 38. Udah Izin
39 Bab 39. Serangan Jantung
40 Bab 40. Kecewa
41 Bab 41_ Egois
42 Bab 42. Impas
43 Bab 43. Benih-Benih Cinta
44 Bab 44. Tabrak Lari
45 Bab 45. Menghindar
46 Bab 46. Itu Kamu
47 Bab 47. Sadar Atuh, Yan!
48 Bab 48. Lupa Tatakrama
49 Bab 49. Penonton
50 Bab 50. Film Dokumenter
51 Bab 51. Ancaman
52 Bab 52. Pelakunya
53 Bab 53. Benang Merah
54 Bab 54. Melarang Ke mana-mana
55 Bab 55. Masih Beruntung
56 Bab 56. Tak Terkendali
57 Bab 57. Pacar?
58 Bab 58. Stempel Jadian
59 Bab 59. Diculik
60 Bab 60. Meminta Bantuan
61 Bab 61. Pasrah
62 Bab 62. Ketahuan
63 Bab 63. Pahlawan
64 Bab 64. Jatuh
65 Bab 65. Takdir
66 Bab 66. Syndrom Baby Blues
67 Bab 67. Gara-Gara Ulat Bulu
68 Bab 68. Memulai Aktivitas
69 Bab 69. Super Sibuk
70 Bab 70. Terlambat
71 Bab 71. Memanjakan Suami
72 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1. Masalah Besar
2
Bab 2. Sebuah Syarat
3
Bab 3. Setuju
4
Bab 4. Malam Pertama
5
Bab 5. Pindah Rumah
6
Bab 6. Ikutan Kursus
7
Bab 7. Cantik Maksimal
8
Bab 8. Menginap
9
Bab 9. Cara yang Berbeda
10
Bab 10. Sengaja Mengatur
11
Bab 11. Pembawa Keberuntungan
12
Bab 12. Hadiah
13
Bab 13. Cemburu
14
Bab 14. Teman Dekat
15
Bab 15. Sakit
16
Bab 16. Marah
17
Bab 17. Kesepian
18
Bab 18. Wejangan Papa
19
Bab 19. Jemput Istri
20
Bab 20. Mau Jadi Pacar Aku?
21
Bab 21. Kutunggu Jandamu.
22
Bab 22. Ramainya Rasa
23
Bab 23. Buka Puasa
24
Bab 24. Posesif
25
Bab 25. Bertemu Mama
26
Bab 26. My Support System
27
Bab 27. Masalah Besar
28
Bab 28. Rencana Perdamaian
29
Bab 29. Menjadi Penengah
30
Bab 30. Service Spesial
31
Bab 31. Anaknya Pak RT
32
Bab 32. Mengambil Kesempatan
33
Bab 33. Penguasa Dilawan Penguasa
34
Bab 34. Percayalah! Aku Akan Setia
35
Bab 35. Kuliah
36
Bab 36. Butuh Perjuangan
37
Bab 37. Ke Luar Kota
38
Bab 38. Udah Izin
39
Bab 39. Serangan Jantung
40
Bab 40. Kecewa
41
Bab 41_ Egois
42
Bab 42. Impas
43
Bab 43. Benih-Benih Cinta
44
Bab 44. Tabrak Lari
45
Bab 45. Menghindar
46
Bab 46. Itu Kamu
47
Bab 47. Sadar Atuh, Yan!
48
Bab 48. Lupa Tatakrama
49
Bab 49. Penonton
50
Bab 50. Film Dokumenter
51
Bab 51. Ancaman
52
Bab 52. Pelakunya
53
Bab 53. Benang Merah
54
Bab 54. Melarang Ke mana-mana
55
Bab 55. Masih Beruntung
56
Bab 56. Tak Terkendali
57
Bab 57. Pacar?
58
Bab 58. Stempel Jadian
59
Bab 59. Diculik
60
Bab 60. Meminta Bantuan
61
Bab 61. Pasrah
62
Bab 62. Ketahuan
63
Bab 63. Pahlawan
64
Bab 64. Jatuh
65
Bab 65. Takdir
66
Bab 66. Syndrom Baby Blues
67
Bab 67. Gara-Gara Ulat Bulu
68
Bab 68. Memulai Aktivitas
69
Bab 69. Super Sibuk
70
Bab 70. Terlambat
71
Bab 71. Memanjakan Suami
72
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!