Hari ini Seno tidak ada jadwal mengajar, namun pagi-pagi sekali dia sudah terlihat rapi dengan pakaian kasualnya.
Erisa yang tempo hari hanya meminta izin untuk berada di Singapura selama tiga hari, buktinya sampai sekarang sudah menginjak hari kelima tidak kunjung pulang, bahkan tidak memberikan kabar sedikitpun padanya, tapi lebih tepatnya Erisa mungkin bukan meminta izin pada Seno waktu itu, namun hanya memberi tahunya saja, karena dengan atau tanpa izin dari suaminya pun, sudah sapat di pastikan Erisa pasti tetap akan pergi, apalagi saat berbicara dengan Seno yang konon katanya 'minta izin' itu, toh Erisa sudah di bandara untuk bersiap terbang ke luar negeri untuk mengurusi masalah pekerjaannya yang selalu menjadi prioritas dalam hidup wanita itu.
Beruntung Seno punya kesibukan sendiri, sehingga dia tidak begitu memikirkan istrinya yang tidak kunjung pulang.
Semenjak mendapatkan lukisan gratis itu, Seno mempunyai kesibukan baru, yaitu mencari tau keberadaan dan segala informasi mengenai gadis muda yang bernama Sabrina, dia merasa ada banyak hal yang harus dia bicarakan dengan gadis itu, baik itu tetang lukisan yang masih tersimpan rapi di jok mobil belakangnya, dan juga mengenai uang yang tiba-tiba gadis itu kembalikan padanya.
Selama berhari-hari Seno yang seorang dosen seni rupa itu seolah berubah profesi menjadi seorang detektif dadakan yang mengubek semua akun sosial media dengan nama Sabrina, namun sayangnya tidak di temukan. Keberuntungan rupanya baru datang padanya tadi malam, saat dirinya menerima undangan yang dikirim secara online dari sebuah gedung kesenian ibukota untuk mengundangnya menjadi salah satu tamu kehormatan dalam event pameran lukisan nasional, dia melihat ada sosok Sabrina berfoto dengan para staf dan karyawan gedung kesenian itu, padahal fotonya sangat kecil dan berada di antara puluhan orang, namun anehnya mata Seno tiba-tiba berubah menjadi mata elang yang bisa melihat targetnya dengan jelas meski dari kejauhan.
Pagi itu bahkan Seno terlihat bersiul dengan riang saat dia hendak meninggalkan rumah istrinya untuk menuju gedung kesenian, entah mengapa hatinya terasa sangat bahagia dan bersemangat pagi ini, padahal semalaman dia tidak bisa tidur akibat tidak sabar ingin cepat-cepat pagi demi untuk menemui gadis bernama Sabrina yang bahkan baru di temuinya satu kali itu, rasanya dia tidak pernah se-bersemangat itu.
Pagi yang cerah secerah hati Seno saat itu rupanya harus terganggu dengan perut Seno yang tiba-tiba terasa melilit hebat saat dirinya baru saja sampai di parkiran gedung kesenian yang dia tuju, penyakit asam lambungnya kambuh di saat yang sangat tidak tepat.
Semalaman begadang ditambah melupakan sarapan akibat terlalu bersemangat pergi, membuat perutnya protes, alhasil wajah berseri-seri yang sejak tadi terpasang di wajah Seno berubah menjadi wajah pucat pasi menahan sakit yang menyiksanya.
"Tidak,,,, tolong jangan sekarang, ku mohon!" gumam Seno dengan sebelah tangannya berpegangan pada pintu mobilnya, sementara sebelah lagi meremass erat perutnya yang semakin terasa sakit melilit seakan menyiksanya tiada ampun.
"Anda baik-baik saja tuan?" tanya seorang wanita yang kebetulan lewat di sana.
'Suara itu?' Seno membatin, suara wanita yang kini menyapanya seperti pernah dia dengar sebelumnya.
Mata Seno yang tadi terpejam akibat menahan perih dan mual di perutnya lantas terbuka perlahan, mengikuti arah sumber suara. Samar-samar dia bisa melihat wajah wanita yang menyapanya barusan, Seno mengerjapkan matanya berulang kali menajamkan penglihatannya yang mulai kabur, dalam penglihatan samarnya, wanita yang ada di hadapannya itu Sabrina, tapi bisa saja dirinya hanya berhalusinasi, bukan?
"Tuan,,, tuan,,," tangan wanita itu terulur menepuk-nepuk lengan Seno yang seperti hampir kehilangan kesadarannya.
"Tolong bawa saya ke rumah sakit." pinta Seno terbata, dia tidak bisa lagi menahan sakitnya.
"Emh,,, sebaiknya anda masuk kembali ke dalam mobil, tuan." ujar wanita itu membantu Seno mobilnya, lantas dia berlari memutari kap mobil Seno untuk masuk ke pintu penumpang.
"Duduk yang tegak," ujar wanita itu memerintah Seno, lantas wanita itu tiba-tiba dengan cekatan membuka beberapa kancing depan kemeja Seno, dan tanpa canggung membuka ikat pinggang yang melingkar di pinggang Seno yang merasakan canggung, bukan main, namun sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menggenggam tangan putih mulus yang tepat berada di atas perutnya untuk menghentikan apa yang sedang dilakukan wanita ittu padanya.
"A-apa kamu Sabrina?" tanya Seno memastikan jika dia tidak sedang berhalusinasi.
"Iya, tuan. Maaf saya harus membuka kancing baju dan melonggarkan ikat pinggang anda untuk menghilangkan tekanan pada perut anda." jawab wanita itu yang ternyata memang benar-benar Sabrina.
Setelah mendapat jawaban itu, Seno hanya bisa pasrah dan membiarkan Sabrina, wanita yang mengganggu pikirannya seberapa hari ini melakukan apapun yang ingin dia lakukan pada dirinya.
"Ini,,, minumlah,,," Sabrina mengeluarkan tumbler berisi air putih hangat dari tas kanvasnya.
"JIka saya tidak salah diagnosa, asam lambung anda sedang kambuh ya?" tanya Sabrina, yang di angguki Seno yang setelah dia meneguk setengah isi tumbler berisi air putih hangat itu perutnya terasa lebih nyaman.
"Apa anda membawa obat anda, tuan?" tanya Sabrina lagi.
Seno menggeleng tanpa suara, jika sebelumnya dia mempunyai ribuan rencana pertanyaan yang ingin di sampaikan pada Sabrina, namun nyatanya, saat ini, saat wanita itu berada tepat di hadapannya, dia bahkan tidak bisa berkata-kata.
Sabrina membuka dan mengaduk isi tasnya, lantas kini dia menyodorkan sebungkus permen karet rasa mint ke hadapan Seno.
"Makanlah, penelitian pada tahun 2014 membuktikan, dengan mengunyah permen karet, dapat merangssang produksi air liur dan menelan, cara alami ini dapat meredakan gejala asam lambung yang sedang naik dengan mengencerkan dan membersikan asam lambung dari tenggorokan." papar Sabrina panjang lebar.
"Selain pelukis, apa anda juga seorang dokter?" tebak Seno.
"Ah,,, bukan keduanya." Sabrina tersenyum. Senyum yang di mata Seno merupakan senyuman terindah yang pernah dia lihat. "Saya hanya pegawai gallery yang kadang suka iseng dan sok tau corat corat di atas kanvas, dan anda hampir membeli gambar tidak jelas saya dengan harga yang sangat tinggi (Sabrina tergelak) sementara untuk penyakit asam lambung,,,," Sabrina menjeda ucapannya, kali ini wajahnya terlihat sayu, tidak ada senyuman manis yang tadi sempat tersungging di bibirnya.
"Saya mengurus penyakit asam lambung akut ibu saya hampir tiga tahun belakangan ini, jadi lumayan sudah khatam, hehe," senyum Sabrina kali ini terkesan di paksakan.
"Ibu mu pasti senang punya putri yang selalu merawatnya saat sakit." ujar Seno, yang tiba-tiba teringat setiap penyakitnya kambuh hanya bisa menikmatinya sendirian, karena Erisa tidak pernah sekalipun mengurusinya, pernah sekali waktu penyakitnya kambuh saat dia sedang bersama Erisa, istrinya itu hanya menelpon dokter pribadi keluarganya untuk mengurusinya karena istrinya itu harus menghadiri rapat penting, membuat dia berandai-andai jika saja dirinya bisa di rawat Sabrina setiap penyakitnya kambuh,,, tapi bukankah itu sebuah andai-andai yang konyol?
"Ibu saya sudah berpulang beberpa hari yang lalu, tepat setelah anda membayar uang lukisan itu, membuat saya sempat merasa tidak enak hati takut jika anda mengira saya menipu anda karena tidak segera mengirim lukisannya pada anda."terang Sabrina.
"Oh, maaf..." ucap Seno yang merasa sedikit bersalah karena membuka luka kesedihan Sabrina yang baru saja di tinggal pergi ibunya.
Tok,,,tok,,,tok,,,
Jendela kaca mobil di ketuk dari luar, tanpa pikir pajang, Seno menurunkan kaca jendela mobilnya itu setelah melihat Beni berdiri di samping mobilnya.
Namun setelah setengah kaca mobil itu turun, wajah Beni yang merupakan sahabat sekaligus kakak iparnya itu terlihat syok bukan main.
Bagaimana tidak syok, dia mendapati suami dari adiknya itu sedang bersama seorang perempuan di dalam mobil, tidak hanya itu, dan yang lebih parah, pakaian yang di kenakan Seno sudah berantakan, beberapa kancing kemeja yang terbuka, dan ikat pinggang yang juga terlihat longgar bertengger tidak pada tempatnya.
"Apa yang sedang kau lakukan, bang sat?" tanya Beni penuh emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
lanjut
saya dukung seno sama Sabrina 😁
2023-11-21
1
Azizah az
lanjut dong
2023-11-21
1