Melukis Cinta Di Hatimu
"Mas,,, aku lelah." ujar Erisa saat Seno sang suami mencoba mencumbunya ketika dia baru saja membaringkan dirinya di kasur empuknya yang mewah setelah seharian bekerja.
Sebagai direktur sebuah perusahan konstruksi ternama di Ibukota, pekerjaan Erisa memang terbilang padat, bahkan hari ini dia baru selesai rapat dengan klien pada pukul delapan malam, saat sampai rumah, dia hanya ingin meluruskan punggungnya di atas kasur dan tidur tanpa ada gangguan apapun. Namun Erisa lupa jika di rumah dia adalah seorang istri, seharusnya dia bisa membagi waktunya dengan Seno yang nyaris tidak pernah protes dengan segala kesibukannya dan tidak pernah protes meski pria tampan yang mengajar sebagai dosen seni di sebuah universitas swasta terkenal itu hasratnya sering terabaikan.
Tangan Seno yang tadi mengusap mesra pipi sang istri harus terhenti, lagi-lagi dia harus menerima penolakan dari sang istri untuk mendapatkan haknya sebagai suami, dia harus berpuas diri hanya memandangi punggung Erisa yang bahkan tidak memberinya wajah.
Ranjang empuk nan mewah berharga puluhan juta yang seharusnya menjadi tempat paling hangat bagi pasangan suami istri kini terasa dingin dan tidak nyaman lagi, padahal,,, hanya di malam hari saja mereka bisa bertemu, karena selain itu waktu Erisa tersita habis untuk pekerjaannya yang seperti tidak pernah ada habisnya.
"Risa,,, Erisa,,," panggil Seno.
Sudah hampir tiga bulan lamanya dia tidak bisa menyentuh istrinya dengan alasan lelah, padahal usia pernikahan mereka seharusnya bisa di bilang masih hangat-hangatnya, karena usia pernikahan mereka baru akan genap satu tahun akhir bulan ini, namun kehangatan pernikahan mereka hanya terjadi di sebulan awal pernikahan mereka saja, selebihnya Erisa yang memang gila kerja itu kembali menenggelamkan diri dalam pekerjaannya.
Erisa memutar tubuhnya dengan enggan, "Ada apa lagi?" tanyanya dengan wajah yang tampak tidak berminat.
"Minggu depan ulang tahun pernikahan kita yang pertama, aku sudah memesan vila di Bali, aku harap kamu mengosongkan jadwal mu, sekalian kita berbulan madu." ujar Seno dengan lembut dan penuh harap.
Seno sengaja memberi tahu tentang rencananya dari jauh-jauh hari karena mengingat kesibukan Erisa, dia khawatir jika membuat acara kejutan untuk hari jadi pernikahannya mungkin akan gagal karna terbentur pekerjaan sang istri, jadi dia memutuskan untuk memberitahukan tentang rencana itu pada istrinya.
"Minggu depan,,,, oke. Nanti aku minta Pras untuk mengosongkan jadwal ku." jawab Erisa.
Seno tersenyum, "terimakasih sayang." ujar Seno sumringah.
Namun baru saja dia memajukan wajahnya untuk mengecup kening istrinya sebagai ucapan terimakasih dalam bentuk lain, wanita cantik dengan perawatan mahal itu buru-buru menjauhkan wajahnya.
"Aku baru memakai krim malam, sudahlah,,, ayo tidur. Aku ada rapat pagi besok." tolaknya seraya membalikan lagi tubuhnya dan memunggungi Seno seperti sebelumnya.
"Oke, selamat malam, sayang." hanya itu yang bisa Seno katakan sambil lagi-lagi harus menelan pahitnya penolakan dari sang istri.
Namun besar harapan Seno untuk bisa memperbaiki hubungan mereka, apalagi Erisa sudah menyetujui untuk perayaan anniversary pernikahan mereka yang pertama, dia sudah merencanakan banyak hal yang akan dia dan istrinya lakukan di sana, termasuk menyiapkan list tempat-tempat romantis untuk mereka kunjungi, sukur-sukur dengan kebersamaan mereka itu nantinya kan membuahkan anak di rahim sang istri.
Usia seno yang tahun ini akan menginjak 29 tahun dan sang istri yang sudah 27 tahun itu merasa sudah pantas untuk mendapatkan momongan, meski usia pernikahan mereka masih terbilang muda.
Seno masih ingat setahun yang lalu saat Beni sang sahabat mengatakan jika Erisa adik perempuannya menyukainya, Seno yang hanya seorang guru seni lukis itu hanya tersenyum miring saat menanggapi ocehan sahabatnya, bagaimana tidak, sahabatnya itu dari keluarga konglomerat terkenal, sementara dirinya hanya seniman pinggiran yang jauh dari kata kaya, karena dirinya hanya seorang anak yatim piatu yang membiayai hidup dan sekolahnya sendiri semenjak kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan belasan tahun yang lalu, beruntung mereka masih meninggalkan sebuah rumah sederhana yang bisa di jadikan tempatnya berteduh dan juga di jadikan sanggar tempat dirinya memberikan les menggambar, karena beruntung dia mempunyai hobby yang ternyata bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari bahkan bisa membayar biaya sekolah sampai lulus kuliah seni.
"Jangan keterlaluan kalau bercanda," jawab Seno saat itu ketika menanggapi ucapan Beni yang sudah sering berusaha menjodoh-jodohkan dirinya dengan adik perempuannya, dan seperti biasa Seno tidak pernah menanggapinya.
Namun pada suatu hari tiba-tiba Erisa datang menemui Seno di rumahnya dengan wajah yang tegang,
"Mas,,, kak Beni meminta ku untuk menjemput mu ke rumah sakit," ujar Erisa dengan wajah serius.
"Rumah sakit? Apa yang terjadi pada Beni?" tanya Seno khawatir.
"Tidak usah banyak tanya dulu, ayo kita bergegas ke sana." ajak Erisa tidak memberi kesempatan pada Seno untuk bertanya lebih banyak lagi padanya.
Bagai kerbau di cocok hidungnya Seno menurut saja, namun saat mereka sampai di rumah sakit, Beni yang sempat dia kira kenapa-napa ternyata sehat walafiat dan berdiri didepan salah satu kamar vip rumah sakit ditemani Jihan sang istri disana.
"Ben,,,," belum sempat Seno menyelesaikan kalimatnya, Beni dan Erisa sudah menariknya ke dalam ruangan vip itu.
Seorang pria tua terbaring lemah di sana, dialah Gunawan Adiguna, ayah dari Beni dan Erisa, pengusaha terkenal yang memiliki perusahaan konstruksi raksasa di tanah air, sehingga tanpa perlu bertanya meski sekian lama dia berteman dari masa kuliah dengan Beni dan tidak pernah sekalipun bertemu dengan ayahnya, dia dapat mengenali sosok pengusaha yang sering wara wiri di berita televisi maupun berita cetak dan online.
"Ayah, ini calon suami ku yang aku ceritakan pada mu tempo hari, namanya mas Seno, dia teman kak Beni." ujar Erisa tiba-tiba, membuat Seno kebingungan dan gelagapan sendiri, karena tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Erisa barusan.
Seno melirik ke arah Beni untuk meminta penjelasan, namun sahabatnya itu hanya berbisik, "Tolong bantu kami, keinginan terakhir ayah adalah melihat putri bungsunya menikah." wajah Beni memelas penuh mohon dan harap.
Pria tua yang sedang terbaring lemah itu menggerakkan tangannya memberi isyarat agar Seno mendekat padanya, gunawan meminta Seno untuk lebih mendekat ke arahnya, lalu dia membisikan sesuatu di telinga Seno yang membuat pria tampan itu terdiam membeku mendengar bisikan ayah dari sahabatnya itu.
Belum habis rasa keterkejutannya, satu kejutan datang lagi, seorang penghulu masuk ke ruangan itu bersama Jihan.
"Aku ingin menyaksikan pernikahan kalian, sebelum aku menghadap Tuhan, agar aku tenang karena putri bungsu ku ada yang mendampingi." ujar Gumawan lirih.
"Kenapa aku?" gumam Seno pada Erisa yang kini berdiri di sampingnya.
"Karena kamu baik, dan aku yakin mau membantu ku." jawab Erisa lugas dan penuh keyakinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ratih Arifin
tor tor
2024-02-11
1
Dwisya12Aurizra
wow, pantas mungkin Erisa cuma butuh seno hanya untuk sebuah status
2023-11-21
1
Dwisya12Aurizra
jangan salahkan suami mu kalo nanti sampe selingkuh, karena kau telah lalai dengan peran mu sebagai istri.
Hai teh, mampir nih
2023-11-21
1