"hallo jeng" ucap Bu Maya menelepon Bu Siska setelah sampai dirumahnya.
"iya jeng, Sefi ngga papa kan? Maafin anak saya ya jeng kalo nyakitin perasaan Sefi" ucap Bu Siska.
"Ngga papa jeng, justru Sefi malah lagi main sama temennya, tadi ngga pulang bareng saya kok" ucap Bu Maya
"Saya malah mau minta buat percepat saja perjodohan ini, karena menurut saya Sefi suka sama anak jeng Siska ini, bagaimana jeng?" tanya Bu Maya lagi.
Bagi Maya dan Siska mereka sudah sangat ingin menimang cucu, jadi perjodohan ini adalah langkah baik agar anaknya mendapatkan pasangan yang baik, tur bibir bebet bobotnya jelas.
"iya jeng, saya setuju banget, nanti Akbar biar saya yang bilangin ,pasti nurut kok" ucap Bu Siska, merencanakan perjodohan itu.
Merekapun berbincang-bincang mengenai perjodohan itu, menyewa WO dan sebuah hotel bintang lima untuk pernikahannya, butik pakaian dan lain sebagainya, jadi besok mereka akan bertunangan, biar semua wartawan meliput acara pernikahannya yang diadakan 3 hari lagi dari sekarang.
waktu menunjukan pukul 5 sore, Umipun masuk rumah dengan wajah ceria, membawa beberapa buku untuknya belajar, membeli di Bazaar tadi siang.
"sini duduk sayang" ucap Bu Maya yang sedang menikmati kripik kentang itu, Bu Maya perempuan yang awet muda, meski rambutnya sudah sebagian memutih, namun dia biarkan tak mau mewarnainya jadi membuat Umi sering tersadar akan usianya.
"Sefi...jujur sama mama, kamu suka kan sama Akbar?" tanya mama, melihat gelagat Umi yang tersipu merona, namun dia tak menjawab apapun mengingat sudah dua kali dia ditolak, membuatnya sakit hati.
"Besok Bu Siska akan datang dan melamar, kalian akan bertunangan dulu ya" ucap Bu Maya, tak menghiraukan Umi lagi, meski raut wajahnya menandakan protes karena dia tak ingin buru-buru menikah.
"Nurut sama mama ya, ini yang terbaik buat kalian berdua" ucap Bu maya.
***
"assalamualaikum" ucap seorag diluar pintu, bibi membukakan pintunya, masuklah Bu Siska dan keluarganya, berpakaian rapi, dan cantik, apalagi Akbar, yang mendapatkan keturunan eropa dari Bu Siska, meski ayahnya orang Indonesia, jadi Akbar blasteran, bersetelan jas hitam itu terlihat sangat keren.
Sudah menunggu Bu Maya dan keluarganya, Umi pun berbalut kebaya yang kemarin Bu Maya pilih dan belikan di mall, menggunakan kerudung yang di model kekinian membuatnya terlihat anggun, pun dengan make up tipis dan bibir yang pink terwarnai lipstik itu menambah nuansa meneduhkan bagi yang menatapnya.
"selamat sore pak Ilham dan keluarga, saya Toni, kakak dari Siska sebagai perwakilan dari pak Badrun dan Bu Siska untuk mengucapkan niat kami datang sore ini" ucap Toni, kakak Siska memperkenalkan diri.
"kami kesini hari ini untuk melamar putri bapak dan ibu, yang bernama Umi Safiratul Jannah untuk dipersunting putra kami, Akbar Nur Ibrahim, semoga niat baik ini diterima pihak keluarga bapak" ucap Toni lagi, menggunakan pengeras suara, di ruang tamu rumah Umi yang seperti istana itu, jadi muat untuk 200 orang.
Yang hari ini didekorasi sedemikian cantiknya, meski dengan bunga palsu, dari kemarin sore Bu Maya menelepon WO milik temannya jadi mereka lembur menggarap semalaman, pun catering yang dipesan dadakan namun tetap mereka sanggupi , alhasil sekarang tetap terlihat mewah.
Umi tak tahu menahu, karena semalam dia mengurung diri, meski mendengar orang ribut-ribut di bawah, dia masih jengkel dengan mamanya dan memilih fokus belajar, pun menggunakan earphone yang gede untuk subal telinga.
"Terimakasih atas ucapan dari pak Toni sebagai perwakilan dari pak Badrun, saya jawab selamat sore juga dan selamat datang dirumah kami yang sederhana pak Badrun dan keluarga sekalian, saya sebagai tuan rumah mengucapkan terimakasih atas niat baiknya, untuk jawaban dari niat itu kami terima dengan besar hati" ucap pak Ilham, yang tak meminta jawaban dari Umi, karena dia tahu Umi akan menolak, jadi tadi disepakati dengan bu Maya akan diterima begitu saja.
Para Wartawan yang telah diundangpun meliput acara pertunangan ini dengan antusias, mereka live di siaran masing-masing, atas rencana bersatunya kedua keluarga sulta ini.
"silahkan tukar cincin untuk kedua calon mempelai kita" ucap pak Toni yang disambut tepuk tangan yang meriah.
Akbar yang sejak tadi menahan marah itu hanya bisa pasrah, menghela napas berat.
"Ngga om, belum mahrom" ucap Akbar mengelak, membuat Umi berwajah sabar, dia sudah memantapkan hati untuk membuat Akbar luluh.
"Baiklah, dua hari lagi kita akan melangsungka pernikahannya di hotel bintang itu ya" ucap pak Badrun yang to the point tanpa perwakilan lagi, membuat semua orang bergembira dan bertepuk tangan, terkecuali dua orang itu, Umi yang sebenarnya senang namun juga marah karena masa mudanya terenggut, pun Akbar yang tak suka sejak awal dengan pernikahan dadakan dan paksaan ini.
"Sekarang mari makan dari hidangan yang telah disajikan" ucap Bu Maya akhirnya, mereka menikmati sore itu dengan gembira, dan wartawanpun diperbolehkan makan juga.
***
Dalam dua hari ini, Umi merasa sangat lelah, lelah mental dan lelah fisik pula, dia harus mencoba gaun pernikahan berulang-ulang, mungkin sudah ada selusin yang dia coba, ada yang kebesaran, ada yang kepanjangan, ada yang membuatnya terlihat terlalu mini, dan banyak lain, jad perlu memilih yang benar-benar sesuai yang pas untuk Umi.
Beruntung sultan, jadi tetap dilayani dengan sangat baik, desainer terkenal di kota ini yang turun tangan langsung, dalam dua hari ini merombak gaun yang indah menjadi lebih indah, dan pas untuk Umi seorang, bak putri Cinderella, belum lagi mencoba berbagai perhiasan dan sepatunya, terlebih yang membuat lelah dia harus dapat pelajaran mengenai pernikahan dari ibunya yang super duper bawel itu.
"huftt dalam semalam lagi, aku menjadi istri orang, huhu ini bagaimana? Apa aku harus curhat sama teman-temanku?" ucapnya dalam tagisan malam itu, akhirnya dia putuskan menelepon Mutiara sahabat karibnya, dan menumpahka keluh kesah itu.
Di sebrang telepon, Mutiara hanya bisa terpelongo mendengarkan ucapan Umi itu,
"Kamu siapa?" tanya Mutiara akhirnya.
"iihh Umi lah! Siapa lagi? Masa salah sambung sih?!" ucap Umi melihat nama yang terpampang benar mutiara.
"Kukira kamu Cinderella" ucap Mutiara akhirnya tertawa terbahak-bahak sampai menangis, bukannya ikut meratapi nasib seperti Umi, malah tertawa senang.
"kamu ngga bestfriend amat sih mut?!" sungut Umi, dia tekan tombol merah setelah mendengar ucapan mutiara berikutnya.
"Anak Sultan beda ya, kemarin naksir terus nembak sekarang malah dilamar" ucap Mutiara, padahal banyak yang mau diucapkan mutiara namun keburu dimatiin.
Akhirnya dia mengirim pesan kalo mau menghadiri pernikahannya, dan berharap dia bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments