Start Duluan

"Kak, udah punya pacar belum?" Tanya Umi kepada Akbar.

Akbar merasa heran baru pertama kali ini ada gadis yang berani menanyakan itu kepadanya, patut diacungi jempol sih, biasanya para gadis hanya berani mencuri pandang kepadaku, kata Kenzi, aku terlalu seram, masa iya buktinya yang ini langsung menatap mataku.

"Kenapa memangnya dek?" Ucap Akbar berniat menanyakan maksudnya, apakah dia mencari pasangan untuk dirinya sendiri, pikir Akbar

"Aku mau dong menyalonan diri" ucap Umi tanpa tedeng aling-aling.

'Wah! Bener dah, jujur sih, anak ini imut banget saking imutnya pingin aku cubit itu pipi, tapi apa cocok sama aku yang tinggi gede begini?' Batin akbar bimbang, namun berikutnya tak mau ambil pusing, masih ABG labil paling cuma iseng.

"Huss mi...spontan amat, mbokya kalem dikit" ucap Mutiara yang tak enak dilihat semua orang, sudah paling berisik mana tanya-tanya begitu lagi si Umi, membuatnya semakin tak enak hati, apalagi sudah dilayani seperti ini.

"Hehe, kan nggapapa Ra, daripada kalah start sama yang lainnya" bisik Umi.

'Aku yakin bahwa dia calon imam idamanku, dengan lengan kokohnya mampu menopang ku disaat kusedih, duh apa sih mikirnya, ngga baik ini, dosa ,belum mahrom, aku terlalu jatuh hati dengan cake buatannya sampai yang buat ingin kujadikan suamiku' batin Umi yang juga menyadari entah keberanian dari mana berkata seperti itu, namun tak iya utarakan di mukanya, malu lah, biar juga nasi sudah menjadi bubur, gas pol dah!.

"Em..sudah malam, kalian pulanglah, masih anak-anak begini,ntar dimarahin orang tua loh" ucap Akbar tersenyum, mencoba mengelak dari pertanyaan Umi itu, juga tak enak hati dengan pelanggan lain, mereka menjadi ajang drama dadakan.

"Kita udah lulus SMA lo kak" ucap teman Umi tak mau kalah

"Iya kalian lulus SMA, tapi ini ada anak SD disini, anterin pulang sana" ucap Akbar guyon 

"Huh! Sembarangan ya, aku juga udah lulus SMA tau!" Ucap Umi ketus

"Eh masa sih?" Tanya Akbar dengan muka dikagetin, meski dia sudah tau dari perkumpulan anak ini, namun dia ledek dengan perawakannya itu.

"Kalian pulanglah, terimakasih sudah mau berlangganan di restoran kami" ucap Akbar menangkupkan kedua tangannya seraya undur diri

"Sebentar dong kak, jawab dulu pertanyaan ku" ucap Umi

Dia entah dapat keberanian darimana tetep kekeh minta perhatiannya Akbar.

"Kak Akbar dah punya pacar belum?" Tanya Umi

"Kalo udah kenapa dek?" Tanya Akbar

"Bohong!" Ucap Umi

"Lah kok bohong?" Tanya Akbar tak mengerti

"Iya, setahu aku kakak ada di restoran ini terus, weekend juga iya" ucap Umi

"Kamu mata-matain saya ya?" Tanya Akbar dengan mata memicing, 'Atau aku salah menilai dia tadi, kupikir dia gadis yang lugu dan polos hanya ngefans denganku, kenapa dia tau keseharianku?' pikir Akbar merasa curiga.

"Ya ngga, kebetulan aja ,aku kan sering kesini kak" ucap Umi dengan muka merah, nanti dikira dia keganjenan suka ngintip kegiatan orang lain

"Nah kalo ngga yaudah, sana pulanglah, udah malem ini ,hampir jam 8 loh" ucap Akbar melihat jam tangannya.

"Iihh kak Akbar, aku suka sama kakak" ucap Umi lantang

"Iya makasih udah suka saya" ucap Akbar

"Maksudku cinta kak, aku mau Kakak jadi pacarku" ucap Umi

"Maaf tapi harus kutolak" ucap Akbar namun meneliti Umi dari atas kebawah.

Jujur dalam hati, Umi ini imut, manis dan ada rasa ingin melindunginya, pipi bakpaonya apalagi kaya manggil ingin dicubit, tapi kalo ingat sosok dirinya yang gagah tinggi besar begini bersanding sama Umi kan dikiranya paman sama ponakan, meski tipe Akbar yang mini seperti ini, tapi tengsin dong kalo di depan publik begini, masa iya cewek yang nembak cowok, meski terdengar teriakan "terima terima" dimana-mana tapi kan imageku yang bakal rusak.

"Kenapa kak? Aku kurang cantik? Ngga baik? Kakak belum kenal aku kan?" Ucap Umi

"Kamu juga hanya tau saya dari orang-orang kan, ngga tahu saya seperti apa" ucap Akbar

"Sudah ya dek, aku mau kerja lagi" sambung Akbar berusaha setenang mungkin

"Karena sama-sama ngga tahu, makanya kita saling mengenal satu sama lain kak" ucap Umi

"Dek..." Ucap Akbar

"Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta" ucap Umi mengambil pepatah entah darimana.

"Dek...duh, ngga usah dilanjutin lagi ya" ucap Akbar lagi, dia masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, ngga habis pikir harus meladeni ABG labil begini.

"Aku cinta sama kak Akbar" ucap Umi kemudian

"Tapi aku ngga cinta sama kamu dek, kamu masih kecil, saya ngga suka sama anak kecil" ucap Akbar kemudian.

Bagai disambar geledek, ketika Akbar berbalik ke arah dapur, air mata Umi menetes dan dia terduduk lesu dikursinya.

"Udah mi...ngga usah diambil hati omongan begitu..." Ucap Mutiara

"Iya umi....cowok ngga dia doang...ntar di univ kita nyari cowok keren lainnya yok" ucap teman lainnya berusaha menyemangati Umi.

"Tapi masa aku dibilang anak kecil sih?!" Jengkel Umi

"Yah....emang tampangnya kaya anak kecil sih" ucap temennya lalu disikut Mutiara

"Eh maaf mi...udah ngga usah dipikirin, jodoh tu ngga kemana" sambung temennya itu.

"Iya mi...kalo jodoh ngga akan kemana, udah ah, ngga usah melow melow meong, kita kan lagi ngerayain acara kelulusan, masa mau nangis nangis Bombay, ngga lucu ah" ucap Mutiara

"Hem...iya sih, udah ah, yuk lanjut lagi, makannya dihabisin ,trus pulang yuk" ucap Umi

"Nah gitu dong..." Jawab mutiara ,dia juga tak sampa hati jika harus melihat Umi yang periang menangis, hatinya tak rela, seperti adik kecilnya dilukai, ingin dia bejek-bejek orang yang bikin nangis Umi biar jadi rujak cingur eh rujak bebek.

***

Tintin! Mutiara memencet klakson motornya didepan gerbang sebuah mansion besar bercat gading, meski malam temaram namun mansion itu terlihat megah, anggun dengan lampu menyala terang, pun dengan taman didepan rumah yang terlihat menambah nuansa mewahnya mansion ini.

"Mi...ngga salah alamat kan?" Tanya Mutiara

"Hehe, ngga lah Ra, ini rumah orang tuaku" ucap Umi yang lalu turun dari motor itu memencet bel didepan gerbang

"Iya, siapa disana?" tanya suara dari interkom bel itu.

"Mang Ujang! Ini Sefi! Bukain pintunya" ucap Umi, jika dirumah memang dipanggil non Sefi, kan ngga lucu kalo maminya manggil umi ke anaknya sendiri.

"Oo baik non, sebentar" ucap suara mang ujang disebrang 

Grek! Tittit Brum! Gerbang terbuka, dan berdiri satpam dengan seragam gagahnya.

"Malam non, kok telat pulangnya?" Tanya mang Ujang

"Hehe iya, habis acara sama temen-temen, mami papi dah pulang mang?" Tanya Umi

"Udah dari tadi sore non, ini temennya?" Tanya mang Ujang

"Iya, kenalin ini mutiara, sahabat sefi" ucap Umi

"Mutiara mang" ucap mutiara menganggukkan kepala

"Ya udah ,aku balik dulu ya mi" ucap mutiara kepada Umi

"Ngga masuk dulu ti?" Tanya Umi.

"Ngga, besok-besok aja, udah malem loh ini" ucap mutiara

"Yaudah ,hati-hati ya" jawab Umi melambaikan tangannya.

"Oke" jawab mutiara berbalik dan pergi.

Umi berjingkat perlahan memasuki pintu utama itu, supaya tak ada yang mendengarnya, dengan mengendap-endao dan nafas yang sengaja ditahan, namun pintu ini tak mau berkompromi , dia berbunyi kala menutup lagi.

"Kok pulangnya larut banget?" Tanya sebuah suara

"Heee maa, iya baru selesai acaranya" ucap Umi nyengir saat melihat maminya duduk di ruang TV itu

"Sini duduk dulu" ucap mama Maya

"Nanti dulu ya ma, mau mandi dulu trus sholat, oo ya tolong bilang bibi bikinin susu jahe ya ma, dijalan dingin banget soalnya" ucap Umi

Selang 20 menit kemudian

"Kenapa ma?" Tanya Umi yang sudah turun dari kamarnya, karena kamarnya di lantai 2, dengan pakaian piama tebal dan masih berkerudung.

"Sini duduk dulu nak, ini susujahenya juga masih anget" ucap mama Maya

"Oke, makasih bi!" Ucap Umi teriak kearah dapur

"Iya sama-sama non" jawab bibi, 

Bagi umi, bibinya sudah seperti ibunya sendiri, karena orang tuanya terlampau sibuk, jadilah sedari kecil diasuh oleh pembantu dan ditemani karyawan dirumah.

"Mama mau ngomong, kamu kan udah lulus SMA, nah sekarang mama kenalin sama temen mama ya" ucap mamanya, melihat putrinya meneguk susu jahe dengan lahapnya

"Kenalin aja nggapapa ma, dia juga baru lulus?" Tanya Umi

"Ngga, dia udah kerja, udah mapan kok" ucap mama Maya tersenyum kala mendengar anaknya mau dikenalin.

"Oo yaudah ,nanti kasih kontaknya aja ma, ntar kuajak nongkrong bareng temen-temen sefi" ucap Umi

"Kok nongkrong bareng si nak? Dia itu cowok mapan ya sibuk kerja lah, tapi kalo ada waktu luang nggapapa si kayaya" ucap mama berpikir

"Maksud mama mau ngenalin cowok gitu?" Tanya Umi

"Lah masa ngenalin cewek sayang...ngertiin mama, mama papa udah tua" ucap mama Maya

"Udah ya, stop disitu! Sefi ngga mau denger kelanjutannya" ucap Umi menghabiskan susujahenya dan ditaruh di meja, beruntung ngga disembur itu jesu, kan mubhazir.

"Sefi yang harus dengerin mama! Mama sama papa udah masuk kepala 5 sayang...usia ngga ada yang tau" ucap mama Maya mencekal tangan Umi yang mau bangkit dari sofa itu

"Jangan bawa-bawa usia ma, mama mau ninggalin sefi? Sefi baru lulus SMA ma! Sefi mau nikmatin masa muda sefi!" Ucap Umi yang sudah berurai air mata

"Kan nanti bisa nikmati usia muda bersama suami kamu nanti sefi.." ucap mama Maya

"Mama ngga ngerti!" Ucap Umi jengkel dan menghempaskan tangannya beranjak ke arah kamarnya di lantai 2.

"Mama begini biar kamu ngga menyesal sayang! Kamu harus nurut sama mama ya, besok mama aturin jadwal biar kamu bisa ketemu" ucap mama Maya tetep kekeh

"Bodo amat!" Ucap Umi jengkel membanting pintu.

Hatinya sakit kala mengingat ucapan mamanya tapi lebih sakit karena ingat membentak orang tua itu dosa, 'ya Alloh ampuni sefi ya Alloh' batin Umi.

Karena memang orang tua Sefi menikah diusia terbilang bukan muda, di usia 30 baru menikah, dan baru 8 tahun dikaruniai putri cantik , yaitu Umi Safiratul Jannah, putri semata wayangnya, kini usianya masuk senja dan ingin melihat Umi bersanding dengan orang yang pantas dan mampu melindunginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!