Kring! Kring!
"Hallo" ucap Akbar mengangkat telepon tanpa melihat layar HPnya
"Mas! Kamu dimana?" Ucap mama Siska
"Lagi di kantor ma, kenapa?" Tanya Akbar dengan malas, karena pasti satu topik yang dibicarakan mamanya, yaitu nikahnya dia, banyak kali mamanya mencarikan calon namun dia tolak.
"Kok masih kerja terus, ini jam 11 malem loh" ucap Mama Siska, heran mama Siska melihat putranya yang gila kerja, sampai malam-malam tak jarang hingga dini hari dia masih betah mengerjakan berkas-berkas itu, namun dia salut dengan itu ,karena di usianya yang masih muda sudah sukses dengan usahanya sendiri, namun kapan dia bisa menimang cucu kalo anaknya aja didepan kertas terus?, batin Siska.
"Kaya mama ngga pernah aja, banyak nih kerjaan belum kelar, kanapa ma?" Tanya Akbar ketusnya, karena mengganggu waktu kerjanya, Akbarpun ingin segera kelar kerjaan yang menggunung ini, jika bisa minta asistennya yang ngerjain, tapi ini terkhusus kan untuk sang CEO sebagai penentu akhir, jadi maksudnya asistennya juga udah menyaring kerjaan yang banyak ini, ini tinggal finishnya aja, kebayang ngga sih kerjaan asistennya, 3 kali lipatnya.
"Kamu besok harus nemuin seseorang ya bareng mama" ucap Bu Siska yang dengan kekeh untuk kali ini harus berhasil.
"Ma , kan Akbar dah bilang ada yang Akbar sukai, ngga usah dijodoh-jodohin segala" ucap Akbar jengkel.
"Ngga usah bohong, mama tahu itu cuma alesan" ucap mama Siska, yang seperti memiliki indra keenam kala melihat soal putranya, takkan dia tertipu daya.
"Huh, ma! Kenapa sih buru-buru Akbar buat nikah, Akbar bukanya ngga laku ma!" Ucap Akbar, tak habis pikir, banyak juga kok teman-temannya yang belum menikah, meski Kenzi kawan karibnya udah punya anak satu.
"Iya kalo ngga laku harusnya mama udah punya 2 cucu, ini mana, boro-boro cucu, calon istri aja ngga nemu" ucap Siska jengkel juga, mengingat anaknya yang keras kepala.
"Apa sih ma.." ucap Akbar
"Udah ngga usah bantah lagi, istri tuh ngga jatuh dari langit, besok kamu harus bareng mama nemuin calon istri pilihan mama, dia baik banget, sesuai kriteria kamu, percaya sama mama" ucap Bu Siska memotong ucapan Akbar
"Hah! Terserah mama lah" ucap Akbar akhirnya, karena jika berdebat dengan mamanya tak akan selesai tujuh hari tujuh malam.
Kring! "Halo bar" ucap Kenzi
"Kenapa Ken?" Tanya Akbar menerima telepon dari Kenzi ,sahabatnya dan partner bisnis dalam membangun restoran bersama.
"Tuh ada micelle, dia nyari masalah di restoran lagi" ucap Kenzi
"Kenapa lagi tuh cewek?" Tanya Akbar
"Nyariin lu!" Ucap Kenzi spontan, Akbar memutar bola matanya
"Ya udah si, bilang aja aku ngga ada" ucap Akbar
"Iya udah, tapi ngga percaya, dia geledah itu seluruh restoran, sampai karung beraspun dicarinya" ucap Kenzi tak habis pikir
"Ya Alloh! Kurang apa dia harus ngejar saya, kan banyak fans nya, kenapa ngga dipungut satu sih?" Ucap Akbar frustasi
"Lah orang maunya kamu yang artis Eropa ini" ucap Kenzi
"Ngga usah ngomong aneh-aneh kamu, biarin aja lah, toh mamaku ngga suka sama dia" ucap Akbar
"Kenapa bawa-bawa mamamu? Kamu ada pikiran nerima micelle ya?" Tanya Kenzi
Akbar menutup mulutnya dengan kedua jarinya, karena tanpa sadar keceplosan, jangan sampai tahu sahabatnya ini kalo dia dikerjar-kejar mamanya buat nikah, selama ini dia tahunya aku seorang jomblowan yang tak suka asmara, sebenernya akupun normal ingin pula punya istri yang mengurusiku dan punya anak-anak yang menggemaskan untuk meramaikan rumahku, dan bahagia karena kehangatan mereka.
"Ya ngga juga, dia cuma anak manja yang bawa-bawa nama orang tuanya disemua situasinya, bukan tipeku banget" ucap Akbar mengelak dengan nada sarkasmenya.
"Nah gitu kenapa ngga kamu kasih tau, bikin restoran kacau aja" ucap Kenzi kesal, karena jika tak ada Akbar maka Kenzilah yang harus turun tangan, sudah berkali-kali cewek satu ini datang ke restoran.
"Kasih tau udah dari dulu-dulu kali, dianya aja yah ganjen" ucap Akbar
Akbar jadi keinget cewek mungil kaya anak SD tadi sore, yang dengan spontan nembak dia, memang sih ngga ada sorot kebohongan dimatanya, dan dia juga sepertinya bukan tipe yang nyari pacar untuk gengsinya aja kaya micelle, sepetinya dia baik, tapi Akbar udah nolak duluan, udahlah toh jodoh ngga kemana kata orang dulu.
"Mending ngelarin ini berkas dulu lah" ucap Akbar yang mengerjakan berkas dari perusahaannya itu, ya Akbar memiliki usaha makanan ringan, berbagai macam makanan yang sudah dikeluarkan dari perusahaannya dan sudah merambah ke manca negara, jadilah dia super sibuk, siangnya dia jadi chef di restoran malamnya harus mengecek berkasnya, beruntung memiliki asisten yang dapat diandalkan untuk menjalankan perusahaannya saat dia ada di restoran.
Hingga waktu menunjukan pukul 12.30 WIB, mata sudah setengah mengantuk , dua gelas kopi sudah dia minum, dan kerjaan baru setengah yang beres
'udah lah, besok lagi' pikir Akbar dia beranjak ke sofa diruang kerja itu untuk tidur.
Meski sering disuruh pulang ke rumah namun dia sering hingga larut ada dikantornya jadilah rumah kedua baginya, meski dia juga punya rumah minimalis dan apartemennya sendiri, biarlah itu jadi properti pikirnya.
***
"Kukuruyuk"
Bunyi ayam itu menandakan waktu menunjukan pukul 4 pagi, sebelum fajar menyingsing diufuk timur, Umi membiasakan diri sudah bangun sejak petang untuk sholat tahajud dan bertadarus menunggu shubuh tiba, hingga setelah mentari bersinar pagi menyinari kamar yang bernuansa hijau toska dan pink itu.
"Nanana" senandung Umi menyiapkan berkas-berkas untuk mendaftar ke universitasnya.
Setelah membuka laptopnya, terpampang dengan jelas penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SBMPTN, yang diadakan 2 bulan lagi.
"Aku meski siap kalo mau kuliah jalur SBMPTN, biar ngga terlalu nyusahin orang tua" ucap Umi dengan penuh tekad.
Setelah mendaftar melalui online dan menscan data diri yang diperlukan, Umi tercatat sebagai pelamar.
"Jadi aku mesti belajar giat ini" ucap Umi yang berniat pergi ke perpustakaan daerah di sebrang sekolah SMAnya.
"Halo mutiara" ucap Umi menelepon sahabatnya itu.
"Ntar siang ke perpus yuk" ajak Umi
"Oke , kutunggu di kost ya" ucap mutiara , karena kostnya tak jauh dari perpustakaan itu.
"Oke" jawab Umi menutup telepon bergegas mandi dan berdandan dengan make up tipis-tipis agar kelihatan segar.
Setelah selesai, Umipun turun untuk sarapan pagi.
"Pagi non" sapa bibi
"Pagi bi ..mama papa mana bi?" Tanya Umi
"Sebentar lagi turun non" ucap bibi
"Oke" jawab Umi memainkan handphonenya
"Eh udah cantik anak mama, yuk kalo gitu langsung ketemuan aja, mama janjinya jam 10 an si" ucap mamanya
"Apaan sih ma, orang mau ketemu mutiara, mau ke perpus" ucap Umi jengkel
"Ya itu setelahnya aja, kita bisa jalan-jalan dulu, udah lama ngga jalan sama mama kan?" Tanya mama
Umi sebenernya males, namun apa mau dikata, mamanya kalo udah ngeyel dan bawa-bawa umur pasti jatuhnya nangis, umi ngga tega melihat mamanya nangis.
Setelah sarapan selesai, umi menuruti mamanya ,naik ke mobil pribadi mamanya itu melaju ke sebuah mall ternama di kota itu.
"Wah...lihat itu nak, kebaya itu bagus buat kamu deh, lihat dulu yuk, ini cocok deh, mbak bungkus dua ya, ini sepatu bagus loh nak, kamu cobain ya" ucap mama Maya
"Ma...yang mau shopping itu mama atau aku? Kok aku terus yang nyobain, ini belanjaan udah banyak, ada gamis, kebaya, dress mini-mini siapa mau pakai pula? Sekarang apa? Sandal sepatu?" Ucap Umi frustasi
"Duh...anak gadis mama ngga kaya anak gadis lainnya, biasanya semangat loh kalo disuruh belanja ,ini malah ngambek, gimana sih kamu nak?" Tanya mama Maya heran
"Belanja juga suka, tapi ngga over begini ma, Sefi ngga biasa shopping banyak-banyak, lagian baju sefi masih banyak yang belum dipakai" ucap Sefi memikirkan pakaian di dalam lemari kamarnya, mau diapain itu baju banyak banget.
"Yaudah nanti di kasihkan ke panti aja baju-baju lama kamu nak, dipilih-pilih ,biar bibi bantuin, kan sayang" ucap mama Maya sambil melihat sandal cantik-cantik
Emang ya, emak tuh kalo buat anak bisa khilaf, ngga bayi ngga anak-anak, ini udah dewasa Lo tetep aja dimanjain begini, rutuk Umi dalam hati.
"Eh udah jam 10 nih, yuk ke restoran tempat janjian" ucap mama mengajak Umi
Setelah tiba ternyata sudah menunggu dua orang, perempuan paruh baya dan seorang pemuda tampan ,yang tak lain adalah Akbar Nur Ibrahim, cowok yang ditaksir oleh Umi, seketika mulut Umi membentuk O bulat sempurna.
"Pagi jeng....gimana kabarnya?" Ucap mama Maya cipika cipiki dengan mama Siska
"Baik jeng, ini kenalin anak saya yang gagah, Akbar" ucap mama Siska
"Ini Sefi ya...udah gede ya nak, tambah cantik aja, ini Tante Siska ,masih ingat Tante ngga?" Sambung Siska
"Halo tante, iya ingat, teman mama yang dulu sering main kerumah kan" ucap Umi tersenyum manis , hatinya kini berdangdut ria kala berhadapan dengan Akbar, yang akan dijodohkannya.
Berbeda dengan Akbar, yang wajahnya semakin asem, 'jadi gara-gara tutolak kamu minta mamamu buat dijodohin' batin Akbar semakin tak suka dengan Umi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments