Tawaran menarik

" Aku rasa cukup luangkan waktumu untuk kita, Sya. Aku yakin kita bisa punya anak. Jika dalam enam bulan kamu tidak juga hamil aku bersedia melakukan apapun yang kamu suruh. " Juan meninggalkan Marsya yang masih terpaku di tempatnya.

" Sial... dia keras kepala sekali. Aku sudah tidak sabar. " Umpat Marsya setelah mendengar mobil Juan meninggalkan halaman rumah.

" Aku tidak menyangka sesulit ini. Tahu begini aku tidak mau menikah dengannya. Ini semua gara gara Mama. Hah... " Marsya memukul ranjang meluapkan kekesalannya. Entah apa sebenarnya yang dia inginkan dari Juan. Hanya Marsya dan Tuhanlah yang tahu.

Juan melajukan  mobilnya menuju Firma miliknya. Juan memang seorang pengacara handal di kotanya. Cita citanya sejak kecil yang selalu dia ceritakan pada adik sepupu kecilnya dulu  . Sesaat Juan mengingat Medina adik kesayangannya. Mereka memiliki cita cita masing masing. Dengan alasan tersendiri.

Flashback on

Medina menangis di pelukan Juan. Penyebabnya adalah Medina tidak terima Bunda dipersalahkan atas dosa yang tidak Bundanya perbuat. Tapi Bunda menolak berterus terang karena melindungi nama baik Ayahnya dan juga perasaan Medina.

" Bagaimana cara Mei melindungi Bunda, Kak. Hiks... Hiks...! " Ucap Medina dengan berurai air mata.

" Bersabarlah Mei, Kakak akan menjadi pengacara agar bisa mengungkapkan kebenarannya. Agar Mei dan Bunda tidak tersakiti. Tapi Mei harus sabar. Bertahanlah meski sesulit apapun, ok  ! " Ucap Juan menenangkan Medina.

" Baik Kak, Mei akan menunggu, Kak Juan. "

" Mei... kamu mau jadi apa kalau sudah besar  ? " Tanya Juan mengalihkan perhatian Medina.

" Mei ingin jadi Dokter, tapi Dokter tulang. Agar Mei bisa mengobati Kakek. Mei lihat Kakek sering mengeluh kakinya sering sakit. " Ucap Medina dengan mata berbinar.

" Wah... Kakek pasti senang jika Mei jadi Dokter tulang. " Juan mengusap kepala Medina lembut.

" Semoga kelak kita bisa meraih cita-cita kita ya, Kak.

" Iya Mei sayang. "

Flashback off

Juan menarik napas lelah, ingatan tentang Medina selalu mengusiknya. Apalagi ada amanah kakeknya yang harus Juan laksanakan. Tapi waktu Juan tersita oleh kesibukannya sebagai Pengacara dan pewaris perusahaan milik kakeknya.

Menjalani dua peran sekaligus membuatnya hampir menyerah. Tapi demi menjaga janjinya pada Medina dia mempertahankan profesi nya sebagai Pengacara sekaligus pemilik Firma hukum.

" Dimana kamu Mei... ? Kenapa sulit sekali mencari mu. " Tanya Juan pada angin.

Sudah lima belas tahun, Juan perkirakan Medina pasti sudah menyelesaikan studi spesialis ortopedi sesuai cita citanya. Dan Juan berharap Bunda bisa mendukung Medina untuk mencapai cita-cita nya.

Akhirnya Juan tiba di Firma hukum miliknya. Kedatangannya langsung disambut asistennya di pintu lobi.

" Pak, syukur anda sudah datang. Klien kita yang dari luar pulau datang lagi, Pak. Beliau ingin menemui anda secara langsung. " Ucap asisten Juan yang bernama Ando.

" Keras kepala juga dia. Saya sudah tolak beberapa kali padahal. " Ucap Juan yang terus melangkah diikuti asistennya.

" Beliau ingin anda sendiri yang turun, Pak. Berapapun bayarannya. " Ucap Ando dan menerbitkan senyum miring di bibir Juan.

" Menarik... tolong antar tamu kita ke ruang meeting. Akan saya temui sepuluh menit lagi. " Akhirnya Juan dan Ando berpisah menuju tempat masing masing.

*****

Di ruang meeting duduk seorang pria paruh baya, seusia dengan Papa Juan. Pria yang tidak lagi muda itu terlihat parlente. Dengan rambut yang klimis dan berpakaian rapi . Tidak bisa dipungkiri jika yang melekat di tubuhnya semua barang bermerek.

Tidak lama kemudian seorang OG datang membawakan secangkir kopi dengan aroma semerbak memenuhi ruangan itu.

" Silahkan diminum Tuan . " Ucap wanita muda itu dengan ramah.

" Terima kasih, kopi buatanmu wangi sekali." Ucap pria itu dengan nada sedikit genit.

" Saya permisi. " Ucap wanita itu malu malu.

Tanpa disadari interaksi keduanya tertangkap oleh mata Juan. " Dasar buaya tua. " Ucap Juan dalam hatinya.

" Selamat pagi  , Pak. " Sapa wanita tadi saat berpapasan dengan Juan di pintu.

" Pagi...! " Jawab Juan singkat.

Interaksi itu menarik ekstensi pria paruh baya itu. Kemudian dia berdiri menyambut Juan dengan mengulurkan tangannya.

" Juanda Mahardika ... ternyata anda masih sangat muda, Pak pengacara. " Seloroh Pria paruh baya itu.

" Saya sudah menuju kepala empat, Pak Abdullah Husain. " Sahut Juan dengan sedikit senyum ramah.

" Anda masih terlihat dua puluh lima tahun, Pak pengacara. " Jawab Husain kembali.

" Panggil saya Juan saja, Pak. Biar lebih nyaman. "

" Baiklah, Nak Juan. Andai saya punya anak perempuan saya akan senang jika anda jadi mantu saya. " Husain tertawa senang. Bertemu dengan pengacara yang dia harapkan akan membantunya menyelesaikan masalah nya.

" Anda bisa saja, Pak. Kalau begitu apa yang bisa saya bantu untuk anda, Pak. " Juan langsung bertanya untuk mempersingkat waktu. Dia harus pergi ke perusahaan milik kakeknya setelah ini.

" Anda sedang buru buru, anak muda  ? " Tanya Husein dengan mata penuh selidik.

" Tidak, Pak santai saja. Saya hanya bertanya saja. " Ucap Juan serba salah.

" Ok, saya akan langsung saja. Saya minta bantuanmu, Nak. Seperti yang Anda tahu saya memiliki sebuah rumah sakit terbesar di pulau Sumatera. Dan rumah sakit itu dulu pernah nyaris mati suri di tangan sepupu saya . Tapi dengan cepat saya membangunnya kembali dengan merombak manajemen dan kepemilikan rumah sakit itu menjadi seratus persen milikku. Tapi sepupu kurang ajar itu datang dengan dokumen lama yang menyatakan rumah sakit itu masih miliknya. "

Husein menceritakan kronologi rumah sakit itu menjadi milinya. Juan mendengar dengan seksama dan mencatat beberapa poin penting dalam penjabaran Husein.

" Apakah semua dokumen kepemilikan milik anda lengkap, Pak  ? " Tanya Juan.

" Tentu saja. Aku tidak main main saat mengambil alih rumah sakit itu. Tapi ada seorang saksi yang membelot ke arah sepupu saya itu. Inilah yang menjadi kendala, karena tiba tiba dia mengaku dipaksa untuk tanda tangan. Anda tahu saya tidak suka kekerasan, jika tidak ingin rasanya menonjok mukanya. " Ucap Husein sambil terkekeh.

" Pria tua yang aneh. " Pikir Juan.

Bisa bisanya Husein tertawa tanpa beban padahal dia tengah emosi.

" Saya ingin andalah yang turun, Pak pengacara. Aku tidak percaya yang lain. Jangan khawatir semua akomodasi tanggungan ku. Mengenai bayaran, andai Anda bisa membungkam maniak tua itu, maka anda boleh minta apa saja. Aku punya Resort di sebuah pulau pribadi. Atau Anda ingin saham rumah sakit, saya serahkan lima persen untuk anda. Minta saja , asalkan masuk akal pasti saya kabulkan. "

" Benar benar pria unik. " Gumam Juan dalam hati.

" Nanti saja masalah bayaran, biar saya pikirkan dulu. Tapi jika anda di pihak yang benar saya pasti membantu Anda, Pak. " Juan tidak ingin berdiri di tempat yang salah. " Boleh saya minta kopian data yang Anda punya, Pak. Jika saya tidak menemukan yang janggal. Saya pasti akan langsung menemui Anda di pulau seberang. " Lanjut Juan meyakinkan Husein.

" Ok, itu gampang. Nanti saya suruh orang saya menyerahkan padamu, Anak muda. "

Pembicaraan terhenti sampai disitu. Akhirnya Husein undur diri dan menunggu kabar dari Juan. Begitupun Juan setelah kepergian Husein dia memeriksa beberapa laporan yang harus dia tandatangani. Setelah selesai Juan langsung bergerak ke perusahaan milik kakeknya.

Perusahaan pengolahan batu intan menjadi berlian. Memiliki tambang pribadi di daerah pedalaman Papua dan kalimantan. Dan menghasilkan berlian kualitas terbaik di negara ini. Bahkan menembus pasar internasional.

Sayangnya sang kakek sudah meninggal beberapa tahun lalu. Meninggalkan banyak beban dan tugas yang harus dia jalankan. Namun tidak banyak yang bisa Juan lakukan disaat orang orang disekitarnya tidak bisa dia percaya. Termasuk Mama dan Papanya.

Juan kembali menarik napas kasar. Tubuhnya lelah pikirannya penuh, tapi hatinya masih saja terbebani oleh tugas dari sang kakek. Untuk mencari Bunda dan Medina yang hilang seperti ditelan bumi. Sangat disayangkan Bunda tidak memiliki keluarga bahkan teman sejak menikahi pamannya.

Bundanya terlalu patuh untuk mengabdi di keluarga Sanjaya. Padahal yang dia terima hanyalah penghinaan hingga akhir. Baik oleh pamannya, Mamanya bahkan Neneknya. Juan merasa malu mengakui mereka sebagai keluarga. Seperti manusia tidak berhati. Tapi sang kakek tetap menasehati Juan untuk tetap menghormati mereka sebagai orang yang tua.

...----------------...

Jangan lupa di komen like and vote 😁

Love You💗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!