Chapter 2 - Pengagum Liliyana

Liliyana tak pernah ada waktu untuk sekedar memikirkan bagaimana kehidupan dewasanya nanti. Entah itu untuk menikah dan bagaimana rupa suaminya kelak. Liliyana sibuk merawat kakeknya, Juan Pratama yang menderita komplikasi sejak ia masih berumur lima belas tahun. Ketika teman sebayanya fokus menuntut ilmu dan berkreasi di luar sana.

Liliyana harus sibuk menjaga kakeknya yang seringkali kambuh dan hanya terbaring di tempat tidur. Meski begitu Liliyana sudah berhasil menyelesaikan studinya. Di usinya yang menginjak 22 tahun, dia tak mengira akan dilamar oleh seorang pria yang amat dikaguminya diam-diam.

“Kehadiran saya dan istri saya, bersama putra saya Kalandra ingin melamar cucu perempuan Anda, Tuan Juan.”

Kakek Juan kebetulan sedang dalam kondisi yang cukup baik saat itu. Liliyana sedang bersembunyi di balik tembok sambil mengintip percakapan di ruang keluarga. Jantungnya berdebar-debar tatkala ia mendengar sesuatu yang mungkin saja salah. Mana mungkin tuan Kalandra melamarnya?

“Maksudnya bagaimana Pak Antonio? Maaf saya kurang paham,” sahut Juan.

“Begini, tuan Juan bersahabat dengan kakek Kalandra, beliau seperti yang kita tahu sedang tebaring di rumah sakit. Beliau meminta agar Kalandra dinikahkan dengan cucu Anda, begitu Tuan Juan,” terang Antonio.

Kakek Juan mengangguk-angguk. “Oh, baik saya mengerti. Maaf karena belakangan ini saya belum bisa mengunjungi Anggara. Sebab kondisi saya sendiri sempat menurun beberapa waktu ini. Begitu juga Lily yang sibuk merawat saya,” ujar kakek Juan.

“Kami sangat mengerti, Tuan. Cucu Anda Lily sangat perhatian. Anda sangat beruntung,” kata Antonio.

Kakek Juan melirik Kalandra yang hanya diam saja, tak keluar sepatah kata pun dari mulutnya sejak duduk tadi.

“Nak Kalandra, apa kau mengenal cucu saya?”

Kalandra menatap Kakek Juan dengan senyum tipis.

“Belum, Kek.”

“Saya dan Anggara memang sangat dekat dulu. Tapi untuk pernikahan ini saya tak bisa memutuskan. Biar Lily yang memutuskannya langsung.”

Liliyana yang mendengar itu langsung memegang dadanya gugup. Ia belum siap berhadapan langsung dengan Kalandra sekarang.

“Lily, kesini Nak. Kakek ingin bicara.”

Kakek Juan tahu bahwa Liliyana bersembunyi di balik tembok sejak tadi.

Liliyana pun keluar dengan ragu-ragu. “Iya, Kek.”

Kalandra menatap Liliyana sekilas. Kemudian pria itu langsung menghela napas. Sangat polos, batinnya.

Liliyana lalu duduk di samping kakeknya setelah menyapa Antonio dan istrinya.

“Begini, Nak. Kedatangan tamu kita hari ini adalah untuk menyampaikan niat baiknya. Keinginan yang berhubungan dengan mu.”

Liliyana hanya diam sambil menunduk.

“Nak Kalandra ingin melamarmu. Apa kau bersedia menerima lamaran nak Kalandra?”

Liliyana meneguk ludah susah payah. Ia lalu mengambil napas dalam sebelum mengangkat wajahnya.

“Kau bisa langsung jawab saja karena tak ada banyak waktu. Kondisi kakek Kalandra seperti yang kau tahu, beliau sedang sakit. Jika kau bersedia katakan kau menerima, jika tidak kau juga tak perlu merasa tidak enak,” jelas kakek Juan pada cucunya.

Sambil memilin jari-jari mungilnya Liliyana menatap tamu di hadapannya dengan lembut.

“Lily menerima, Kek.”

***

Perjalanan menuju kediaman Kalandra masih lumayan jauh. Liliyana yang baru saja menerima telepon dari kakek Anggara langsung tak dapat berkata-kata. Begitu juga Kalandra yang agak jengkel karena kakeknya itu di saat masih sakit sekalipun masih saja mencampuri urusan pernikahannya.

Kakek Anggara sempat-sempatnya meminta agar Kalandra tidak berulah dengan memberikan kamar terpisah bagi Liliyana. Padahal memang tadinya Kalandra ingin memisahkan kamarnya dengan kamar Liliyana.

“Em, Mas Alan, bolehkah aku minta berhenti di minimarket depan sebentar?” ucap Liliyana dengan suara kecilnya.

“Mau apa.” Kalandra amat ketus dan dingin. Kalaulah pria itu bisa hangat sedikit saja pasti lebih baik, batin Liliyana.

“Mau beli sesuatu,” jawab Liliyana.

“Ya, hanya sebentar.” Kalandra lalu berhenti agak jauh dari minimarket. “Kau jalan saja ke sana, aku tunggu di sini.”

Liliyana melihat masih ada jarak sekitar dua puluh meter ke minimarket. “Baik, terima kasih, Mas.”

Liliyana turun dari mobil mewah Kalandra lalu berjalan kaki menuju minimarket. Ia masuk ke dalam minimarket dan langsung menuju ke tempat rak yang menyimpan pembalut wanita.

“Kalau tidak dipersiapkan aku hanya akan kerepotan nantinya,” gumam Liliyana.

Saat ia tengah memilih pembalut yang biasa ia gunakan. Seorang pria tiba-tiba tak sengaja menabraknya.

“Astaga maafkan aku” kata Liliyana. Padahal jelas yang menabrak adalah pria itu.

“Hei, jelas-jelas aku yang menabrakmu—“ Pria itu malah tertegun setelah melihat wajah Liliyana. “Cantik sekali.”

Liliyana melirik ke kanan dan ke kiri. “Maaf ya,” ucapnya bingung.

“Ah, aku yang salah aku yang minta maaf,” kata pria itu pada Liliyana.

“Em, ya, gak apa-apa kok.” Liliyana tersenyum ramah sewajarnya.

Kemudian setelah mendapatkan apa yang akan dia beli, Liliyana berjalan menuju meja kasir.

“Ini saja, Kak? Ada yang lain?” tanya Kasir pada Liliyana.

“Iya itu saja,” jawab Liliyana.

Pria tadi mengikuti Liliyana sambil tersenyum-senyum memperhatikan gerak-gerik Liliyana.

Liliyana menoleh, ia agak tak nyaman saat pria disebelahnya malah melihatnya seperti itu.

“Kak totalnya lima puluh delapan ribu rupiah,” kata kasir.

“Oh baik sebentar.” Liliyana mencari-cari dompetnya, tapi di dalam tas yang ia bawa malah tidak ada.

Astaga apa tertinggal di kamar ya, batin Liliyana.

“Em ada apa?” tanya pria di sebelah Liliyana.

“Eh, gapapa kok,” jawab Liliyana.

“Mbak sekalian ini ya, di satuin saja pembayarannya,” ujar pria itu meminta agar kasir menghitung sekalian dengan belanjaan Liliyana tadi.

“Mas gak usah, maaf saya gak mau ngerepotin,” kata Liliyana menggeleng.

“Gapapa kok sesama manusia harus tolong menolong,” ucap pria itu.

Liliyana merasa tidak enak. "Aku bisa minta seseorang untuk bayarin kok.”

Pria itu kelihatan agak berpikir tapi kemudian ia malah senyum pada Liliyana. “Tidak apa, jangan merasa gak enak. Lagian hanya lima puluh ribu,” ujarnya.

Liliyana memang tak enak juga jika harus meminta pada Kalandra. Tapi bukan berarti dia seenaknya menerima bantuan orang asing, kan.

“Aku akan membayarnya nanti, ya. Terima kasih.”

“Tidak perlu, saya ikhlas.”

Liliyana makin bingung sekarang. “Hem, aku sudah merepotkan. Terima kasih dan maafkan aku ya.”

Menurut pria itu jarang ada gadis sepolos itu. Padahal hanya lima puluh ribu, jumlah yang amat receh baginya. Tapi dia bersyukur karena turun ke minimarket untuk sekedar membeli permen. Akhirnya dia bisa bertemu gadis cantik berparas dan berhati selembut bidadari.

“Sama-sama.”

“Kalau begitu aku permisi ya.”

Liliyana hendak keluar minimarket. Pria itu buru-buru menyelesaikan pembayarannya untuk mengejar Liliyana. Namun sayangnya Liliyana sudah menghilang begitu saja.

“Argh! Kenapa kau tidak tanya siapa namanya!” geram pria itu sambil mengacak rambutnya frustrasi.

Liliyana masuk kembali ke mobil Kalandra, ia lalu mencari sesuatu di dalam tasnya yang ada di mobil Kalandra.

“Cari apa?” tanya Kalandra penasaran.

“Dompet. Sepertinya ketinggalan di rumah,” jawab Liliyana.

“Oh.” Tanpa bertanya lebih lanjut, Kalandra langsung menjalankan mobilnya. Liliyana menghela napas berat. Dia kira Kalandra akan bertanya dengan cara apa ia membayar belanjaan kalau dompetnya saja ketinggalan.

Sesampainya di rumah Kalandra, Liliyana langsung disuguhi kemewahan dimana-mana

Meski dia bukan dari kalangan keluarga kekurangan. Tapi kesederhanaan adalah hal yang paling nyaman baginya.

“Itu kamarnya, silakan kau taruh barang-barang kamu,” ujar Kalandra dingin. Padahal koper Liliyana cukup besar tapi Kalandra tak berinisiatif membantu membawanya.

“Iya, Mas.” Liliyana menarik kopernya agak kesulitan, tapi dia tetap tidak meminta tolong Kalandra karena terlalu segan.

Tak lama bel rumah Kalandra berbunyi. Siapa ya, kok udah ada tamu padahal mereka baru saja pindah. Liliyana membatin.

“Alan! Apa kabar?”

“Abi, kau ngapain kesini?”

Liliyana akhirnya selesai menaruh kopernya. Ia lalu keluar karena tasnya masih tertinggal di ruang tamu. Begitu ia kembali ke ruang tamu, dia bertemu dengan orang yang baru saja dia temui. Ya, pria asing di minimarket.

“Kau?” Liliyana kaget kenapa orang itu ada di rumah Kalandra.

“Kenalkan, dia sepupu saya,” ujar Kalandra pada Liliyana.

“S-Sepupu?”

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

bodohmu alan dpt gadis polos cantik disia" kn
klo suami sendiri g hargai istri ada laki lain yg akn meratukan dia nnti

2023-11-22

2

JianXu_Gege

JianXu_Gege

Abimanyu kayaknya suka sama Lily

2023-11-17

0

JianXu_Gege

JianXu_Gege

parah bgt cuman oh doanggggggg🫠🫠🫠

2023-11-17

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Pernikahan
2 Chapter 2 - Pengagum Liliyana
3 Chapter 3 - Aku Tertarik Dengan Lily
4 Chapter 4 - Rencana Bulan Madu
5 Chapter 5 - Bulan Madu
6 Chapter 6 - Hanya Improvisasi
7 Chapter 7 - Membeli Oleh-oleh
8 Chapter 8 - Kenapa Harus Celana?
9 Chapter 9 - Sikap Kalandra Yang Menyebalkan
10 Chapter 10 - Pemilik Hati Murni
11 Chapter 11 - Karena Dia Membenciku
12 Chapter 12 - Kedatangan Mama Mertua
13 Chapter 13 - Reaksi Alamiah Pria Dewasa
14 Chapter 14 - Kau Tak Suka Aku Cium?
15 Chapter 15 - Bolehkah Aku Meniduri mu?
16 Chapter 16 - Sayang, Jangan Menangis.
17 Chapter 17 - Tentang Semalam
18 Chapter 18 - Permintaan Maaf Kalandra
19 Chapter 19 - Aku Takkan Berhenti Menyukai Istrimu
20 Chapter 20 - Sudah Jelas Itu Cemburu
21 Chapter 21 - Rupanya Dia Memang Cantik
22 Chapter 22 - Hukuman Menyenangkan Atau Menyakitkan?
23 Chapter 23 - Sepertinya Aku Mulai Menyukai Liliyana
24 Chapter 24 - Aku Sangat Menyukai Mas Alan
25 Chapter 25 - Cinta Mulai Bersemi
26 Chapter 26 : Kencan (1)
27 Chapter 27 - Kencan (2)
28 Chapter 28 - Tamu Tak Diundang
29 Chapter 29 - Siapa Michele?
30 Chapter 30 - Aku Hanya Ingin Memiliki Anak Darimu
31 Chapter 31 - Kau Cemburu?
32 Chapter 32 - Aku Mau Bercinta Lagi
33 Chapter 33 - Pesta Pernikahan
34 Chapter 34 - Wanita Gila Vs Istri Sah
35 Chapter 35 - Apa Kau Bermimpi Basah?
36 Chapter 36 - Pillow Talk
Episodes

Updated 36 Episodes

1
Chapter 1 - Pernikahan
2
Chapter 2 - Pengagum Liliyana
3
Chapter 3 - Aku Tertarik Dengan Lily
4
Chapter 4 - Rencana Bulan Madu
5
Chapter 5 - Bulan Madu
6
Chapter 6 - Hanya Improvisasi
7
Chapter 7 - Membeli Oleh-oleh
8
Chapter 8 - Kenapa Harus Celana?
9
Chapter 9 - Sikap Kalandra Yang Menyebalkan
10
Chapter 10 - Pemilik Hati Murni
11
Chapter 11 - Karena Dia Membenciku
12
Chapter 12 - Kedatangan Mama Mertua
13
Chapter 13 - Reaksi Alamiah Pria Dewasa
14
Chapter 14 - Kau Tak Suka Aku Cium?
15
Chapter 15 - Bolehkah Aku Meniduri mu?
16
Chapter 16 - Sayang, Jangan Menangis.
17
Chapter 17 - Tentang Semalam
18
Chapter 18 - Permintaan Maaf Kalandra
19
Chapter 19 - Aku Takkan Berhenti Menyukai Istrimu
20
Chapter 20 - Sudah Jelas Itu Cemburu
21
Chapter 21 - Rupanya Dia Memang Cantik
22
Chapter 22 - Hukuman Menyenangkan Atau Menyakitkan?
23
Chapter 23 - Sepertinya Aku Mulai Menyukai Liliyana
24
Chapter 24 - Aku Sangat Menyukai Mas Alan
25
Chapter 25 - Cinta Mulai Bersemi
26
Chapter 26 : Kencan (1)
27
Chapter 27 - Kencan (2)
28
Chapter 28 - Tamu Tak Diundang
29
Chapter 29 - Siapa Michele?
30
Chapter 30 - Aku Hanya Ingin Memiliki Anak Darimu
31
Chapter 31 - Kau Cemburu?
32
Chapter 32 - Aku Mau Bercinta Lagi
33
Chapter 33 - Pesta Pernikahan
34
Chapter 34 - Wanita Gila Vs Istri Sah
35
Chapter 35 - Apa Kau Bermimpi Basah?
36
Chapter 36 - Pillow Talk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!