“Ya, dia sepupuku namanya Abi, Abimanyu.”
Abimanyu ternyata adalah pria yang membantu Liliyana membayar pembalut di minimarket tadi. Abimanyu juga tak mengira jika akan ada kebetulan semacam itu dalam hidupnya. Dia amat menyesali keadaan yang terjadi. Rupanya gadis cantik yang membuatnya seketika tertarik itu merupakan istri dari sepupunya sendiri.
“Lan, dia istrimu?” tanya Abimanyu memastikan. Pertanyaan bodoh. Sudah pasti itu memang istrinya, kan.
“Hem,” jawab Kalandra agak malas. “Mau apa kau kemari?”
Liliyana masih tertegun di posisinya berdiri. Abimanyu yang mengetahui fakta itu langsung menghampiri Liliyana tanpa menjawab pertanyaan Kalandra.
“Nona, apa benar kau istrinya?” tanya Abimanyu pada Liliyana.
Liliyana tersenyum canggung pada Abimanyu. “Iya,” angguknya pelan.
“Oh Tuhan! Kenapa harus kebetulan semacam ini sih!” geram Abimanyu sambil mengusap kasar wajahnya.
Kalandra tak mengerti kenapa Abimanyu kelihatan kesal begitu.
“Hei, kau kenapa sih, Bi?!” sentak Kalandra tidak mengerti.
“Maaf Nona, kenalkan aku Abi, kau?”
Liliyana ragu-ragu menerima uluran tangan Abimanyu. Tapi demi menghormati dia pun menjabat tangan Abimanyu. “Aku Lily, sekali lagi aku minta maaf sudah merepotkan. Sebentar, ya.”
Liliyana menatap Kalandra takut-takut. “Mas boleh pinjam uangnya?”
Kalandra mengerutkan kening. “Apa.”
“Oh my God.” Abimanyu memijat keningnya pusing. Dia makin menginginkan Liliyana yang menurutnya amat menggemaskan itu.
“Untuk apa kamu pinjam uang sama suamimu? Apa dia sepelit itu, ya?” ucap Abimanyu.
Liliyana menggeleng cepat. “Bukan gitu. Dompetku ketinggalan di rumah Kakek. Makanya aku tadi gak bisa bayar di minimarket.”
Abimanyu tersenyum lalu berdiri di depan gadis mungil itu. “Lily sudah kubilang aku ikhlas. Jangan dipikirkan ya.”
Liliyana menunduk. “Tapi itu tetap kuanggap hutang kok.”
“Lho, gak perlu kok. Beneran.”
Kalandra memperhatikan interaksi antara Liliyana dan Abimanyu merasa heran. Ada apa dengan mereka. Kenapa malah seperti sok akrab.
“Kalian saling kenal?”
Abimanyu menatap Kalandra ketus. “Suami macam apa kau, Lan. Istrimu lupa bawa dompet tadi ke minimarket. Lagipula bisa-bisanya punya istri cantik dan baik kau biarkan pergi sendiri. Kalau aku sih gak akan rela. Malah kujaga dia kemanapun dia pergi.”
Liliyana terkejut mendengar ucapan Abimanyu.
Sedangkan Kalandra merasa ucapan Abimanyu itu layaknya omong kosong.
“Lebih baik kau pulang. Aku lelah baru pindahan.” Kalandra bersikap ketus.
Rupanya benar, Kalandra sama sekali tak peduli apa yang sudah menimpanya. Liliyana merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Kalandra hendak masuk ke kamarnya tanpa memedulikan Abimanyu. Sementara Liliyana terus merasa tak enak karena uang lima puluh ribu.
“Kenapa mas Alan gitu sih. Aku cuman pinjam uangnya, gak minta gitu aja,” gumam Liliyana.
Abimanyu merasa Kalandra amat bodoh karena sudah bersikap dingin begitu pada gadis secantik dan sebaik Liliyana. Ya, walaupun dia sudah dengar bahwa pernikahan diam-diam Kalandra dan istrinya dilangsungkan karena perjodohan antar keluarga. Tapi jika gadis yang dijodohkan seperti Liliyana, menurutnya Kalandra malah beruntung bukan kepalang. Baru pertama kali bertemu saja harus diakui Abimanyu amat tertarik pada Liliyana.
“Hei, kau masih gak enak masalah uang lima puluh ribu itu?” tanya Abimanyu.
Liliyana menatap Abimanyu lalu mengangguk-angguk. “Iya. Maaf ya. Kalau aku sudah ambil dompetku lagi, aku pasti bayar kok.”
Abimanyu tersenyum. “Gini aja deh, gimana kalau kau gak perlu bayar pakai uang. Lagian itu cuman lima puluh ribu,” katanya pada Liliyana.
Liliyana bingung. “Terus pakai apa?”
“Hem, pakai senyuman aja.”
Liliyana makin bingung.
“Loh kok gitu. Masa bayar hutang pakai senyum?” jawab Liliyana polos.
Abimanyu mengangguk. “Iya, karena senyumanmu cantik banget.”
Liliyana menggeleng tak paham. “Gak boleh begitu deh kayaknya.”
“Boleh dong. Emangnya Alan bakalan marah kalau kau senyum kepadaku?”
Mustahil itu terjadi. Kalandra sama sekali tidak peduli. Padahal Liliyana berharap sekali bisa dekat dengan Kalandra. Tapi Kalandra malah menujukkan sikap yang sebaliknya. Boro-boro mengakrabkan diri kalau sikap Kalandra dingin dan ketus begitu sejak tadi.
“Gak kok tapi beneran bisa dengan senyum aja?” tanya Liliyana. Tidak apalah, yang terpenting dia bisa lega karena tidak punya hutang lagi.
“Iya, karena senyumanmu amat berharga,” jawab Abimanyu.
Liliyana mengekeh geli. “Kau aneh ya. Senyum aku gak berharga. Lagipula aku sudah senyum sampai gigiku kering pada banyak orang jadi tak masalah aku senyum untukmu."
Abimanyu terpesona dengan suara tawa renyah Liliyana. Belum lagi jantungnya yang berdebar kencang tak terkendali.
“Cantik sekali,” ucap Abimanyu.
“Siapa?” tanya Liliyana.
Abimanyu menggeleng. “Milik orang, tapi bisa jadi calon milikku.”
Liliyana tak begitu jelas mendengar perkataan Abimanyu karena amat pelan.
“Hem, kalau gitu terima kasih ya. Karena kau udah mau menganggap lunas hutangku,” ujar Liliyana.
Abimanyu menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Apa boleh dia tidak tahu diri begitu. Padahal kedatangannya ke rumah Kalandra untuk menyampaikan kado dari orang tuanya yang tak bisa menghadiri pernikahan dadakan Kalandra. Dua tiket berbulan madu untuk pasangan yang baru saja menikah itu.
“Sama-sama, Lily. Aku senang bisa bertemu denganmu.”
Liliyana tersenyum lagi. “Iya, karena kau sepupu Mas Alan, berarti kita saudara.”
Sayang begitu. Padahal Abimanyu inginnya Liliyana menjadi pasangannya. Kenapa harus Kalandra yang dijodohkan sih, bukan dia saja.
“Ya sayangnya begitu,” jawab Abimanyu.
**
Abimanyu menemui Kalandra yang tengah minum kopi di balkon rumahnya. Ia lalu meletakkan dua tiket bulan madu hadiah dari orang tuanya.
“Apa itu?” tanya Kalandra. Kesal, kenapa sepupunya itu belum juga pulang.
“Hadiah dari ayah ibuku untukmu,” jawab Abimanyu.
“Aku tidak butuh itu,” tolak Kalandra.
Abimanyu terkekeh. “Oh Astaga. Alan Alan, kalau saja posisi kita bisa ditukar.”
“Maksudmu?” tanya Kalandra tak paham dengan ucapan Abimanyu barusan.
“Ya, biar aku saja yang menggantikan kau menikah dengan Liliyana. Aku akan berterima kasih karena anugerah Tuhan begitu besar.”
Kalandra berdecih. Lagi-lagi Abimanyu membicarakan omong kosong. “Ya, kalau saja begitu.”
Abimanyu duduk di hadapan Kalandra. “Apa aku saja yang gantikan kau?”
“Apa lagi Abi, sebaiknya kau pulang,” jawab Kalandra.
“Aku suka rela kalau kau mau aku menggantikanmu."
“Diamlah jangan banyak omong kosong.”
“Jujur saja nih ya. Aku tertarik dengan Lily.”
Kalandra melihat keseriusan yang diucapkan Abimanyu. Kenapa Abimanyu bisa setertarik itu pada Liliyana. Apa spesialnya gadis itu memangnya.
“Kau diam saja, aku yakin kau tidak menyukai Liliyana sebagai istrimu kan, Lan?”
“Abimanyu sebaiknya kau segera pulang!” tegas Kalandra.
Namun meski dia tidak ada rasa terhadap Liliyana, dia tetap tidak senang mendengar ucapan Abimanyu itu.
“Ya, aku akan pulang. Tapi aku akan sering berkunjung ke rumahmu untuk melihat Liliyana,” ujar Abimanyu tanpa merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
udah terang"an loh istrimu di incar
2023-11-22
0
JianXu_Gege
wow abiiiiiiiii emang boleehhh????
2023-11-17
0
JianXu_Gege
jiaaaahhhh🤣🤣🤣🤭
2023-11-17
0