Setelah kejadian semalam, Mu Xia baru saja ingat bahwa dirinya telah melupakan kesepakatan yang ditawarkan Ye Chen sebelumnya. Ia belum memberi jawaban pasti, hal itu membuatnya agak gelisah dan tidak berhenti bertanya mengenai pria tersebut pada Kiko. Namun, jawaban Kiko tetap sama. Tidak ada cara untuk menemukannya sebab, mereka hanya mendapatkan layar kosong dengan bertuliskan nihil di tengah.
Rambut pirang Mu Xia acak-acakan tertiup angin, begitu pula dengan gaun ungu yang ia kenakan. Mu Xia mencemooh pikirannya yang tiba-tiba tertuju pada pria itu. Entah kenapa kini ia yakin, Ye Chen mampu menolongnya dari tubuhnya yang malang ini. Buktinya, hari ini perasaan berbeda datang darinya, tubuhnya. Ia merasa sudah bisa mengangkat sekarung beras sekarang.
Hari ini, Akademi Ming baru saja membuka pendaftaran murid baru. Tahun lalu, Mu Xia tertolak masuk karena ia gagal dalam tes fisik dan keterampilan. Tapi, tahun ini ia bertekad untuk kembali mengikuti tes ulang walau dia harus berhadapan dengan beberapa senior alias sepupunya sendiri di sana. Itu bukanlah masalah besar malahan salah satu hal yang Mu Xia tidak sabar untuk ia tunggu.
Dia sangat menikmati angin sepoi-sepoi yang menembus rambutnya, hal itu bagai membawanya terbang ke awan terlebih jika ia menutup matanya dengan rapat. Tidak lama, suara yang sangat ia hindari kedatangannya terdengar lantang di telinga membuatnya terpaksa membuka matanya secara lebar dan menatap wajah wanita itu dengan datar tanpa ekspresi.
Mu Xia menghela napas dalam-dalam, memperhatikan sosoknya yang menyeramkan menatap dirinya dengan tajam sembari menumpu pada tongkat yang biasa wanita itu gunakan sehari-hari. “Nenek,” sapa Mu Xia dengan sopan. “Bagaimana keadaanmu?” lanjutnya basa-basi.
“Jangan berpura-pura lugu di depanku dasar kamu iblis! Kamu menyerang Mu Rong semalam dan kami sudah sepakat akan melaporkan mu ke Pengadilan Kekaisaran!” Kecam Chen Qiu pada cucu angkatnya.
Mu Xia mengeluarkan suara tawa yang keras namun tak berselang lama wajahnya kembali mendingin dengan tatapannya yang tajam membalas nenek tua yang telah menindasnya selama lima belas tahun. “Lalu apa yang akan kalian lakukan? Ritual pengusir setan, begitu?” sekali lagi tawanya keluar tak tertahankan.
Chen Qiu menahan dadanya agar tidak terkena imbas akibat luapan amarah yang akan dia keluarkan untuk Mu Xia. “Entah apa yang ada dalam dirimu, ritual apapun yang akan kami lakukan asalkan iblis sepertimu lenyap dari kediaman kami!”
Suara langkah kaki yang lain secara impulsif hadir di antara mereka, Mu Rong yang menyelipkan tangannya pada lengan Pangeran Liu Jin terlihat menyeringai dari kejauhan dan beberapa pengawal di belakangnya dengan kompak menghampiri kediaman Mu Xia untuk mengkonfrontasi nya secara langsung.
“Pangeran, Ini Mu Xia. Putri angkat keluarga kami, seperti yang ku ceritakan bahwa dia telah menyakitiku tadi malam. Tapi, tidak ada kata maaf yang keluar dari mulutnya sedikitpun. Aku sungguh merasa terhina, sebagai calon selir mu dia bahkan tidak menghormati ku!” Ucapan Mu Rong yang mendayu membuat Mu Xia merasa geli.
“Salam pada Yang Mulia Putra Mahkota!” Mu Xia menunduk memberi hormat pada Pangeran Liu Jin yang menatapnya tanpa jeda. Seolah dia adalah patung lilin yang cantik dan hidup.
“Kamu adalah Mu Xia, putri kesayangan mendiang Jenderal Mu?” Putra Mahkota masih menatap Mu Xia dengan binar penuh kekaguman di matanya.
“Benar, aku adalah putri angkat Jenderal Mu.” jawab Mu Xia dengan ramah.
“Mu Rong, Mu Xia mungkin masih terpukul dengan kejadian yang menimpa orang tuanya. Kamu seharusnya sering mengunjungi Nona Mu Xia untuk menghiburnya. Bagaimana pun, dia adalah adikmu!” Ucapan Putra Mahkota membuat Mu Rong mengerutkan alisnya, bukan ini yang dia inginkan. Dia mengeluhkan sikap Mu Xia agar calon suaminya itu memberi pelajaran padanya bukan malah belas kasih.
“Yang Mulia Pangeran benar, aku sangat kesepian dan sering merasa sendiri. Rasanya, emosiku menjadi tidak stabil.” Mu Xia membuat raut wajah sedih untuk menipu pria mata keranjang di depannya. Benar saja, kucing mana yang tidak suka ikan terlebih ikannya sangat menawan seperti Mu Xia.
Pangeran Liu Jin mengambil langkah lebih jauh ke arah Mu Xia, melepaskan ikatan tangan Mu Rong yang melingkar. Ia kemudian dengan penuh sopan meraih tangan Mu Xia dan mengecupnya perlahan. “Apa Mu Xia butuh seorang tabib? Aku akan mencarikan tabib terbaik di seluruh Beiji bahkan di seluruh Kekaisaran untuk menghilangkan rasa trauma yang dialami dirimu.”
Chen Qiu menajamkan pandangannya kemudian menarik lengan Mu Xia agar ia menjaga jarak dengan Putra Mahkota. Namun, secara sengaja Mu Xia menjatuhkan dirinya ke belakang agar terlihat lebih menyedihkan. Siapa bilang dia tidak bisa menjadi ratu drama, tentu saja dia bisa melakukan apapun.
“Nenek, maaf tubuhku yang lemah ini tidak mampu menahan tarikan tanganmu yang kasar.” Mu Xia menunduk dan masih bersimpuh di bawah.
Putra Mahkota mengerutkan alisnya kemudian mengulurkan tangan pada Mu Xia seraya kembali menatap tajam Chen Qiu. “Nyonya Chen, tidak bisakah kamu bersikap lembut?”
“Maafkan aku Yang Mulia, Mu Xia memang sudah lemah sejak kecil tadi aku hanya menariknya secara perlahan agar dia tidak terlalu lancang mendekati orang sepertimu. Dia orang rendahan harus menjaga sikap di depan keluarga kerajaan seperti Yang Mulia. Aku hanya mendidiknya.” Chen Qiu beralasan.
Mu Xia menyeringai dalam posisi menunduk, menyenangkan melihat drama kolosal yang mampu memuaskan dirinya ini. Setidaknya, hidupnya tidak terlalu monoton setelah melihat keributan di depannya. Putra Mahkota bahkan membantunya berdiri, melihat dengan lembut wajah Mu Xia yang masih menunduk. Setelahnya Putra Mahkota tidak ingin lagi memperpanjang masalah, ia kemudian meminta Mu Rong dan Chen Qiu untuk lebih memperhatikan Mu Xia yang ia kira masih belum sembuh dari traumanya.
Sedangkan Mu Xia, kembali berjalan ke pasar tradisional mencari di mana Ye Chen berada. Setelah beberapa jam mencari, ia duduk di kedai minuman karena lelah. Kiko masih belum menemukan jejak dari Ye Chen, bahkan tidak terdeteksi sedikit pun. Mu Xia hanya bisa berharap pria itu akan muncul seperti sebelumnya. Menemuinya atau ditemukan olehnya.
Karena sudah beberapa jam berjalan tanpa arah akhirnya Mu Xia kembali ke kediaman setelah matahari terbenam. Langit mulai gelap dan angin musim gugur membawa dedaunan kering ke jalanan yang ia lewati. Mu Xia akhirnya sampai ke rumah dan meminta Xie ’er menyiapkan air hangat untuk ia berendam.
Setelah semuanya tersedia, satu persatu Mu Xia melepaskan pakaiannya dan menenggelamkan tubuhnya yang lengket karena seharian berkeliling pasar ke bak mandi besar. Memejamkan matanya sejenak untuk menikmati hangatnya air dan lembutnya udara di dalam ruangan tersebut. Mu Xia mendengar suara pintu terbuka, tanpa membuka matanya ia tersenyum ringan. “Xie ’er tubuhku sedikit lelah, bisakah kamu memijatnya sebentar?”
Tanpa ada jawaban sebuah tangan meraih kedua bahu Mu Xia, anehnya tangan itu terasa kapalan dan lebih besar dari dugaannya sebelum akhirnya ia membuka mata dan mengerjap karena melihat Ye Chen di sana.
“Dengan senang hati, Nona.” ucapnya dengan seringai khas seorang Ye Chen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ros Lina
rambut putih salju apa rambut pirang sich sebenarnya
2024-05-19
0
mia0211
ga bahaya taaa??
2023-11-17
1