Hari itu berakhir dengan aman tanpa ada keributan apapun, semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk tidur dan bermimpi indah. Begitu juga dengan Rain yang kali ini akan bermalam di Mansion Adeliano.
"Aku berharap semuanya akan berjalan baik-baik saja."
^^^Aku baik-baik aja, kamu gak perlu khawatir ☺️^^^
^^^✓ 21.22^^^
...----------------...
Keesokan harinya di Mansion Adeliano lebih tepatnya di dapur para maid tengah sibuk membuat makanan untuk Nona Muda Kesayangan mereka.
Yahh, kedatangan Rain yang akhirnya menginap di Mansion merupakan hal yang jarang terjadi. Tentu saja mereka dengan senang hati ingin menyambutnya dengan baik.
Sedangkan Rain sendiri tengah menikmati keindahan pagi hari di balkon kamarnya. Tanpa tahu jika setiap hari ada seorang yang selalu cemburu dan iri dengan apa yang dirinya dapatkan.
"Padahal cuma dia yang datang kayak siapa aja yang datang !" Ujarnya tanpa menutupi kecemburuannya.
Waktu semakin berlalu, tibalah saatnya untuk sarapan dan disinilah Rain, duduk menyendiri ditengah keluarga. Ada tapi tiada, bahkan Sang Papa pun seperti tidak menyadari kehadiran dirinya.
"Reina gimana persiapan sekolah kamu, sebentar lagi liburan selesai ?" Tanya Papa dengan serius.
"Udah siap semua kok Pa." Jawab Reina dengan lembut.
"Bagus nanti kalau uangnya kurang, kamu bilang sama Papa." Ujar Papa yang sepertinya belum menyadari hal lain.
Saat Sang Papa ingin pergi bekerja tiba-tiba ada suara yang sangat mengejutkan dirinya.
"Non mau tambah lagi minumannya ?" Tanya salah satu Maid dengan lumayan keras seperti di sengaja.
"Enggak Bi, ini aku mau langsung pergi kok. Kapan-kapan aja deh kalau aku kesini nanti aku minta lagi." Jelas Rain yang sambil pergi ke kamar untuk mengambil barang-barang.
"Duluan ya Bi." Pamit Rain pada semua maid yang ada dan mengabaikan kehadiran baik Papa ataupun Mama.
'Ya Nona, hati-hati.' Ucap mereka tanpa berani bersuara, mereka langsung berbalik tanpa peduli dengan tanggapan Sang Tuan Rumah.
'Itu tadi Rain, kok aku gak sadar ada Raina di sana.' Jelas Papa yang seperti orang linglung.
Saat Papa ingin menghampiri Rain, sebuah suara telepon menghambatnya dan mengingatkannya jika ada meeting penting pagi ini. Papa masih berusaha untuk menemui Rain saat di garasi berharap anaknya masih di sana.
Namun sepertinya terlambat, sebuah suara motor besar baru saja pergi meninggalkan kediamannya. Papa hanya bisa diam terpaku mengingat dia tak punya kesempatan untuk berbicara dengan anak kesayangannya.
Akhirnya Sang Papa pun pergi ke kantor dengan keadaan tidak baik-baik saja.
...'Terkadang sebuah keluarga yang harmonis atau sebuah hubungan yang romantis hanya butuh waktu. Tapi sayangnya dunia tidak akan memberikan itu, tinggal bagaimana mereka menjalaninya ... '...
Rain pun pergi dengan perasaan penuh luka dan darah, dia membawa motornya dengan cepat tanpa peduli dengan keselamatannya.
Sekarang yang dirinya inginkan adalah pergi menjauh dari keluarganya, penyebab dari semua luka yang ada pada dirinya baik fisik maupun psikis.
Terlalu banyak luka yang mereka torehkan tanpa sempat dirinya obati hingga berlubang sebesar lautan tak bertepi.
Rain akhirnya memutuskan untuk pergi ke mall lebih tepatnya ke toko buku, berusaha menemukan obat yang setidaknya mampu meringankan luka di hatinya.
Dia membiarkan dirinya untuk mengambil atau membeli apapun yang dirinya inginkan berharap itu akan membantu meringankan sedikit lukanya.
Sedikit demi sedikit, luka itu perlahan sembuh namun tidak dengan bekas yang tertinggal.
Rain yang perlahan mulai melupakan masalah tadi pagi pun mulai tenggelam dalam dunianya sendiri.
"Yang ini bagus yang itu juga bagus. Pilih yang ini atau yang itu, apa ambil dua-duanya aja kalinya ?" Bingung Rain sambil menimang-nimang dua buah novel itu.
Rain yang sibuk dengan dunianya sendiri pun tidak sadar jika ada seseorang pria asing berada tepat dibelakangnya. Namun seseorang itu hanya melihat Rain dari belakang tanpa ada niat mengganggunya.
Rain yang sudah memutuskan pilihannya pun berniat berbalik dan membayar novel pilihannya. Namun saat dirinya berbalik dia langsung dihadapkan dengan sesosok pria, yang entah kenapa terasa familiar untuknya.
Degh
'Kamu ... !'
'Hallo Ai !'
Mereka saling bertatapan dengan penuh tanda tanya. Rain yang merasa tidak asing dengan pria itu sedangkan pria itu menatap Rain dengan sendu, penuh dengan kerinduan.
'Hah ... sepertinya Ai melupakan ku. Senang rasanya bisa melihatmu lagi.' Ucap pria itu dalam hatinya dengan tangan yang ingin menggapai Rain.
Rain yang sebenarnya tak bisa dekat dengan pria karena suatu hal tiba-tiba diam seakan tubuh mengenal sosok di depannya ini.
Pria itu melihat bagaimana reaksi Rain pun akhirnya memilih untuk mundur namun ada sesuatu hal yang menahannya dan hal itu tidak pernah dirinya kira.
"Kamu siapa ?" Tanya Rain dengan berani sembari memegang tangan pria itu.
"Aku ... ?" Tanya pria itu untuk memastikannya dan dibalas anggukan oleh Rain.
"Aku, seseorang yang sempat berada di masa lalu mu. Orang yang tanpa sengaja terlupakan oleh dirimu." Jelas sosok itu sambil berlalu pergi meninggalkan Rain yang masih syok.
Tak lama setelah itu, Rain pun kembali tersadar dan bergegas menyelesaikan urusannya lalu pulang ke apartemen.
Sesampainya di apartemen, Rain bergegas membersihkan diri lalu duduk termenung sembari memikirkan si sosok pria tadi. Rain sendiri juga sempat merasakan jika ada hal besar yang dirinya lupakan.
Tapi apa, siapa atau dimana dirinya tidak tahu, dia sendiri hanya mengingat jika hanya Rea yang dirinya kenal sejak kecil. Bahkan Rey yang notabene nya pacar Rea pun dirinya tidak tahu.
Dia bahkan tidak tahu apakah dirinya pernah kecelakaan hingga lupa ingatan atau bagaimana ?. Jika begitu kenapa hanya pria di masa kecilnya saja yang dirinya lupakan.
Hal itu terus berputar di otak kecilnya yang sayangnya Rain sendiri pun ikut penasaran. Apalagi dirinya baru saja bertemu dengan pria asing dan dirinya merasa nyaman dan aman.
'Who ?. Siapa dia ?. Dimana mereka pernah ketemu ?. Bagaimana dan mengapa mereka bisa berkenalan ?. Apa yang mereka lakukan bersama sampai rasa waktu itu masih ada hingga sekarang ?.' Tanya Rain berkali-kali dalam hatinya.
Namun belum ada jawaban atas semua pertanyaannya itu, hingga akhirnya Rain menyerah dan memilih untuk tidur mengarungi mimpi.
Sementara itu di tempat lain, di sebuah apartemen yang tidak jauh dari tempat Rain tinggal. Ada seorang pria yang tengah berusaha mendinginkan tubuhnya dari gejolak hawa panas.
"Shit, gak gue sangka reaksinya akan separah ini." Ucap pria itu sembari menahan dinginnya shower air.
Dia bukan pria cupu yang tidak pernah bersentuhan dengan seorang gadis atau wanita. Tapi dirinya tidak pernah merasa begitu bergairah seperti ini hanya karna sebuah sentuhan biasa
Bahkan hanya membayangkannya saja sudah membuat adik kecilnya tegang kembali. Namun sayang seribu sayang gadisnya telah melupakannya atau ada hal yang terjadi dan dirinya tidak mengetahui tentang itu.
'Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu Ai ?' Tanyanya dalam hati yang entah kepada siapa.
Di tengah malam dengan hujan deras ini, seseorang masih terjaga dalam tidurnya. Entah karena tidak mengantuk atau banyak pikiran atau mungkin karena gelisah ..., siapa yang tahu ?.
Namun sepertinya dia tidak sendiri kali ini, seseorang di seberang sana tengah menemaninya dalam gelap.
"Jadi ada hal apa yang gue belum tahu ?"
"Atau mungkin kalian menyembunyikan sesuatu dari gue ?" Ucap pria yang sedang menikmati bau Petrichor.
"Enggak ada King." Jelas Pria lainnya.
"Gak ada yang kita sembunyikan dari lo, kalaupun ada lo pasti tahu." Sambung Rey yang kala itu tidak sedang sendiri.
"Tapi kali ini gue gak tahu apa-apa. Kasih tahu semuanya ke gue sekarang sebelumnya cari tahu semuanya sendiri !" Titah seorang King yang tidak bisa ditolak atau dibantah.
"Atau lo gak bakal dapat restu dari gue ... !" Ancamannya kepada seseorang di seberang sana.
Ketiga pria yang berada di seberang sana pun mendadak terdiam saat mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut King. Mereka jelas tahu jika King tengah menargetkan seseorang diantara mereka bertiga.
Dua diantaranya hanya bisa saling menatap dan menatapnya dengan tajam seakan mengatakan 'JANGAN EMBER'. Namun orang yang mereka tatap melihat mereka berdua dan King secara bergantian.
'Gue harus apa nih ?. Kalau King gue kasih tahu nanti gue digebukin tapi kalau gue gak kasih tahu hubungan gue sama doi terancam dong ?. Tapi masa King gak tahu, apa ini jebakan ya ?. Eh sebentar mau gue kasih tahu ataupun enggak ujung-ujungnya gue tetep digebukin. Ape bedanya ... ?' Curhat pria berkacamata itu dalam hati.
'Ada juga gue bakal di musuhi sama mereka kalau gue ember lagian kalau hubungan gue sama doi terancam, emang kenapa ?. Cewek banyak bro, tapi gue yakin tuh anak bakal tetap kasih restu buat gue.' Ucap pria berkacamata dengan percaya diri.
"Woi Vin !" Teriak Temannya yang berusaha menyadarkannya dari halusinasi tingkat dewa.
"VINO ... ... !" Teriak orang itu tepat di dekat kupingnya.
"Anj*ng, lu ngagetin gue aja Yo !" Ujar pria berkacamata yang terkejut itu, Vino.
"Ya lu pakai segala ngelamun." Jelas pria dengan tindik di kupingnya, Gio.
"Gimana ?" Tanya King yang sepertinya sudah jengah dengan drama duo bocah di depannya.
"Gue rasa gak ada yang bisa kita sembunyikan dari lo. Tapi gue juga gak bisa kasih tahu apa yang terjadi sekarang. Anak buah lo banyak King dan cepat atau lambat lo bakal tahu semuanya. Kalau tentang restu, kayaknya cuma gue deh yang berani minta ijin langsung ke lo. Yahh kecuali lo punya pilihan lain !" Pasrah Vino namun tetap percaya diri.
"Lo gak mau perjuangin hubungan kalian ?" Tanya Gio dengan hati-hati.
Dirinya tidak menyangka jika Si Mulut Ember Berkacamata itu lebih memilih menjaga apa yang sudah mereka sepakati daripada mengejar hubungan dengan Si Putri Manja.
"Hidup gue gak cuma tentang dia, mungkin dia salah satu yang terpenting tapi kalian jauh lebih lebih penting daripada dia. Lagipula percuma gue perjuangin juga kalau dia bukan jodoh gue, gue bisa apa ?" Ujar Vino yang sekilas terlihat seperti Sad Boy.
Mereka yang mendengar hal itu pun merasa terkejut terlebih Si Kacamata selalu mengejar Cinta Si Putri Manja dan selalu berakhir kegagalan.
Apakah ini pertanda jika mereka tidak ditakdirkan untuk bersama atau apakah ini cobaan untuk mereka berdua ?.
...----------------...
Cinta itu datang dan pergi, jika kau hanya mengejar cinta belum tentu itu yang akan kau dapat. Jika tahta tertinggi dalam mencintai adalah melepaskan, maka itu artinya cinta yang baru akan hadir.
Jika dia adalah jodoh mu mau sejauh apapun itu dia akan tetap kembali ke pelukan mu. Semuanya hanya menunggu waktu dan hanya 'Dia' yang tahu kapan waktu yang tepat untuk mempertemukan kalian ....
...----------------...
To Be Continue
^^^2023.09.02^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Iren Nursathi
mulai seru nih
2023-11-29
1