"Mikaaaa, setrikain baju CeKa gue, gue telat nih!" perintah Ciki sambil melempar kemejanya ke arah Mika. Mika tersentak dan mulutnya sedikit menganga saat baju itu luruh ke lantai. Mika benar-benar tidak menduga adik iparnya yang baru saja tinggal serumah sama dirinya berani berteriak dan melempar baju di hadapannya. Mika memungut kemeja itu, lalu dibawanya ke belakang.
"Cepat, jangan bengang bengong kayak kucing beranak, mau gue gibeng, lu?" nyalaknya lagi persis srigala lapar. Mika meraba dadanya sambil beristighfar. Hari ini benar-benar jantungnya diuji oleh dua kejutan dari ibu mertuanya maupun adik iparnya.
Mika segera menggosok kemeja CeKa milik Ciki. Tidak susah baginya menyetrika baju, sebab di kampung sebelah Mika sudah terbiasa menyetrika baju orang-orang. Kadang tetangganya menyuruhnya datang ke rumah untuk sekedar menyetrikakan bajunya. Mika senang-senang saja, sebab selain dapat upah, uangnya bisa dia tabung, selain itu sebagian untuk bantuin bayar listrik dan beli gas jika habis. Padahal kakeknya sudah melarang, tapi Mika keras kepala, karena Mika sangat sayang sama kakek dan neneknya.
"Mana?" sentak Ciki langsung menyambar kemeja yang masih ditindih setrika, sebab hanya tinggal lengannya belum licin benar, sehingga setrika itu hampir saja jatuh, untung saja tangan Mika sigap menangkap gagang setrika.
"Cikiii," tegurnya sedikit memekik saking kaget.
"Kenapa, mau protes? Gue senang, deh, jika setrika tadi kena kulit elo," sentaknya sambil melotot. Mika menunduk, sebetulnya dia ingin melawan, tapi masih menghargai ibu mertua juga suaminya.
"Ciki, kenapa, pagi-pagi begini sudah bikin ribut? Cepatan lho, katanya kamu kuliah pagi," peringat Wisnu yang tiba-tiba datang. Ciki bersyukur, Abangnya tidak melihat kelakuannya tadi yang merebut baju dengan setrika yang masih menempel dan hampir jatuh mengenai tangan Mika.
Ciki pergi sembari melirik ke arah Mika dan berkedip memberi kode. Mika menunduk sedih, jika dia aduan maka hari itu juga akan dia adukan pada Wisnu suaminya, tapi ini baru hari pertama dia tinggal bersama di rumah ini, jadi sekuatnya dia harus berusaha bertahan.
Mika pergi dan tiba-tiba Bu Rumi datang dengan setumpuk pakaian kotor. "Noh, baju kotor cuci. Setelah mencuci, jangan lupa ngepel seluruh ruangan lalu menyapu halaman," perintahnya sembari melempar semua pakaian kotor ke hadapan Mika, bahkan yang paling nyesek ada ****** ***** entah milik Ciki atau Bu Rumi yang mengapung langsung ke muka Mika, sehingga Mika tersentak dan menyeringai jijik.
"Ibu, kenapa Ibu lempar baju kotor itu? Dan lagi itu ****** ***** siapa?" Wisnu tersentak melihat pemandangan pagi ini yang membuat dadanya bergejolak murka. Namun Wisnu tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya sekedar menegur ibunya, karena percuma dilawan, sebab Wisnu tidak akan bisa mengimbangi mulut bawel Ibunya.
"Celana siapa lagi kalau bukan milik Ciki, adikmu?" ujarnya seraya ngeloyor tanpa merasa bersalah. Mika diam terduduk melihat pakaian kotor di depannya yang banyak. Belum lagi tadi bau hangit ****** ***** Ciki yang menimpa kepalanya tercium langsung lewat hidungnya. Ternyata baunya sama hangitnya dengan ****** ***** dia yang kotor.
"Tidak ada beda baunya, sama saja, malah ini lebih hangit," keluhnya dalam hati sembari mengusap-usap dadanya.
"Sayang, maafkan Ibu, ya. Sini biar Abang bantu. Sepre kita juga harus dicuci, biar Abang ambilkan. Tenang saja mungpung Abang masih cuti, Abang bantuin deh nyucinya," hibur Wisnu seraya beranjak ke kamar mengambil baju kotor dan sepre bekas semalam.
"Eh, eh, mau ngapain, kamu. Bantuin bini kamu? Gak usah, lebih baik kamu pergi ke rumah Aki kamu itu, cari perhatian di hadapannya supaya kamu cepat diangkat jadi Manager di perusahaannya. Jangan Supervisor melulu, gajinya pas-pasan," serobot Bu Rumi menghalangi Wisnu yang mau membantu Mika mencuci.
"Ini cuciannya banyak, Bu, kan kasian bini aku," bela Wisnu.
"Alah, kasihan, kasihan, ketimbang nyuci sama mesin cuci kamu bilang kasihan? Pergi kamu, ada guna sedikit biar masa cuti kamu tidak sia-sia," sergahnya mengusir Wisnu. Wisnu sejenak diam, lantas dia pergi ke depan. Di depan dia melihat halaman rumah yang berserakan sampah dan daun. Dengan cepat Wisnu meraih sapu lidi dan menyapu halaman rumah sampai bersih. Mika yang melihat merasa senang dan bahagia suaminya diam-dam membantu.
Mika berjalan sedikit terseok sembari mengangkut baju kotor yang ibu mertuanya lempar tadi. Dalam hal pekerjaan rumah meskipun dia berasal dari kampung, dia mampu segalanya, pekerjaannya juga selalu rapi dan memuaskan. Mencuci, memasak, dan bebersih adalah kebiasaanya baik di rumah kakek dan neneknya maupun di rumah orang lain yang menyuruhnya. Sehingga rumah kakeknya yang terbuat dari papan mahoni selalu terlihat resik dan rapi karena ada tangan terampil milik Mika. Mika memang rajin, itulah penyebab kakeknya Wisnu menjodohkan Wisnu dengan Mika cucu sahabatnya.
Mesin cuci mulai menderu pertanda mika sudah memulai mencuci. Mika bisa meninggalkan sejenak mesin cuci yang masih berputar. Lalu dia beranjak ke dalam untuk beberes rumah, menyapu dan ngepel sampai benar-benar wangi dan bersih. Pekerjaan membersihkan rumah beres, kini dia tinggal menuntaskan cucian di dalam mesin.
"Dari pada bengong begitu, noh, cuci sepatu olah raga gue, besok gue mau olah raga di lapangan kota. Awas kalau tidak bersih," alungnya melempar sepasang sepatu yang dalamnya masih ada kaos kaki bekas yang lumayan bau terasi. Mika menahan nafasnya lewat hidung, menghindari bau busuk dari sepatu ibu mertuanya.
"Kenapa, bau? Makanya, elo cuci sampai bersih dan baunya hilang. Kalau tidak, maka elo tahu akibatnya," ancamnya saat melihat Mika menahan nafas kebauan. Mika segera melaksanakan tugasnya dengan cepat dan bersih.
Akhirnya cucian itu beres, setelah pakai pewangi tinggal dikeringkan saja. Mika mulai memasukkan satu persatu cucian ke dalam mesin pengering. Lalu diputarnya tombol pengering dan Mika meninggalkan mesin itu berputar. Sementara dia pergi ke dapur untuk memasak nasi di mejikom, supaya nasinya cepat matang, Mika sengaja merebus air untuk rendaman beras.
Selagi menunggu pengering berhenti dan air mendidih, beras yang sudah bersih di dalam mejikom dia raup segenggam tangan untuk dia makan, karena perutnya terasa melilit terpaksa Mika memakan beras yang sudah bersih itu. Sejenak sebelum beras itu masuk mulut, Mika melihat kanan kiri takut ibu mertuanya melihat, setelah aman, hap, beras itu masuk dalam mulutnya dan dikunyah.
"Apa yang elo makan?" Merasa terpergok, mejikom yang dia pegang hampir saja lepas dan isinya berhambur, nasib baik hanya sedikit.
"Ini, Bu. Aku makan beras mentah karena lapar," jawab Mika jujur. Bu Rumi tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Mika, dia merasa puas dengan Mika yang menunjukkan betapa dia benar-benar udik. Bu Rumi pergi meninggalkan Mika sembari masih tertawa dan memegangi perutnya karena keasikan tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
FT. Zira
emang kucing klo beranak bengong ya/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-01-12
1
💞Amie🍂🍃
AMIT- amit
2024-01-11
1
adie_izzati
awal2 sda jumpa mc yg bego...hmmm..
2023-12-14
1