Akhirnya nasi goreng yang wangi dan menggugah selera sudah selesai dieksekusi oleh Mika. Mika segera meletakkan nasi goreng buatannya di dalam sangku. Porsi enam orang sudah teronggok di atas meja makan.
Kemudian Mika segera menyiapkan piring saji empat, termasuk untuk dirinya. Mika membiarkan piring itu diisi sendiri sama masing-masing yang mau makan. Mika segera ngeloyor memanggil Bu Rumi dan Ciki ke meja makan. Sementara suaminya belum nongol dari membeli token di kios depan.
Bu Rumi menghampiri meja makan diiringi Ciki di belakangnya. Mereka berdua sangat bahagia melihat nasi goreng tersaji menggiurkan di meja makan. Tanpa butuh waktu lama, Bu Rumi mewadahi nasi goreng ke dalam piringnya dengan porsi banyak, kemudian piring Ciki dan juga Wisnu dengan porsi banyak juga. Tidak lupa atasnya ditaburi irisan telur dadar dan bawang goreng serta kerupuk udang. Tambah selera saja jika makan.
Mika terbelalak melihat sangku yang hanya menyisakan secentong nasi goreng. Untuknya saja belum. Mika menatap ke arah piring nasi yang sudah diisi oleh Bu Rumo, ketiganya porsi kuli banyak dan menggunung.
"Kenapa, kamu iri dengan porsi makan kami? Noh, jatah kamu yang di sangku, tinggal dicomot saja. Sekali suap juga kenyang," sungut Bu Rumi menyadari Mika sedang memperhatikan piringnya yang penuh dengan nasi.
Mika menciut menundukkan pandangannya, lalu mengumpulkan nasi yang berada dalam sangku dan dicomotnya. Setelah itu dia gumpal dan dikepal-kepal oleh tangannya, lalu hap sekali suap nasi itu sudah berada di dalam mulutnya. Sekali kunyah langsung turun ke dalam kerongkongan dan ke perutnya. Rasanya benar-benar lezat, mungkin karena dia yang lapar dan nasinya yang hanya sekepal.
Tiba-tiba Wisnu datang setelah ditunggu sejak tadi. "Aduh, kalian sudah hampir selesai sarapannya. Kamu juga, Sayang? Kenapa tidak menunggu Abang?"
"Alah kelamaan jika harus nunggu kamu, keburu lapar kami," sela Bu Rumi sedikit menyentak seraya melirik ke arah Mika yang kebetulan menatap wajah Bu Rumi. Mika paham akan kode alam dari Bu Rumi.
"Maaf, habisnya tadi di kios depan belum buka. Terpaksa ke kampung sebelah," alasan Wisnu sambil mulai duduk di kursi makan dan mulai menyuapkan nasi gorengnya.
"Sayang, kamu sudah sarapan juga?" tanya Wisnu penasaran. "Kalau kamu masih mau, kita bagi dua makannya," tawar Wisnu yang langsung dicegah Bu Rumi. Padahal tadinya Mika mau mengangguk dan menerima nasi goreng yang mau dibagi dua dengannya.
"Jangan, dong. Itu jatah kamu, pamali lho jatah sendiri dibagi-bagi ke orang lain. Ayo, cepat makannya, nanti keburu basi lho. Lagipula istrimu sudah makan lebih dulu bersama kita. Iya, kan, Mika?" Mika mengangguk lemah sembari menahan air mata yang seakan mau turun.
Untuk menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca, Mika segera membereskan piring kotor dan sisa sarapan di meja. Saat tubuhnya berbalik menuju wastafel, segera Mika menyeka air mata yang mau jatuh di sudut mata. Mika meletakkan piring kotor bekas sarapan pagi mereka di wastafel. Lalu mengambilkan air minum dari dispenser untuk suaminya juga mertua dan adik iparnya.
"Sayang, benar kamu sudah sarapan, tapi kenapa piring kamu masih bersih tanpa sisa minyak?" tanya Wisnu heran. Mika mendadak salah tingkah, mau berkata jujur tidak enak sebab di sana masih ada mertuanya juga Ciki adik iparnya.
"Iya, Bang. Piringnya Mika jilati sebab nasi gorengnya sangat enak," jawab Mika sekenanya. Sontak pengakuan Mika yang sebenarnya menutupi kerakusan mertua juga adik iparnya itu, membuat kedua orang beda generasi itu tertawa terbahak-bahak.
"Ha, ha, ha, ha," tawa mereka berdua layaknya melihat tontonan doger monyet. Wisnu yang melihat hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Ibu dan adik perempuannya itu.
"Sayang, kenapa sampai dijilat segala? Jorok banget, sih, kamu," tegur Wisnu kurang suka.
"Biasa Bang, dia, kan dari kampung yang udiknya setengah mati, jadi saat menemukan makanan yang enak dia bisa jilat sampai wadahnya bersih, ha, ha, ha," timpal Ciki diakhiri tawa yang mengejek.
"Itulah kalau memungut istri dari kampung udik, sikapnya sangat memalukan. Apabila diajak ke hajatan, alangkah memalukannya," sambung Bu Rumi seraya mendilakkan matanya geram.
Mika segera beranjak kembali menuju wastafel dan menghindari ejekan dua orang berbeda generasi itu, yang kini bagi Mika bak monster yang tiba-tiba jahat. Mika sangat sedih mendengar setiap ejekan dua orang itu. Hatinya teriris dikatain berasal dari kampung yang udik, padahal ibu mertua juga adik iparnya sama-sama dari kampung juga, hanya berbeda kampung saja dengan dirinya.
Setelah Wisnu selesai makan, Mika mulai mencuci piring bekas sarapan di wastafel sembari berkaca-kaca. Baru saja sehari tinggal di rumah ini, dia harus menerima sikap tidak baik dari dua orang yang seharusnya mengasihinya. Mika baru sadar ternyata sikap ibu mertua dan adik iparnya begitu jahat.
"Sayang, tapi memang benar lho, nasi goreng buatanmu sangat enak. Aku sampai menjilat sendok juga saking enaknya," puji Wisnu seraya menghampiri Mika di wastafel. Untung saja air mata yang sempat jatuh tadi sudah Mika seka dengan ujung bajunya.
"Yang benar, Bang?" yakin Mika seraya menoleh ke arah Wisnu. Wisnu mengangguk seraya mencium pipi Mika gemes.
"Terimakasih, ya, Bang, sudah memuji nasi goreng buatan Mika," ucap Mika sedikit lega meskipun perut Mika lapar.
Hari ini berhubung masih suasana pengantin baru, Wisnu masih diberi jatah cuti selama lima hari ke depan dari perusahaan kakeknya. Rencananya Wisnu ingin mengajak jalan-jalan Mika.
"Sayang, habis nyuci piring, kita jalan-jalan, ya." Wisnu mengajak Mika untuk jalan-jalan. Mika yang mendengar sungguh senang bukan main, sebab dia bisa sedikit bersantai setelah malamnya digempur suaminya dan paginya harus berkutat di dapur tanpa ada yang bantu.
"Jalan-jalannya nanti saja setelah selesai pekerjaan rumah. Cucian numpuk, lantai masih kotor, halaman rumah banyak daun berserakan," sela Bu Rumi ketakutan jika Mika diajak jalan-jalan tanpa menyelesaikan pekerjaan rumah terlebih dahulu.
Mika diam terpaku, begitu juga Wisnu merasa tidak enak dengan perkataan Ibunya yang to the point.
"Tapi kami masih pengantin baru, Bu. Ijinkan aku ngajak jalan-jalan, toh jatah cuti aku hanya tinggal beberapa hari lagi," protes Wisnu memohon.
"Ya, tidak bisa dong, Wisnu. Jangan dibiarkan istrimu dimanja. Biarkan dia melakukan tugas rumah dulu setelah itu baru boleh jalan-jalan, apalagi kalian itu perlu mencuci sepre bekas kalian semalam, masa bekas main dipakai timpah lagi, jorok banget sih," celoteh Bu Rumi mengatur. Mika dan Wisnu diam terpaku saat mendengar ucapan terakhir Ibunya. Mereka berdua merasa malu atas perbuatan mereka semalam dan tadi pagi yang baru saja diungkit Bu Rumi.
"Ibu-ibu," guman Wisnu geleng-geleng kepala sembari beranjak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Terhura akyu 🤭🤭
2024-01-11
1
Noviyanti
bunga mendarat, yang sabar ya mika.
2023-11-26
1
Citra Merdeka
sabar mika..... semangat
2023-11-21
2