Mika segera bangkit lalu membenahi dirinya yang sudah awut-awutan gara-gara ulah Wisnu suaminya. Baju yang berhamburan di lantai, satu persatu dipakainya. Saat akan menapakkan kakinya ke lantai, tiba-tiba rasa nyeri di bawah perutnya terasa.
"Jeletit, jeletit." Rasanya perih dan sangat tidak enak, seperti ada sesuatu yang mengganjal di bawah sana. Sejenak Mika mendudukkan tubuhnya di atas ranjang untuk mengatur nafas dan membuangnya. Dan benar saja rasa sakit yang ngejeletit itu kini hilang. Namun rasa tidak enak di bawah sana masih terasa, tapi Mika memaksa dirinya untuk bangkit.
"Kenapa, Sayang, sakit, ya? Nanti juga tidak akan sakit lagi, ini sebentar kok," hibur Wisnu seraya membelai wajah Mika gemas.
"Ayo, dong, Bang, keluar sama-sama. Kan gara-gara Abang juga Mika kena tegur ibu," ajaknya sambil menarik lengan suaminya yang terlihat masih malas-malasan. Wisnu akhirnya keluar kamar bersama Mika. Mika berjalan menuju dapur dengan keadaan jalan yang terlihat tidak biasa.
Keadaan itu tidak luput dari pengawasan Bu Rumi, ibu mertuanya dan Ciki adik iparnya. Mereka melihat cara berjalan Mika sedikit berbeda seakan menahan sakit. Hal ini menjadi pertanyaan dalam benak mereka. Bu Rumi dan Ciki saling lempar pandang dan memberi kode satu sama lain. Bu Rumi tersenyum sinis, sementara Ciki mengangkat tangannya sembari menjulurkan lidahnya keluar. Mereka mengejek Mika dari belakang.
Bersamaan dengan itu, saat tiba di dapur. Wisnu dikejutkan oleh suara token listrik yang bunyi "tit, tit, tit," pertanda listrik minta diisi. Wisnu sebetulnya sangat heran, biasanya mengisi token yang 100 ribu habisnya paling cepat delapan hari. Itupun untuk pemakaian yang banyak. Wisnu mencoba menghitungnya, hanya lima hari token seratus ribu sudah soak dan mau habis lagi. Wisnu sangat heran dan mengkerutkan keningnya.
"Nu, beli token, noh sudah memanggil," teriak Bu Rumi sembari menunjuk meteran listrik dengan memonyongkan mulutnya.
"Lho kok, sudah habis lagi, Bu? Bukankah kemarin Ibu isi yang 100 ribu? Masa sudah habis dalam lima hari, padahal bulan ini kita minum tidak pakai nyalain dispenser lho," protes Wisnu seolah mempertanyakan sebenarnya berapa ibunya membeli token.
"Ibu membeli yang 100 ribu kok, PLNnya kali yang mengurangi jumlah KWH tokennya. Kamu ini mau nuding ibu, kalau token yang ibu beli hanya yang lima puluh ribu?" jawab Bu Rumi sedikit menyalak membuat Wisnu sang anak menciut. Memang selama ini Wisnu sangat takut dengan sang ibu, tidak pernah sekalipun berkata keras atau melawan.
"Tidak, Bu, bukan nuding. Wisnu hanya heran saja. Kenapa harga token yang seratus ribu habisnya bisa cepat dan hampir sama dengan token yang isinya lima puluh ribu?" sahut Wisnu mengeluh.
"Memang kamu tidak menuding secara langsung, tapi perkataan kamu itu seakan-akan tidak percaya sama ibu," kilah Bu Rumi merengut.
"Iya nih Abang, bangun tidur malah nuding Ibu tidak benar, durhaka tahu," timpal Ciki membela sang Ibu.
"Ya, sudah, tidak apa-apa, Bu. Wisnu minta uangnya sama Ibu. Kan uang token sudah dikasih ke Ibu," pinta Wisnu sembari menengadahkan tangannya.
"Enak saja, dari kamulah, masa dari Ibu," tolaknya angkat tangan, Wisnu mengerutkan keningnya sebab setoran gajinya tiap bulan hampir setengahnya dikasihkan ke ibunya. Kata Bu Rumi biar dia yang ngatur keuangan berikut biaya listrik, air dan gas. Tapi sekarang malah tidak memberi saat Wisnu meminta uang token.
"Ya, ampun, Bu, kan uangnya sudah Wisnu kasih ke Ibu. Buat listrik, air, gas, juga jajan dan bensin Ciki sudah disetor ke Ibu. Masa harus Wisnu lagi yang ngeluarin?" protes Wisnu pening kepalanya seperti mau pecah.
"Ya ampun, Abang, ketimbang biaya listrik, air, gas, dan uang bensin aku saja Abang perhitungan. Abang ini benar-benar pelit sejak nikah. Padahal baru saja satu hari menikah, tapi udah sewot dan diatur istri. Ih sebel," rutuk Ciki membela Ibu dan dirinya.
"Bukan perhitungan, Dek. Tapi, Abang bicara yang sebenarnya," elak Wisnu membela diri.
"Alah, perhitungan, ya, perhitungan saja. Kamu ini dasar sudah dibutakan cinta oleh istrimu yang miskin itu. Coba menikah dengan Cimi anak sahabat Ibu yang kaya raya, mungkin hidup kita tidak pas-pasan begini," keluh Bu Rumi mendadak membandingkan Mika dengan Cimi anak dari sahabatnya yang katanya kaya raya itu.
"Ya, sudah tidak perlu dibahas lagi, Bu. Aku mau beli token dulu ke depan," tukas Wisnu sembari beranjak.
"Biar aku saja Bang yang beli, sini uangnya." Ciki meminta uang untuk membeli token dari Wisnu dengan menengadahkan tangan.
"Tidak, biar Abang saja. Abang sekalian mau beli rokok dua batang sama kopi," tolak Wisnu seraya bergegas keluar. Perdebatan antara Bu Rumi, Wisnu, dan Ciki pun berakhir.
Sementara Mika yang kini berkutat di dapur, sedikit banyak telah mendengar semua perdebatan antara suami dan Ibunya serta Ciki adik iparnya di ruang tengah. Mika mempersiapkan sarapan paginya yang pertama di rumah mertuanya. Karena bingung, Mika hanya memasak nasi goreng andalannya. Sebab hanya ada nasi di mejikom yang cukup untuk sarapan lima porsi lebih.
"Woyyyy, cepat dong bikin nasi gorengnya, gue lapar, nih," teriak Ciki seraya mengubek sop daging sisa semalam di meja makan. Mika menoleh dan cukup terkejut dengan teriakan Ciki yang setengah membentak. Mika segera menggoreng nasi yang ada di mejikom.
Mika sudah terbiasa lagi membuat nasi goreng, di kampung sebelah dia sering memasak nasi goreng untuk Nenek dan Kakeknya.
Mika tinggal bertiga bersama nenek dan kakeknya setelah yatim piatu. Kedua orang tuanya telah tiada setelah tragedi naas menimpanya. Mereka tertabrak kereta api saat mau nyebrang. Padahal palang pintu masih terbuka, karena diserobot oleh kendaraan lain, motor yang ditumpangi bapak dan ibunya Mika jatuh dan pedal motornya nyangkut di rel kereta api. Akhirnya belum sempat menyelamatkan diri, kereta terlanjur menghampiri dan tabrakan pun tidak bisa dihindari. Mereka meninggal di tempat saat itu juga.
Keadaan yatim piatu dan miskin inilah yang membuat Bu Rumi tidak setuju Wisnu menikahi Mika. Padahal tadinya Wisnu mau dijodohkan dengan anak sahabatnya, tapi gagal sebab Wisnu terlanjur lebih dulu memperkenalkan Mika pada Bu Rumi. Terlebih Mika memang jodoh yang ternyata dipilihkan kakeknya Wisnu.
Kebetulan Mika merupakan cucu dari sahabat kakeknya Wisnu, alhasil sang kakek yang bersahabat dengan kakeknya Mika menyukai Mika untuk dijodohkan dengan cucunya. Dan rupanya Wisnu dan Mika memang sudah terlebih dahulu saling jatuh cinta dan saling kenal. Akhirnya kakeknya Wisnu mempersiapkan segala biaya pernikahan darinya. Mika dan Wisnu tahu beres. Dan sebagai hadiah pernikahan darinya, kakeknya Wisnu memberi hadiah rumah pada Wisnu untuk ditempati dan dimilikinya.
Namun kakeknya Wisnuu berpesan kepada Wisnu, jika Wisnu menyia-nyiakan Mika dan mengkhianati penikahannya, maka hadiah rumah dan pekerjaan sebagai Supervisor di perusahaannya akan ditarik kembali. Jika Wisnu mengingkarinya maka dia akan dimiskinkan. Begitu pesan kakeknya Wisnu yang terdengar kejam. Tapi itu semua demi kebaikan Wisnu supaya tetap setia pada Mika si gadis kampung yang baik hati dan jago bela diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
FT. Zira
🌹 ku daratkan untukmu thor
2024-01-10
1
FT. Zira
aku malah jadi curiga kalian bersekongkol😖
2024-01-10
1
Rini Antika
Semangat terus Up nya Kak,
2024-01-10
1