Bab 05

Pagi hari datang, Jeffrey bangun dari tidurnya. Merapikan kasurnya sendiri karena bibi yang biasa merapikan kamarnya sedang pulang kampung. Membuka tirai jendela, Jeffrey lalu keluar dari kamarnya. Sebenarnya ia masih mengantuk karena semalam ia pulang sangat larut dari rumah Yuri karena perempuan itu masih ingin ditemani.

Menuruni tangga, Jeffrey berniat mengecek Shienna dahulu di kamar bawah. Mengucek matanya, Jeffrey lalu membuka pintu. Setelah masuk, Jeffrey menutup pintu dan berbalik. Alangkah terkejutnya ia saat lihat Shienna sedang duduk dan menunduk dengan rambut yang menutupi seluruh wajah.

Jeffrey mundur hingga menabrak pintu. Ia mengedipkan matanya berkali-kali karena masih tidak percaya. Menunjuk Shienna, Jeffrey lalu bertanya ragu-ragu. "Kau ..

Sudah bangun?"

Shienna menoleh perlahan sambil merapikan rambutnya agar ia bisa melihat. Matanya begitu sayu, membuat Jeffrey merasa sedikit takut. "Kau ... Siapa?" Shienna malah bertanya balik.

"Aku, ah itu. Aku yang menyelamatkanmu dari kecelakaan tempo hari. Apa kau ingat?" Jeffrey mulai memberanikan diri untuk menghampiri Shienna lebih dekat.

Menggelengkan kepala, Shienna berpura-pura tidak tahu. "Jika kau yang menyelamatkanku, lalu aku siapa?" Shienna menunjuk dirinya.

Jeffrey membelalak. "Ya mana aku tahu. Kita belum pernah bertemu sebelumnya," jawab Jeffrey. "Tunggu. Apa kau benar-benar tidak tahu siapa dirimu? Lalu, bagaimana dengan hari-hari sebelum kau mengalami kecelakaan?"

Shienna hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Jeffrey.

Mati kau Jeff! Anak orang lain kau buat hilang ingatan.

Jeffrey mengacak rambutnya frustasi. "Apa kau benar-benar tidak ingat?" tanyanya lagi untuk memastikan.

"Aku tidak ingat apapun selain hari di mana mobilmu menabrak tubuhku. Apa yang harus aku lakukan?"

"Tunggu sebentar. Aku akan panggil dokter dahulu."

Menghela napas, Jeffrey baru sadar kalau ia tidak membawa ponsel. Berdecak, ia lantas kembali ke kamarnya untuk mengambil ponselnya. Shienna hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa.

......................

Setelah membawa Shienna ke rumah sakit lagi dan membiarkan perempuan itu mendapat pemeriksaan, Jeffrey dan Jake kini sedang berada di ruangan dokter untuk mengetahui apakah Shienna benar-benar hilang ingatan atau tidak.

"Amnesia Retrograde. Mungkin saat kecelakaan, kepala pasien terbentur begitu keras sehingga mengakibatkan pasien kehilangan sebagian ingatan." Penjelasan dokter, ah maksudnya Elena barusan membuat Jeffrey dan Jake mengangguk-angguk saja.

"Jadi, bagaimana?" tanya Shienna yang duduk di atas kursi roda, di samping Jeffrey.

"Tenang saja. Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk mendapatkan kembali ingatan masa lalu. Pelan-pelan saja," jawab Elena.

Shienna dan yang lain mengangguk paham. Setelah itu, mereka pulang. Shienna yang duduk di kursi penumpang hanya diam, melihat-lihat jalanan dan gedung-gedung yang menjulang dari balik kaca mobil.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jeffrey sambil menoleh ke belakang.

Shienna mengalihkan pandangannya pada Jeffrey. Matanya yang bulat, juga bibir yang seperti berbentuk love itu membuat Jeffrey tak berkedip. Shienna mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Jeffrey barusan.

"Aku tidak apa-apa. Memangnya kenapa?"

Menggelengkan kepala, Jeffrey mengusap wajahnya. "Aku minta maaf, ya. Kau jadi kehilangan ingatan karena diriku," ujarnya.

"Tidak apa. Mungkin ini sudah menjadi salah satu rencana Tuhan untuk hidupku. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu," balas Shienna sembari tersenyum tipis.

Jeffrey hanya tersenyum dan mengangguk. Lelaki itu kemudian kembali menatap ke depan. Jake yang sedang menyetir juga hanya tersenyum.

—oOo—

Sampai di rumah, Jeffrey mendorong kursi roda untuk Shienna. Menundukkan kepala, Shienna tidak mau melihat keadaan rumah. Begitu gelap, ruangan dengan nuansa serba hitam dan abu-abu itu sangat membuat dirinya tidak nyaman.

"Mengapa kau menunduk? Apakah kau merasa sakit kepala atau apa?" tanya Jake yang berjalan di samping Jeffrey.

"Di sini gelap sekali. Aku takut," jawab Shienna tanpa mengangkat kepalanya.

Jeffrey menoleh ke arah Jake dan berhenti mendorong. Memejamkan mata, ia kemudian hembuskan napasnya. Jeffrey beralih ke hadapan Shienna dan menekuk lututnya.

"Kau, warna apa yang kau sukai?" tanya Jeffrey kemudian.

Mengangkat kepala, menatap wajah Jeffrey, Shienna kemudian menjawab. "Putih."

Menganggukkan kepalanya, Jeffrey lalu kembali berdiri. "Jake, ganti warna cat dan semua furnitur yang ada di sini dengan warna putih dan apapun yang memilik warna cerah. Jangan sampai ada yang gelap lagi," ucap Jeffrey memberikan instruksi.

"Ah, iya. Kamar Ling juga akan didekorasi kembali. Untuk sementara waktu, kau akan tidur di kamar atas," lanjut Jeffrey.

"Ling?" tanya Jake dan Shienna bersamaan.

"Iya, Ling. Kau tidak ingat namamu, kan? Untuk sementara waktu akan memanggilmu Ling," jelas Jeffrey. Jake dan Shienna hanya mengangguk-angguk saja.

Padahal aku jelas mengingat namaku. Tapi tidak apa lah. Aku suka dengan panggilan darinya.

"Oh iya. Namaku Jeffrey dan dia Jake. Kau bisa memanggil namaku saja, karena sepertinya usia kita tidak beda jauh."

"Jeff. Maaf, ya. Aku pasti membuatmu repot." Shienna kembali menundukkan kepalanya.

Menekuk lutut lagi, Jeffrey lalu raih jemari Shienna untuk ia genggam. "Sama sekali tidak. Ini semua karena salahku, maka dari itu aku harus membayar apa yang telah aku lakukan padamu. Kau menjadi seperti ini juga karena ulahku, kan? Seperti yang kau bilang, tidak perlu merasa bersalah. Lagipula, hanya mendekorasi ulang rumah ini, itu semua tidak merepotkan. Aku juga harus membuatmu merasa nyaman agar proses penyembuhanmu juga tidak terganggu."

Shienna tersenyum sembari perlahan melepas tautan jemarinya dari jemari Jeffrey. Menyadari akan hal itu, Jeffrey tersenyum kikuk. "Maaf." Jeffrey menggaruk tengkuknya.

"Tidak apa," balas Shienna, terkekeh kecil.

Jake hanya menyimak sampai ia pun memilih untuk meninggalkan Shienna dan Jeffrey untuk menelepon seseorang yang bisa mendekorasi rumah.

"Aku antar kau ke kamar atas ya, Ling."

"Bagaimana caranya? Apakah bisa menggunakan kursi roda?" tanya Shienna.

"Aku bisa memapah mu untuk menaiki tangga."

"Ayo!" Seru Jeffrey.

Kembali ke belakang Shienna dan mendorong kursi roda, Jeffrey terlihat begitu bersemangat. Tidak biasanya ia seperti ini, bahkan sepertinya tidak pernah sama sekali. Pribadinya yang dingin, membuat banyak orang merasa segan padanya. Tapi sekarang, tanpa sadar ia telah menunjukkan sisi lain dirinya bahkan pada orang yang baru.

Turun dari kursi roda dibantu oleh Jeffrey, Shienna begitu hati-hati. Meskipun berpura-pura, ia juga harus melakukannya dengan sempurna. Ia harus terlihat seperti orang yang benar-benar mengalami amnesia dan ia juga harus bersikap seperti orang yang sedang sakit. Demi dirinya sendiri, agar ia bisa tinggal lebih lama di sana.

Memapah Shienna dengan hati-hati, akhirnya mereka berdua sampai di lantai kedua. Melangkah pelan-pelan menuju kamar sementara, lalu mereka masuk ke dalam ruangan yang bernuansa agak cerah itu.

Membantu Shienna untuk duduk di atas kasur, setelah itu Jeffrey ikut duduk di samping Shienna.

"Kau tidak perlu merasa canggung, ya. Anggap saja sebagai rumahmu sendiri dan jangan sungkan untuk meminta bantuan padaku."

......................

Amnesia Retrograde

Untuk amnesia jenis ini, pengidapnya tidak bisa mengingat informasi atau kejadian yang terjadi sebelum periode tertentu. Biasanya terjadi sebelum tanggal menjalani operasi besar atau mengalami kecelakaan.

......................

To be continued..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!